HAPPY READING
***********************
"Sampai bertemu lagi, tupai kecilku~"
Pandangan Fia mulai kabur. Dia tidak bisa melihat dengan jelas. Tangannya pelan-pelan berhenti meronta-ronta. Fia menyerah. Tapi...
"FIAA!!!"
Suara teriakan itu membuat Fia terbangun dan memegang lehernya, menghirup udara tergesa-gesa. Fia tau kalau itu hanya sekedar mimpi tapi hal itu membuat dia rasakan itu nyata.
Dasar sialan!
Fia semakin sulit bernapas. Dia pun memukul-mukul dadanya berkali-kali, tapi tetap saja oksigen tidak mau masuk kedalam paru-parunya. Ditambah lagi tubuhnya bergetar dan jantung berdegup kencang.
"Fia! Sadar! Liat kakak!"
Dengan susah payah Fia mengangkat kepalanya, melihat Arsen dengan wajah khawatir begitu juga dengan Gio yang sudah menangis tersedu-sedu.
"Dengar ucapan kakak, tarik napas... Buang... Tarik napas... Buang..."
Fia mengikuti ucapan Arsen, dengan perlahan Fia kembali bernapas dengan benar walaupun masih terasa sesak. Melihat keadaan Fia seperti itu, Arsen mengeluarkan alat membantu pernafasan dan langsung memasangkannya pada Fia. Tak berangsur lama, pernapasan Fia mulai normal dan Arsen pun merasa lega kecuali Gio yang dari tadi masih menangis.
"Bang, Fia kenapa?" Tanya Gio.
"Haahhh..." Bukan menjawab pertanyaan Gio, Arsen menghela nafas frustasi. Arsen bingung sambil mengacak-acak rambutnya, harus gimana caranya agar adiknya sembuh dari traumanya yang selalu menghantui dalam mimpinya itu.
"Bang hiks.. jawab elah bang..." Rengek Gio sambil menggoncang bahu Arsen. Sedangkan Arsen sendiri, menatap Gio datar. Pandangan Arsen beralih menatap adiknya setengah sadar. Ini adalah kesempatannya untuk mengetahui mengenai mimpi yang selalu menghantui Fia.
Arsen langsung memegang pergelangan tangan Gio, lalu berkata "Gio, ambil buku dan pena. Sekarang!".
Gio hanya memberi tatapan tak mengerti tapi Gio tetap melakukan perintah kakak pertamanya yang terdengar serius. Dia tidak mau kena amuk kakaknya.
Tak lama kemudian, Gio datang dengan membawa buku dan pena ditangannya. "Buat apa bang?" Tanya Gio yang masih bingung.
"Lo harus catet semua huruf, kata, maupun kalimat yang diucapin sama Fia. Oke?"
"Hah? Oh okey..." Jawab Gio linglung. Arsen langsung menghadap ke Fia dan mengelus kepala Fia. Tapi sebelum Arsen mengucapkan katanya, Gio bertanya kepadanya.
"Tapi bang, kenapa gak besok aja? Kan masih ada waktu. Lagian Fia harus istirahat. Gak liat Fia habis mimpi buruk? Kalo dia bangun gimana? Teru-"
"Haiss bacot Lo! Cerikis amat jadi orang." Potong Arsen jengah atas semua ucapan Gio. Sedangkan Gio langsung terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy AFIA
Teen FictionAfia Erlina Firmansyah bisa dipanggil Afia. Semenjak adik Afia dibunuh didepan mata Afia membuat dirinya trauma akan hal itu. Orang tua Afia akhirnya mengirimkan Afia berobat diluar negeri yaitu di Prancis ditemani oleh kakak pertama. Tetapi bukanya...