Posisi kedua orang berdarah dingin ini hampir sama, mereka sama-sama saling mengincar satu sama lain, Jeny yang sudah mengetahui wajah pria itu tampak siap untuk memburu pria tua itu, sedangkan Cho Nam Seok tidak mengetahui siapa orang yang akan ia cari. Disinilah pertarungan sengit sesama pembunuh gila akan terjadi.
Jeny yang telah sampai di lokasi kejadian berjalan melihat-lihat TKP, tampak disana beberapa petugas memeriksa TKP dan berjaga-jaga. Jeny yang kali ini menggunakan stelan wanita feminim biasa berjalan mengitari area tersebut sambil menggenggam ponselnya untuk mengambil beberapa foto.
Disisi lain Cho Nam Seok yang mengawasi area sekitar TKP Tampak duduk santai seperti tidak terjadi apa-apa ia menutup bagian kepalanya dengan topi yang terbuat dari anyaman, topi yang biasa digunakan para petani di ladang, ia sengaja menutupi wajahnya agar polisi tidak mengenalinya.
Logikanya setelah membunuh ia tidak lari menjauh melainkan selalu berada di area lokasi kejadian, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi setiap orang yang berpapasan dengannya, ia sudah sangat profesional dalam menjalankan aksinya, maka dari itu selama belasan tahun ia tidak pernah tertangkap sekali pun karena keberadaannya yang sulit di temukan.
Jeny yang tampak sibuk memotret kian kemari kini bertemu langsung dengan Cho Nam Seok, mata mereka bertemu, namun Cho Nam Seok tidak menyadari siapa Jeny, Jeny yang sudah mengetahui itu adalah Cho Nam Seok kini tersenyum licik, ia membungkukan badannya untuk menyapa pria tua itu, Jeny berusaha berkomunikasi dengan pria itu dengan cara pura-pura bertanya lokasi penginapan yang ada di sekitar sana.
"Selamat sore pak, maaf mengganggu saya ingin menanyakan tempat penginapan yang berada di sekitar sini, saya mendapat tugas kuliah ke desa ini, namun belum menemukan tempat untuk bermalam" ucap Jeny sambil memasang wajah polosnya pada Cho Nam Seok.
Cho Nam Seok yang tidak curiga sedikitpun menjawab pertanyaan gadis itu, "Ada penginapan yang cukup murah di seberang desa, kamu harus melewati area persawahan untuk sampai disana" ucap Cho Nam Seok sembari menunjukan jarinya ke arah kanan jalan.
Melihat pria itu tak menaruh curiga padanya, Jeny kembali memancing pria itu agar mau ikut dengannya menuju penginapan itu.
" Begini pak, saya tidak tahu jalan, takutnya nanti saya akan tersesat lagi, sedangkan sekarang sudah senja, sebentar lagi matahari akan tenggelam, apakah bapak bersedia mengantarkan saya ke lokasi penginapan?" tanya Jeny lagi pada Cho Nam Seok
Setelah mendengar perkataan gadis itu timbulah naluri Cho Nam Seok untuk membunuhnya sehingga ia menyetujui ajakan gadis itu dan masuk bersama Jeny ke dalam mobil.
Di perjalanan Cho Nam Seok bertanya kepada Jeny " Nak, kamu berasal dari mana? ". " Saya datang dari Seoul pak". jawab gadis itu tanpa melirikan matanya kepada Cho Nam Seok.
" Apakah kau tinggal bersama orang tua mu?" tanya pria tua itu kembali pada Jeny. Mendengar pertanyaan pria itu membuat Jeny merapatkan giginya dan merusaha menjawab pertanyaan si pria itu dengan baik." Ya, saya tinggal bersama kedua orang tua saya" jawab Jeny yang mulai melirikan matanya pada Cho Nam Seok,
apa yang ia sampaikan pada pria itu sangat bertolak belakang dengan isi hatinya, setelah menjawab tanya pria itu Jeny bergumam di dalam hati, "Sebentar lagi kau akan menyusul kedua orang tua ku! ".
Jeny yang tampak sedang berusaha mengontrol emosinya kini melontarkan pertanyaan kembali pada pria tua itu " Kalau bapak sendiri bagaimana, apakah punya keluarga?" , " Ya saya punya seorang istri dan seorang putri, kami tinggal tidak jauh dari penginapan itu" jawab Cho Nam Seok. Merasa puas dengan jawaban lengkap dan tak terduga itu membuat Jeny tersenyum lebar.
Jeny langsung mengerem mobilnya, lalu ia pura-pura panik sembari memainkan Hpnya, lalu ia mengatakan ada barang yang harus ia jemput di rumah rekannya yang berada di seberang sana. Merasa tak curiga Cho Nam Seok mengangguk setuju untuk pergi ke rumah yang dibicarakan Jeny itu.
Tibalah mereka di sebuah pondok kecil yang terlihat usang. Jeny langsung turun dari mobilnya dan membuka pintu belakang untuk mengambil sesuatu, Cho Nam Seok yang tak menaruh curiga padanya tetap terdiam di kursi penumpang sembari melihat-lihat ke arah pondok.
Jeny yang sudah siap lalu membuka pintu penumpang, dan ketika Cho Nam Seok menoleh padanya ia langsung menusukan pisau yang ia bawa dari rumah tadi ke pinggang Cho Nam Seok.
Cho Nam Seok terlihat terkejut sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit akibat tusukan Jeny, lalu Jeny memegang baju pria itu dan menyeretnya itu keluar dari mobil dan langsung menghempaskannya ke tanah.
" Hai apa kabar? Sudah lama ya?" ucap gadis itu sambil menginjak kuat tangan kanan Cho Nam Seok, pria itu tampak bingung, mengapa gadis itu menusuknya, sambil menahan sakit ia melontarkan pertanyaan pada Jeny " Siapa kau?! Apa mau mu?!" tegas Cho Nam Seok sambil meringis kesakitan.
Jeny yang melihat pria tua itu terkapar di tanah tertawa lebar dengan tatapan seolah akan memakan pria itu.
" Apakah kau melupakan janjimu 16 tahun yang lalu?" ucap Jeny sambil mengencangkan pijakannya ke tangan Cho nam Seok.
" Janji? Janji apa?!!! Dasar wanita gila!" ucap Cho Nam Seok sambil kesakitan.
" Apakah kau lupa dengan janji bahwa suatu saat nanti kau akan menjemputku lagi setelah membunuh orang tuaku !" teriak Jeny dengan suara lantang dengan mata memerah dan sedikit berlinang air mata.
Cho Nam Seok kemudian teringat akan ucapannya pada gadis kecil yang ketakutan kala itu, lalu ia melihat wajah Jeny kembali " Itu kau? Anak kecil waktu itu?" ucap Cho Nam Seok dengan ekspresi shocknya.
" Tepat, ternyata kau belum pikun dengan usiamu yang sudah tua itu, tapi kali ini akulah yang menjemput mu untuk membayar semua perbuatanmu padaku" ucap Jeny dengan lantang dan tertawa puas.
Lalu Jeny melayangkan kakinya tepat ke kepada pria tua itu hingga Cho Nam Seok pingsan seketika.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Rose. (Complete)
Misteri / Thriller"Killing Beauty" adalah julukan gadis manis ini. siapa sangka gadis cantik dan pintar ini adalah pembunuh berdarah dingin?! Kasusnya yang sulit diungkap oleh kepolisian membuat resah warga kota. yuk ikuti cerita nya di karya kedua ku yang berjudul...