"Karena lo Aidan ngebatalin tunangan nya!" Bentak Mona yang membuat mereka menjadi tontonan seisi kantin. Baru satu hari Ara menginjakkan kaki di sekolah ini, Mona sudah tak sabar untuk menjadikan Ara bahan bulanannya.Beberapa saat lalu Ara sedang menikmati bakso nya dengan kedua teman smp nya yang secara kebetulan berada di kelas yang sama. Mereka sangat bahagia karena bertemu kembali, mereka berpisah karena Ara harus sekolah di SMA yang berbeda akibat orangtua tiri nya yang tidak mau membiayai sekolahnya lagi.
Dan tiba-tiba saja Mona dan kedua antek nya datang menggebrak meja yang membuat mereka terlonjak kaget. Ia mengoceh tak jelas yang tak dihiraukan oleh Ara dan kedua sahabatnya.
"Heh jalang lo jangan pura-pura tul--" Baru saja Mona mengangkat tangan ingin menampar Ara tetapi sudah ditahan oleh yang empu.Ara pun berdiri dan menghempaskan tangan Mona secara kasar. Ketiga abang Ara dan teman-temannya yang baru memasuki area kantin mengurungkan niat untuk membantu Ara karena mereka tahu bahwa Ara dapat menyelesaikan masalahnya sendiri.
"Bangsat!Udah berani ya lo sekarang!" Lagi-lagi Mona berusaha untuk menampar Ara tetapi semua terkejut karena Ara yang lebih dulu melayangkan tangan nya kemuka gadis busuk didepannya.Sahabat serta abang Ara menatapnya bangga. Mona yang akan mengucapkan sumpah serapahnya menciut saat Ara melangkah mendekatinya dengan pelan namun pasti.
"Ma-mau apa lo!?" Gugup Mona yang takut melihat tatapan mata Ara. Baru kali ini ia melihat mata tajam Ara yang menurut nya sangat menyeramkan.
"Aku udah muak!" Tiga kata dari Ara sambil menusuk-nusuk jari nya kedada Mona dengan penekanan disetiap katanya membuat Mona merosot kebawah ketakutan.Setelah itu Ara berjalan meninggalkan mereka dan diikuti kedua sahabatnya. Seluruh badan Ara bergetar, ia merasa pusing. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia lakukan barusan.
Didepan pintu masuk, matanya tak sengaja bertemu dengan manik mata Aidan. Ia berhenti didepan Aidan yang diikuti oleh kedua sahabatnya dibelakang yang bingung kenapa Ara tiba-tiba berhenti.
"Good job baby girl." Gumam Aidan sambil mengusap puncak kepala Ara sambil tersenyum tipis. Ara beralih menatap kedua abang nya yang sudah mengacungkan jempol mereka. Ara tersenyum hingga matanya menyipit dan pandangannya langsung menghitam.Samar-samar ia mendengar teriakan didekatnya. Aidan yang sudah menahan badan gadis itu dengan cekatan langsung membawanya ke UKS. Mereka semua bingung, memang siapa gadis itu sampai membuat most wanted yang dingin itu sangat perhatian.
Aidan masih mencoba membuat Ara sadar dengan mengoleskan minyak kayu putih kehidung Ara. Sedangkan Farrel dan Ferrel menyuruh teman Aidan dan Ara untuk kembali ke kelas mereka karena bel masuk kelas sudah berbunyi dua menit yang lalu. Awalnya kedua sahabat Ara menolak, tetapi setelah diyakinkan, mereka akhirnya pergi ke kelas.
Ara mencoba membuka matanya, penglihatannya masih sedikit kabur. Aidan yang melihat itu langsung memeluk Ara, Ara merasa ada sesuatu yang membasahi pundaknya. Ara merasa pundak Aidan bergetar, ia pun membalas pelukan Aidan dan mengusap pelan punggung Aidan.
"Abang takut." Lirih Aidan yang masih dapat didengar Ara. Ara tak mengerti maksud perkataan Aidan.
"Ara kamu udah sadar?" Seru Ferrel dari arah pintu UKS yang membuat Aidan melepaskan pelukan nya.
"Eh itu si tembok nangis lagi?" Tanya Farrel tak percaya melihat mata Aidan yang sedikit memerah.Mereka pun terkekeh kecuali Aidan yang merasa malu. Ara pun mengusap pelan puncuk kepala Aidan dan beralih menatap kedua abang nya yang berdiri didepannya.
"Abang gaboleh gitu sama bang ai!" Bentak Ara yang terlihat seperti anak kecil dimata mereka.Bukannya takut, si kembar malah terkekeh dan mencubit gemas pipi Ara. Aidan juga ikut terkekeh gemas melihat Ara yang kesal seperti anak kecil, ia pun mengacak-acak rambut Ara.
"Abaaaang!" Kesal Ara yang rambutnya menjadi sangat berantakan karena Aidan.Mereka merasa senang menggangu Ara yang seperti anak kecil ketika sedang kesal.
***
Haihai!
Jangan lupa vote!
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction••• Mempunyai tiga abang yang sangat menyayangi nya membuat Rara sangat bahagia. Ia kira semua laki-laki akan menyayangi nya seperti mereka bertiga. Namun ternyata hipotesis nya selama ini salah. ••• "Gue udah muak sama percintaan." Ujar Ara dengan...