Bab 7: Alarm Kebakaran

641 104 13
                                    

Setelah memastikan para penghuni kelas E perlahan pergi meninggalkan sekolah, Kaizo langsung naik ke lantai lima, menuju sebuah ruangan yang aksesnya hanya dimiliki oleh beberapa orang yang punya kepentingan. Di ruangan yang dibuat redup itu, satu buah proyektor menjadi sumber cahaya yang memproyeksikan data diri masing-masing penghuni kelas E, dan data apa saja yang berhasil diperoleh hari ini. Kaizo berdiri di depan, tak jauh dari layar besar yang memantul dari mesin proyektor. Pria itu mulai menjelaskan sembari tangannya menunjuk poin-poin tertentu menggunakan pointer.

Di sudut berbeda, kepala sekolah duduk bersandar di kursinya, menatap seksama data-data yang tersaji di depan, tangannya sesekali menulis sesuatu di atas berkas miliknya. Raut puas dan tak senang tercetak bergantian wajahnya.

"Untuk lebih memastikan hal ini, saya butuh bantuan dari tim medis," kata Kaizo.

Kepala sekolah mengangguk-angguk, dan menulis lagi. "Itu bisa diatur."

"Meskipun begitu, ada beberapa hal yang perlu saya garis bawahi." Kaizo menunjuk foto berjudul 070-Taufan menggunakan pointer. "Saya sengaja mengganggu konsentrasi mereka dengan suara peluit, dan Taufan terlihat paling terganggu. Terutama ketika dia berada dalam situasi serius, konsentrasinya mudah terpecah oleh suara di sekitarnya, mungkin ini berkaitan dengan kemampuannya."

Dengan menggunakan pointer, Kaizo memindahkan tampilan sebelumnya menjadi sebuah grafik yang melandai, dengan nama '064-Ying' sebagai sub judul. "Untuk Ying, dia memang yang paling cepat diantara yang lain, tapi terbatas dalam jarak yang relatif dekat dan singkat. Bisa dilihat dalam grafik ini, semakin lama kecepatannya akan semakin menurun. Ini bukan pertanda buruk, tetapi kedepannya mungkin kemampuan Ying bisa lebih baik dari ini.

"Yaya, Solar, dan Halilintar tidak ada masalah. Yaya mampu mengendalikan kemampuannya dengan baik, tetapi tes ini tidak membuat Solar menunjukkan kemampuannya. Mungkin lain waktu kita bisa lakukan kegiatan lain untuk melihat bagaimana perkembangan kemampuannya. Terakhir, Halilintar, saya belum bisa banyak berkomentar. Ini pertama kalinya saya melihat kemampuannya, karena itu saya membutuhkan lebih banyak data. Jadi, untuk saat ini saya akan fokus membuatnya betah dan beradaptasi dengan baik," Kaizo mengakhiri penjelasannya.

"Tentu, seperti yang pernah saya bilang, kita hanya perlu membuatnya nyaman dan merasa diterima. Dengan begitu, anak itu tidak akan pergi kemana-mana." Kepala sekolah menutup berkas di dekatnya, lalu bangkit. Sebelum pergi, wanita itu berbalik dan berkata, "Bagaimana kalau kelas selanjutnya diadakan hari selasa?"

"Bisa, Bu. Mereka tidak ada jadwal ekskul di hari selasa."

"Baguslah. Saya titip anak-anak itu."

Kaizo mengangguk. Sepatu bersol tinggi milik kepala sekolah mengetuk-ngetuk lantai, meninggalkan Kaizo di ruangan itu.

~o0o~

Yaya mulai menurunkan tirai rolling blind menutupi semua jendela, dan Ying yang mendapat giliran piket mulai membersihkan ruangan itu. Selepas kelas olahraga, Kaizo kembali menjadwalkan kelas tambahan, seperti Jumat lalu.

Solar membenahi penampilannya di depan cermin, melapisi kemejanya dengan jaket putih, melepas dasi ke dalam tas, lalu memakai topi putih, dan sentuhan terakhir, kacamata berbingkai bulat bertengger di wajahnya. Puas melihat pantulannya sendiri, Solar melangkah ke luar kelas. Namun, Taufan langsung menghalangi jalannya.

"Eits, mau kemana, Bro?"

"Menghabiskan pendapatan ayahku. Minggir!"

Taufan merentangkan kedua tangannya. "Boleh keluar, tapi aku ikut."

Mendengar hal itu, Yaya ikut nimbrung. "Kita ada kelas tambahan, ingat?"

"Santai, Ya. Lagian kalau Solar nggak hadir, paling-paling pindah hari lagi, kayak waktu Hali nggak masuk. Nah, mending kamu ikut. Gimana?"

E ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang