Tuta di sekap oleh seseorang yang masih memakai topeng di dalam rumah kecil tersebut.
Kedua lengannya terikat dibelakang tubuhnya. Mulutnya masih tersumpal bola kain yang menutup mulutnya sehingga Tuta nampak tidak mampu berbuat apa-apa.Tuta terus memberontak ketika lelaki itu akan memeluknya. Siapa sebenarnya lelaki kurang hajar ini?
Ia tak bisa kabur, pintu rumah telah terkunci rapat dari dalam menggunakan kunci kayu, Tuta pun tak akan mampu membuka kunci tersebut selagi penculik ini masih mengawasinya.
"Tidak apa, sayang. Tak usah takut, Sayang." Ujarnya seakan merayu Tuta yang malang itu. Tuta seperti tahu kata-kata tersebut.
Pria itu sepertinya pernah di temuinya, dan pernah mengatakan sayang kepada Tuta.
Tuta yang mulutnya tersumpal itu ingin mengatakan sesuatu, namun ia masih tidak jelas untuk mengucapkan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Sehingga lelaki tersebut mengambil sumbatan kain yang menutup mulut Tuta. Membiarkannya berbicara mengatakan sesuatu ataupun berteriak.
"Mau apa kau? Apa yang kau lakukan kepadaku. Aku tak punya apa-apa."
"Jangan mengatakan demikian, Cantik. Kau punya segalanya untukku." Tuturnya lembut.
"Jaga bicaramu."
Tuta kemudian berteriak meminta bantuan sekerasnya yang ia bisa.
Lelaki tersebut lalu membuka penutup wajahnya, dan Tuta ingat siapa sosok lelaki ini. Dia merupakan lelaki yang sempat ditabrak Tuta sehabis dari sungai. Ya Tuta ingat. Pria itu pernah menggodanya. Namun Tuta berhasil kabur.
"Kau. Orang kurang hajar waktu itu."
"Jangan teriak sayang, disini hanya ada kita berdua saja."
"Lepaskan aku."
"Akan aku lepaskan setelah ku mendapatkan apa yang aku mau dari dirimu yang murni ini."
Tuta menghindarinya pelan, ketika lelaki itu mulai mendekatinya.
"Jangan takut, kesini biar ku peluk dirimu."
Lelaki yang berstatus duda itu nampak kesepian karena tidak dibelai oleh wanita. Ia akan melakukan hal jahat terhadap Tuta.
Sehingga lelaki tersebut berhasil memeluk tubuh mungil Tuta. Tuta memberontak dan berteriak berkali-kali, berharap bantuan akan datang untuk membebaskannya.
Ia tidak tahu lagi harus membebaskan tubuhnya dari pelukan lelaki itu, hingga ketika wajah lelaki tersebut mendekatinya dan akan mencium pipinya. Tuta pun berhasil menggigit sebelah telinga lelaki itu dengan sangat kencang sehingga lelaki tersebut berteriak keras kesakitan.
Dan tak di duga, setelah Tuta melepaskan gigitannya, telinga yang digigitnya beradarah dan menyisakan bentuk bolong karena gigitan.
Sehingga membuatnya marah dan memukul wajah Tuta hingga jatuh terkapar. Tuta sangat kesulitan untuk bangun dari jatuh terlentangnya.
Sedangkan lelaki yang digigitnya masih nampak kesal dengan perbuatan yang dilakukan oleh Tuta. Sehingga lelaki tersebut menendang wajah Tuta, sehingga membuatnya pusing dan sebelah hidungnya nampak berdarah.
Ketika Tuta berhasil bangun dari terkaparnya, tak di duga lelaki cabul itu memaksa untuk membuka baju Tuta. Namun Tuta berteriak untuk menolaknya. Tuta berteriak meminta bantuan kembali, tapi sepertinya teriakannya masih kurang keras untuk didengar orang yang berjarak 20 meter dari sini.
Lelaki tersebut nampak sangat berhasrat, ketika segera membuka baju Tuta yang nampaknya sulit dilakukan.
Sehingga kali ini Tuta meludahinya, agar pria itu berhenti melakukan tindakan tak senonohnya. Ludah tersebut mengenai kening pria itu, dan kali ini bogem mentah jatuh di wajah Tuta hingga ia merasa pusing. Sehingga Tuta merintih dan menangis karena perlakuan pria hidung belang itu.
Pria itu, pria tak beradab yang menyiksa seorang wanita tak berdaya tanpa ampun.
"Jangan kau kira aku akan iba terhadapmu. Tidak sama sekali. Aku hanya membutuhkan kemurnianmu. Tapi kau malah durhaka terhadapku. Maaf apabila aku membuatmu menangis, sayang. Selepas ini kita akan menikmati masa-masa indah, setelah itu akan ku lepas kau."
"Tolooong..." Teriak Tuta yang tak berdaya.
Kemudian lelaki itu mengangkat tubuh Tuta yang tak berdaya, lalu ia rebahkan ditempat tidur beranjang. Disana ia mengikat kedua kaki dan juga lengan Tuta, tak luput mulut Tuta di tutup menggunakan lakban agar tak bersuara.
"Karena kau nakal, ini hukuman buat kau." Ujarnya bagai psikopat.
Setelah melakukan hal tersebut, lelaki duda membersihkan telinganya yang berdarah didepan cermin menggunakan baju tebal berwarna putih yang dibasahi air.
Pria berumur 30 tahun itu terlihat gagah, namun dibalik gagahnya itu dia seorang yang kejam. Entah bagaimana jadinya jika seseorang menemukan mereka.
Setelah itu ia keluar dari rumahnya, dan duduk didepan rumahnya sambil menyulutkan rokok tembakaunya menggunakan korek kayu.
Disana ia nampak merasa tenang-tenang saja. Seakan semua itu terasa biasa saja
Tuta merintih kesakitan, ia tidak mampu melepaskan tali-tali yang mengikat lengan dan kakinya ini. Ikatan tali tersebut begitu kuat sekali, sampai terkadang menyebabkan rasa perih pada pergelangan kakinya yang berkeringat.
Tuta masih berteriak meminta bantuan, walaupun mulutnya tertutup lakban yang ketat.
Sedangkan lelaki tersebut hanya mendengarkan teriakan bungkam Tuta yang mencoba memanggil seseorang untuk menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelimut (Revisi) END ✓
Horor(Horror Mitologi) "Dia kembali." "Dia siapa?" "Roh hutan. Dia yang akan membunuhnya" Saat itu juga, muncul sebuah kaki besar yang berwarna seperti kayu tua. Namun amat kering juga keriput. Setelah itu diikuti kepala yang amat besar berwajah tirus...