Chapter 13

29 4 0
                                    

Jeny hanya duduk terdiam bersama 4 preman itu, mobilnya melaju menuju sebuah daerah pedesaan yang tidak diketahui keberadaanya oleh Jeny karena gadis itu baru saja pindah ke Korea dan ia tak pernah melewati jalan itu.

Setelah sampai Jeny di bawa ke sebuah bangunan tua yang cukup luas, bangunan itu tampak seperti bekas pabrik pakaian, dikarenakan masih adanya beberapa mesin dan bahan-bahan yang ditinggal pergi pemilik nya.

Para preman itu berkumpul sejenak dan melakukan sedikit percakapan, setelah selesai tiga orang dari preman itu kembali ke mobil dan pergi meninggalkan bangunan itu bersama Jeny dan 1 orang anggotanya.

***

Jeny di paksa duduk di lantai oleh pria itu sementara tasnya di periksa satu-persatu untuk di ambil benda berharga.

Kurang lebih sudah 2 jam lamanya mereka berada disana, si pria kekar itu mulai melirik tubuh Jeny, dengan tubuh yang indah juga wajah yang menawan membuat insting pria ini muncul untuk menggodanya.

Jeny yang dari tadi duduk terdiam kini merasakan bahaya akan datang padanya, namun ia tetap tenang tanpa berbuat apapun. Ia hanya menundukan kepalanya seolah-olah dia adalah gadis lugu yang lemah.

Pria itu perlahan mulai mendekati Jeny, membelai rambutnya dan mengelus pipi gadis itu, Namun tetap saja Jeny diam dan seperti membiarkan pria itu menyentuhnya.

Si pria mulai merasa tak sabar, ia bergerak lebih dalam lagi. Pria itu memegang tubuh Jeny perlahan dan memeluk paksa gadis itu.

Ketika pria itu sibuk memeluknya, Jeny dengan cepat mengambil paku tembok yang cukup besar yang terletak di lantai dan langsung menusuk bola mata pria itu dengan sekuat tenaga.

Cccrrtt darah pun mulai bercucuran dari mata pria itu, ia mengerang kesakitan hingga mengguling-gulingkan tubuh nya. Tak mau berlama-lama Jeny langsung merampas kembali tas dan HPnya yang ada pada pria itu.

Si pria yang murka lalu mulai bangkit dan berjalan ke arah Jeny, gadis itu berusaha lari sembari mencari benda-benda yang sekiranya bisa ia gunakan untuk dijadikan senjata.

Namun karena panik Jeny tak melihat apapun yang bisa di gunakan, si pria itu langsung menarik bajunya hingga ia terseret ke kebelakang, tak mau kalah Jeny yang dibekali ilmu bela diri sejak dini itu langsung berputar dan melayangkan kaki jenjangnya tepat di kepala preman itu.

Preman itu langsung tersungkur ke lantai, tak lama setelah itu Jeny baru tersadar bahwa selama ini ia selalu membawa pisau buah bersamanya. Ia menyimpan pisau itu di bagian kecil di dalam tas, Sehingga tadinya tak terlihat oleh preman itu ketika membuka tas miliknya.

Sebelum pria itu bangun Jeny dengan cepat melayangkan pisaunya ke pria tersebut. Bukan di perut.. Bukann... Melainkan ia melayangkan pisau itu ke mata si pria yang sebelahnya lagi.

AAAARRGGGGH..! Erang pria itu kesakitan. Tanpa ampun Jeny lalu menduduki perut pria itu dan menikam wajah pria itu berkali-kali, tusukan demi tusukan menghujani wajah pria itu, setelah lelah Jeny mengakirinya dengan menyayat leher pria itu penuh dari kiri ke kanan memutar habis hingga pria itu tak bergerak sama sekali.

Nginnnggg..... Kepala Jeny mulai berdenging lagi, gadis itu berusaha menggeleng-gelengkan kepalanya agar bunyi itu hilang, Tak lama setelah terduduk di samping jasad pria itu, Jeny mulai bangkit, Ia harus memikirkan cara untuk kembali ke kotanya. Sebelum meninggalkan tempat itu Jeny merasa harus membersihkan aksinya tersebut. Ia berkeliling mencari bahan bakar dan pematik api, Setelah ia menemukan bahan bakar yang terbuat dari minyak bekas pabrik. Ia menyiram seluruh bangunan itu dan membakar habis pabrik itu dengan api dan berusaha pergi sejauh mungkin dari lokasi.

***

Malam itu ia berjalan sendirian di tengah malam dengan berbekalkan penerangan cahaya dari Handphonenya.

Sedikit merasa lelah ia tampak terhuyung berjalan melintasi semak-semak yang berada di sekitar gudang itu. Sudah setengah jam berjalan ia melihat aliran air kecil seperti sungai yang membentang di tanah, ia langsung bergegas kesana dan mencuci tubuhnya yang berlumuran darah pria itu.

Setelah membersihkan diri, ia kembali berjalan mencari rumah penduduk yang ada di sekitar sana.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam, Jeny masih berjalan mencari pertolongan, Namun tak satu rumah pun ia dapati di area tersebut.

Ia lalu duduk sebentar di tepian jalan kecil. sebenarnya bisa saja Jeny menghubungi polisi untuk membantu nya, tetapi Jeny berpikir sebaiknya jangan, karena ia telah membunuh seorang pria, pasti akan merepotkan bila berurusan dengan polisi. Maka dari itu Jeny memilih berusaha sendiri kembali ke rumahnya.

Setelah cukup lama menunggu, terlihat seorang pria muda melintasi area itu dengan sepeda unta usang nya.

Pria muda itu berhenti ketika melihat ada seorang gadis dengan pakaian basah duduk di tepi jalan kecil. Ia lalu menghampiri Jeny dengan hati-hati.

"Permisi, anda siapa? Apa yang anda lakukan di sini malam-malam?" sapa pria itu.

" Anu, saya tersesat dan tak tau arah pulang". jawab Jeny polos sambil menggaruk-garuk kepalanya.

" Kalau boleh saya tau anda dari mana dan ingin kemana?? Tanya pria itu lagi penasaran.

" Tadinya saya mau menemui nenek saya yang berada di desa ini, karena saya dari kota dan tak tau arah, maka nya saya tersesat dan terpeleset ke aliran air yang ada disana" ucap Jeny dengan memasang wajah polosnya.

Jeny ahli berbohong, sangat mudah baginya memasang topeng di wajah nya dan mengeluarkan alibi-alibi yang tak di curigai orang sama sekali. Ini yang disebut dengan sifat manipulatif dari seorang Psycopath.

Tanpa curiga pemuda itu mengangguk-angguk dan menawarkan diri untuk membantu Jeny pulang ke kotanya, ia meminjam mobil pamannya dan mengantarkan Jeny malam itu juga ke rumahnya.

***

Silent Rose.  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang