BAB 1: Dasi Hitam Putih

1.8K 143 20
                                    

Dunia akan jungkir balik kalau dia diterima di SMA Budi Asih, komentar Halilintar beberapa jam sebelum pengumuman penerimaan peserta didik baru. Itu artinya sama seperti melihat seekor sapi bisa terbang dan mencoba menguasai dunia. Aneh, mustahil dan tidak masuk akal.

Halilintar optimis dirinya tidak akan diterima di sana, sebab dia mengerjakan soal tes tulis dengan metode "di mana-mana hatiku senang". Sebuah metode pengerjaan soal yang tidak membutuhkan kepintaran, kecerdasan, ketelitian, apalagi teknik legendaris: mengerjakan soal yang termudah dulu, baru yang tersulit. Yang diperlukan hanyalah kreativitas dalam menghitamkan jawaban di mana pun seenak jidat. Mungkin jika Mamanya tahu, dia akan dicoret dari kartu keluarga.

Meskipun begitu, ada sebuah pepatah populer mengatakan, kenyataan itu suka bercanda walau kadang tidak lucu. Situasi ini seakan berlaku bagi Halilintar. E-mail yang baru saja masuk ternyata mampu membuat otaknya not responding.

Halilintar diterima di SMA Budi Asih.

Iya diterima. Namanya benar-benar tercantum di sana. Dia curiga matanya mendadak siwer saat membaca e-mail, tapi ketika tombol F5 ditekan berkali-kali pun hasilnya masih tetap sama. Halilintar menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, posisi duduknya perlahan merosot ke bawah seiring nyawanya yang terasa hilang separuh. Bukan dunia yang akan jungkir balik, tapi kehidupannya sendiri.

~o0o~

Masa orientasi dilaksanakan selama tiga hari. Walaupun jauh dari perpeloncoan, nyatanya tetap banyak kegiatan dan lumayan menguras energi. Untungnya Gempa berhasil melewatinya dengan baik tanpa memancing keributan dengan pihak lain. Namun, lain lagi dengan Halilintar.

Keinginan yang tak sesuai dengan kenyataan membuat Halilintar denial, tetapi di sisi lain dirinya tidak tega mengecewakan Mamanya. Karena itu, Halilintar berusaha menguatkan diri bahwa tiga tahun adalah waktu yang singkat, meski nyatanya ada 365 hari yang harus dikali tiga, alias masih lama.

Suasana hatinya yang buruk membuat keinginan Halilintar menjauhi keramaian orang semakin besar. Alhasil, kucing-kucingan dengan pengurus OSIS adalah rutinitas barunya setelah resmi menjadi siswa di SMA Budi Asih. Selama MOS berlangsung, tidak terhitung berapa kali Halilintar izin ke toilet, tetapi malah berbelok ke tempat sepi. Setiap hari lokasinya selalu berubah. Seringnya hanya untuk bermain game online, tetapi pernah juga kedapatan sedang bertengkar dengan kucing liar. Sampai semua pengurus OSIS sudah hafal, di mana ada tempat sepi, di situ ada Halilintar.

Hari pertama sekolah diisi dengan pengumuman kelas di gedung auditorium. Berhubung ini adalah tradisi penting saat menjadi siswa SMA Budi Asih, maka pengurus OSIS berupaya agar semua dapat mengikutinya dengan baik. Untuk itu, mereka membuat antisipasi agar tidak ada siswa baru yang keluar ruangan saat pembagian kelas berlangsung. Beberapa dari mereka ditempatkan berjaga di pintu utama dan pintu samping. Mereka mungkin terlihat sedang mengobrol santai, tetapi matanya aktif ke sana ke sini untuk menandai siswa yang berpotensi kabur-kaburan.

Sebelum memasuki gedung, para siswa baru akan diberi sebuah kotak persegi kecil berwarna hitam, bertuliskan nama mereka di atasnya. Kotak itu hanya boleh dibuka setelah sambutan dari kepala sekolah selesai. Kalian akan tahu sendiri, kata pengurus OSIS setiap kali diberi pertanyaan tentang isi kotak itu.

Sejak melewati pintu utama, beberapa pengurus OSIS aktif melirik padanya. Halilintar sadar akan hal itu. Sekarang masih belum terlalu ramai, tetapi ketika semua siswa sudah berkumpul, dia tidak yakin bisa bertahan.

"Mereka ngawasin aku, Gem. Aku harus gimana?" bisik Halilintar pada Gempa.

Gempa melirik ke belakang, beberapa pengurus OSIS tertangkap mata melirik pada kakaknya. Mau tak mau, Gempa jadi ikut berpikir mencari alasan. Kakaknya sudah terlalu sering beralasan ke toilet. Cara itu tentu tidak bisa digunakan lagi, pun ketika menggunakan alasan lain, mereka belum tentu mau percaya. Seketika sebuah ide gila terlintas dalam pikiran Gempa. Dia mengetikkan sesuatu dalam ponselnya, lalu dia tunjukkan pada Halilintar.

E ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang