Bab 8: Kata Kunci

541 96 7
                                    

Semua orang punya rencana, begitu pula Solar. Maka inilah satu-satunya rencana yang dia punya: mengunjungi Fang di Akademi Kepolisian. Meskipun harus mengalami perubahan rencana sebelumnya, lantaran Kaizo tiba-tiba datang ke kelas tanpa diprediksi, dan dia baru bisa keluar beberapa jam kemudian.

Solar pikir, Fang nantinya bisa memberikan jawaban yang dia mau; memberi tahu apa yang Kaizo lakukan sebelum alarm kebakaran berbunyi. Karena itu, dia bersedia menempuh perjalanan selama beberapa jam dengan supir pribadinya yang keberatan sepanjang perjalanan. Solar tak peduli. Dia harus tiba di Akademi Kepolisian bagaimanapun caranya. Namun, begitu sampai, dia malah dihadiahi kernyitan Fang.

"Jauh-jauh kesini mau apa?" tanya Fang ketus.

"Ada yang mau kutanyakan."

Fang bersedekap, tubuhnya bersandar pada gerbang kompleks akademi. "Tentang?"

"Kejadian kemarin."

"Oh ... bukan kerjaan orang iseng rupanya. Kukira cuma kerjaan orang iseng." Fang mengangguk-angguk. Solar paham, pemuda itu tengah menyindirnya.

Sebenarnya kunjungan Solar mendapat penolakan dari banyak pihak, terutama dari kepala asrama Fang, bahkan sampai satpam yang berjaga di depan pintu masuk kompleks akademi. Jam berkunjung dibatasi hanya sampai sore, dan sebelumnya tidak pernah ada keluarga taruna yang berkunjung pada malam hari.

Kalau bukan karena ayahmu sering membantu ayahku, pasti sudah kuusir dari sini, kata Fang usai berdebat sengit dengan satpam di depan pintu masuk, dan akhirnya diberi izin bertemu sampai sebelum absen malam dilakukan. Kemudian Fang mengajak Solar mengobrol di sebuah kedai tak jauh dari lingkungan Akademi Kepolisian.

"Aku nggak bisa lama-lama. Jadi, mau tanya apa?"

Solar merogoh ponsel dari kantong celananya, dia menunjukkan video CCTV yang Fang berikan tadi siang. Solar menghentikan video itu tepat ketika layarnya menyorot wajah Kaizo dengan cukup jelas. "Kenal orang ini?"

"Jauh-jauh kesini cuma mau tanya itu? Hotel itu punya keluarga Ezra."

Solar langsung buang muka, entah Fang sudah lupa ucapannya tempo hari, atau dia memang sengaja.

"Makanya, kalau ngomong jangan sembarangan. Bisa-bisanya bilang begitu."

"Ya, aku tahu."

Fang mencibir, tetapi akhirnya menjauh dari tempat mereka duduk sembari menempelkan ponsel ke telinganya. Sambil menunggu, Solar melihat-lihat sekeliling. Beberapa kali Solar melirik Fang yang mengacak-acak rambutnya sendiri, sepertinya ada perdebatan sengit. Tak lama kemudian Fang kembali duduk di hadapannya dan meletakkan ponselnya di meja.

"Ezra lagi cari tau, kita tunggu aja," ucapnya. "Omong-omong, apa orang itu pelakunya?"

"Entahlah," jawab Solar sekenanya.

"Terus buat apa dicari tau?"

"Cuma mau tau kenapa dia di sana."

Fang mendengus. Solar datang jauh-jauh ke tempatnya hanya karena penasaran. Sia-sia waktu istirahatnya digunakan untuk meladeni bocah kepo yang punya terlalu banyak waktu luang. Fang melirik layar ponselnya berkedip-kedip. Ada satu pesan masuk. Matanya bergerak dari kiri ke kanan.

"Aku dapat pesan dari Ezra." Solar mengalihkan perhatiannya. "Orang itu pengunjung restoran hotel, dia masuk ke privat room yang sudah direservasi orang lain."

"Siapa yang reservasi?"

"Tamu VIP. Ezra nggak bisa kasih tahu identitasnya."

"Kalau gitu, gimana ciri-cirinya?"

E ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang