Jejak langkah mereka berempat berhenti dititik pinggir hutan.
Dimana tempat yang mereka pijak ini merupakan jalur yang mengarah dari wilayah penduduk menuju arah hutan.Orang-orang yang sepintas menyadari mereka berempat sewaktu berlalu-lalang, terdiam tak percaya. Tuta benar-benar masih bernafas.
Kabar Tuta yang menghilang sejak 5 hari lalu terdengar hingga sampai ke telinga para dukun. Dukun mempercayai bahwa Tuta kemungkinan masih di jaga oleh sesuatu.
Pasalnya apabila seseorang yang terancam di hutan apalagi mendapat celaka dari roh ghaib tak lama akan menjemput kematiannya. Tergantung bagaimana seseorang itu mampu terlepas dari teror yang mengikutinya.
Mereka berempat melewati orang-orang yang memandang heran. Dari bawah mata kaki hingga ke ujung dahi.
Rumah Tuta terbuka pintunya dengan lebar. Ibu seakan membiarkan Tuta untuk masuk sendiri kerumahnya untuk menemui Ibu serta Nira.
Orang-orang mulai berkerumun didepan rumah Tuta. Adipani, Daryan, dan Sugeng menunggu di depan rumah bersama para warga yang lain.
Tuta yang masuk ke dalam rumahnya itu mendapati beberapa dukun tengah berdiri di pintu kamar Nira. Didalam sana ada Ibu serta ketua dukun yang nampaknya sedang mengobati Nira dengan jampi-jampi.
Nira duduk di atas tempat tidur dengan keadaan terdiam dan agaknya bagai orang yang sedang kerasukan.
Tuta memanggil Ibunya yang tengah berdiri memandang Nira, sehingga semua mata kini tertuju kepada Tuta yang lusuh, kecuali Nira.
Ibu terharu dan senang sekali karena anaknya kembali pulang. Sehingga Ibu beranjak menemui Tuta yang berdiri di depan pintu kamar Nira. Lalu Ibu menarik lengan Tuta menuju arah dapur.
Daryan yang melihat Ibu tengah menarik lengan Tuta, ia segera masuk tanpa permisi yang di nilai para warga itu sangat tidak sopan untuk seorang lelaki yang masuk tanpa permisi, apalagi terdapat seorang gadis yang tinggal disana.
Namun Daryan tidak memperdulikannya.
"Daryan, mau kemana kau. Jangan Daryan, tidak sopan." Ujar Sugeng melarangnya.
Namun Daryan tidak mendengarnya.
Adipani pun turut memasuki rumah milik Tuta. Warga berseru seakan melarangnya.
Hingga sugeng pun turut memasukinya walau merasa ragu.Didapur sana mereka berdua berpelukan. Ibu menangis bahagia karena Tuta telah di temukan.
"Kau kemana saja, Nak? Ibu mengkhawatirkan kamu?"
"Maafkan aku, Bu. Aku tidak bermaksud pergi dari rumah. Aku sempat mengambil air malam itu. Tapi seakan aku tidak sadar jika jalur yang aku langkahi membuatku tersesat kedalam hutan."
"Ibu sayang kamu, Nak. Jangan pergi lagi tanpa Ibu, ya."
Tuta menganggukan kepalanya bertanda setuju.
"Tentang Kak Nira. Kenapa banyak dukun di rumah kita, Bu?"
Ibu menjelaskan kepada Tuta tentang Nira. Bahwasannya Nira sedang di obati oleh para dukun. Ada sesuatu yang dilihat oleh para dukun itu pada diri Nira.
Bukan roh pada umumnya, namun seperti roh yang datang bukan dari dalam hutan.
"Hanya mengobati Nira. Kita tahu bahwa Nira sedang tidak sehat. Entah bagaimana ulah para dukun itu yang membuat roh halus mendiami tubuh Nira. Kau harap tenang."
Kemungkinan karena peristiwa hari lalu yang membuat salah seorang dukun berteriak di dalam kamar Nira, padahal Nira sendiri tengah terbaring di tempat tidurnya.
"Lalu bagaimana kondisi Kak Nira, Bu?"
"Dia nampak tenang, hanya ketua dukun, perlahan segera menghilangkan roh yang masuk di dalam tubuh Nira." Ungkap Ibunya.
Daryan, Adipani, dan Sugeng memasuki rumah mereka, dan menghampiri Ibu dan Tuta di dapur.
"Maaf Bu jika kami lancang masuk." Ungkap Adipani.
"Tak apa. Terimakasih kalian sudah menyelamatkan anak saya." Ujar Ibu dengan perasaan sedih.
"Ibu tidak usah berterimakasih. Tuta sahabat kami, kami wajib menolongnya." Ucap Adipani nampak tersenyum.
"Ibu tidak tahu bagaimana cara berterimakasih pada kalian. Semoga kalian sehat selalu."
"Terimakasih banyak, Bu."
Tak lama setelah itu para dukun keluar dari dalam kamar Nira.
Sang ketua dukun menemui Ibu tepat di bibir pintu yang mengarah masuk ke ruang dapur. Disana ketua itu menjelaskan seluk-beluk kejadian yang di alami oleh Nira.
Tuta dan yang lainnya tidak dapat mendengar apa yang disampaikan oleh dukun tersebut, karena cara penyampaiannya itu hanya berbisik ke telinga Ibu.
"Kami sudah berhasil mengembalikan anakmu. Roh itu masih berada disekitar sini, namun ia tidak akan kembali merasuki tubuh anakmu. Tapi jiwanya hilang, hanya tubuhnya saja yang berhasil dikembalikan."Tiba-tiba tanpa tahu apa yang dukun ucapkan kepada Ibu, membuat Tuta dan yang lain melihat Ibu meneteskan air matanya begitu saja.
Ibu seakan sudah pasrah dengan ini semua, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Dan sang dukun langsung berucap permisi kepada Ibu untuk segera pulang. Karena Nira dirasa telah sembuh. Dan kini tengah beristirahat.
Ibu dan Tuta segera memasuki ruang kamar Nira. Diikuti oleh ketiga pemuda tersebut.
Disana Nira terbaring nampak anggun dengan mata yang tertutup. Namun dari wajahnya nampak pucat. Apa yang tengah dilakukan para dukun itu sehingga Nira seperti ini, pikir Tuta.
Ibu langsung memeluk Nira yang terbaring itu, sambil menciumnya. Membuat Tuta merasa jika ada sesuatu yang terjadi kepada Nira.
"Bu, Kakak kenapa?"
Namun Ibu tidak menghiraukan pertanyaannya.
Sampai dimana Tuta melihat Nira yang tengah membuka mata menatap langit tanpa suara. Terdiam dan nampak seperti orang yang tanpa jiwa.
Beberapa detik kemudian Ibu mengatakan apa yang disampaikan oleh ketua dukun tadi.
"Sebenarnya dukun-dukun tersebut datang karena laporan dari salah satu dukun yang pernah menemui Nira dikamar sendirian. Dukun itu mengatakan jika Nira itu berubah menyeramkan dalam halusinasi nyatanya. Sehingga tadi pagi mereka langsung mengobati Nira yang dirasuki. Tapi tak apa, Nira sudah kembali." Ungkapnya di akhiri dengan senyuman.
Adipani dan yang lain mendengar hal itu kini mengerti alasan para dukun tengah berada dirumah keluarga Tuta. Dan Adipani kini tahu alasan dibalik cerita yang pernah di sampaikan Tuta mengenai salah seorang dukun yang berteriak ketakutan ketika memasuki kamar Nira.
Tuta menyapa kakaknya setelah itu, namun Nira tidak bersuara ataupun menoleh kearah adiknya. Padahal 5 hari lalu Nira dan dirinya dapat berkomunikasi dengan lancar walaupun sebentar. Kini rahasia itu tidak dapat lagi terharapkan.
Karena dirasa sudah memakan waktu beberapa menit. Adipani, Daryan dan Sugeng berpamitan kepada Ibu dan Tuta untuk kembali menuju rumah mereka masing-masing.
Ibu menyetujuinya dan tak lupa mengucapkan banyak-banyak terimakasih kembali. Ibu tidak tahu harus bagaimana caranya membalas perbuatan baik mereka.
"Tuta. Kau baik-baik saja bukan? Ibu mengkhawatirkan kamu."
"Aku baik-baik saja. Hanya masih terpikir bagaimana aku bisa selama itu menghilang."
Ibu baru menyadari ketika kening Tuta terluka berdarah kering. Dan wajahnya yang nampaknya kotor sekali.
"Keningmu. Maaf Ibu baru melihatnya. Sebentar Ibu ambil handuk kering dan air hangat untuk mengompres lukamu." Ibu segera pergi meninggalkan Tuta dikamar Nira untuk segera mengambil handuk bersih dan sebuah rantang berisi air.
.
.
.(Maaf ya kawan kalau updatenya telat. Ini karena masalah jaringan data saja dan pekerjaan. Harap dimaklumi ya. Dipastikan akan selalu update sampai ending. Jangan pernah bosan ya. keep reading!) :')
![](https://img.wattpad.com/cover/232869031-288-k298261.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelimut (Revisi) END ✓
Horror(Horror Mitologi) "Dia kembali." "Dia siapa?" "Roh hutan. Dia yang akan membunuhnya" Saat itu juga, muncul sebuah kaki besar yang berwarna seperti kayu tua. Namun amat kering juga keriput. Setelah itu diikuti kepala yang amat besar berwajah tirus...