Part 47

223 31 0
                                    

Menjelang sore tiba. Waktu yang lama terlewati begitu singkat. Ada dimana kali ini Wardana telah kembali sedari pasar.

Mereka semua berbondong-bondong untuk menyiapkan api unggun di didepan hunian dari jarak 3 meter. Api unggun yang mereka tumpuk dari kayu-kayu kering dan juga dedaunan kering.

Rasepna dan beberapa yang lainnya mencari ranting serta kayu yang patah di hutan. Dan menumpuknya menjadi satu untuk dinyalakan sebagai api unggun.

Sedangkan Tuta dan Adipani sedang beristirahat di hunian Wardana, tentunya dengan meminta izin yang diberikan dari Wardana.

Bahkan ketika melihat tanda luka di sebelah lengan Tuta, Wardana spontan bertanya. Tuta menjelaskan jika luka yang di alaminya membuat dirinya mendapatkan kutukan. Satu kata terucap dari hati Wardana setelah itu "Tertandai".

Bahkan dalam penglihatan mata ketiganya, banyak roh hutan di sekitar yang sangat tertarik pada diri Tuta. Kebanyakan makhluk yang mendekati Tuta itu merupakan makhluk tinggi besar berbulu lebat, yang biasa kita sebut "Genderuwo".

Ucapan maksud dari bibir Wardana yang mengatakan "Tertandai", ia mendapat penglihatan seketika bagaimana Tuta menatap wajah roh halus yang memangsa sahabatnya. Nampak sekujur tubuhnya gemetar hebat dan luka itu merupakan tanda yang diberikan dari roh hutan kepadanya, mungkin karena ia tumbal.

Namun sebagian pikirannya belum yakin, apakah benar jika Tuta ditandai oleh roh halus. Tujuannya belum diketahui pasti, sebab Wardana tidak pernah meramal atau melihat masa depan seseorang, ia tidak ingin lihat. Meskipun ia yakin ia mampu menerawangnya dengan penglihatan mata batinnya.

Sore itu, di dekat sungai kecil. Disana Sugeng, Daryan, dan Rasepna tengah membersihkan tubuh-tubuh mereka dengan berendam di sungai tersebut tanpa sehelai benang.

Cuacanya semakin gelap termakan waktu, dan sepertinya sebentar lagi akan memasuki pukul 06 malam

Ketika mereka sibuk membersihkan diri mereka berdua, Daryan dan Rasepna belum sadar jika Sugeng menghilang dari pandangan mereka.

Tidak ditemukan keberadaan Sugeng, sementara pakaiannya masih berada disana.

Sampai Rasepna tersadar jika Sugeng menghilang dari pandangan.

"Daryan, Sugeng kemana?" Tanya Rasepna.

Daryan pun sadar jika Sugeng tidak berada disana.

"Dia sudah pulang? Kenapa tidak bilang-bilang?"

"Mungkin ketakutan karena hampir malam." Ujar Daryan.

"Tapi pakaiannya tertinggal!" Ucap Rasepna mempercayai Daryan, ia melihat jika pakaian Sugeng masih berada disana.

Daryan tidak melihat dimana letak pakaian Sugeng yang tertinggal berada. Jadi ia menghiraukannya.

"Mungkin sedang buang air." Jelas Daryan.

Sehingga kini Rasepna mulai paham. Ia pun tidak ingin membicarakan hal aneh yang terjadi pada Sugeng pada siapapun, bagaimana tingkah Sugeng yang aneh dan misterius menjilat menciumi tengkorak di lubang yang pernah mereka jatuhi.

Sudah sekitar 7 menit berlalu. Sugeng masih belum kembali ke hadapan mereka. Kemana dia?

"Sudah hampir gelap. Pulang yuk." Ajak Daryan.

"Sugeng belum kembali. Bagaimana kalau ia memang sedang nyaman buang airnya? Nanti dia mencari-cari kita?" Ujar Rasepna.

"Tidak ada orang yang buang air belasan menit bodoh, aku sudah menggigil, dan agak lapar." Jelas Daryan.

"Mungkin saja Sugeng sudah pulang dan meninggalkan bajunya. Mungkin dia meminjam baju kekasih gelapnya Rumangsih?!" Tutur Daryan kembali.

"Lalu bajunya harus aku bawa? Seperti itu?" Tanyanya agak risih.

"Iya bawa saja. Jadilah sahabat yang baik. Dimana letaknya?"

Rasepna menunjuk dimana baju milik Sugeng berada. Namun Daryan tak melihatnya, dan menganggap jika matanya tidak mampu melihat di kegelapan hampir malam ini.

"Ya sudah kau bawa sekalian. Aku mau memakai bajuku."

Mereka berdua memakai pakaian mereka masing-masing, dan setelah itu Rasepna membawa pakaian milik Sugeng. Daryan berjalan lebih depan daripada Rasepna yang mengikuti langkahnya di belakang.

Mereka kembali menuju hunian Wardana, dan tanpa percakapan di perjalanan.

Dalam perjalanan Rasepna mencium bau sesuatu, bau yang sangat busuk sekali. Bahkan lalat pun hadir disekitarnya.

"Bau bangkai terus-terusan." Ucap Daryan tegas. Ia sama sekali belum menoleh mencari keberadaan bangkai dari pandangannya yang terus lurus menelusuri jalan kembali ke hunian.


Sedangkan di hunian. Dimana Sugeng sudah berada disana. Pakaiannya masih ia kenakan. Dan ia tengah duduk sunyi di dekat perapian unggun, bersama Rokhaya, Rumangsih, dan Wardana.

Wardana sedikit meragukan diri Sugeng. Ia bahkan sedikit mencuri pandangan pada Sugeng untuk memperhatikan gerak-gerik anehnya.

Sampai dimana mereka semua mendengar suara Daryan yang mengucapkan nama Sugeng.

"Sugeng."

Yang lain memandang Daryan yang keheranan melihat Sugeng. Bahwasannya Sugeng telah berada disana, ia tahu pakaian yang dikenakan Sugeng merupakan pakaian miliknya sendiri. Lalu pakaian yang dibawa Rasepna pakaian siapa?

"Kok kamu sudah berada disini? Kenapa meninggalkan kami Sugeng? Pantas saja lama sekali." Ujar Rasepna.

"Ini pakaianmu kan?" Rasepna menyodorkan pakaian milik Sugeng kehadapan mereka semua.

Sampai dimana semua terheran dan terkaget. Hanya Sugeng yang diam dan menatap tanpa ekspresi terkejut.

Daryan yang melihatnya nampak terbatuk dan terkejut menjauh seketika.

"Rasep, buang itu jorok." Ujar Rokhaya menggertak.

"Ini pakaian Sugeng." Ucapnya meyakinkan semua.

Sampai dirinya sendiri yang menyadari jika yang ia genggam merupakan suatu benda menjijikan dan juga berbau busuk. Sebuah usus yang sudah membusuk.
Hingga ia menjatuhkannya dibawah kaki dan berlari menghindar.

Pantas saja Daryan merasa tidak nyaman.

Sebelah telapak tangan Rasepna membekaskan darah dan bau yang sangat busuk. Sampai ia sendiri merasa tidak menyangka pada penglihatannya. Rasepna benar-benar ketakutan.

Sedangkan Sugeng tertawa geli melihat tingkah yang dilakukan oleh Rasepna, membuat sekitarnya menoleh dan hanya Rokhaya yang masih melihat Rasepna.

Rokhaya menghampiri Rasepna yang kini terpojok ketakutan dibawah tanah merangkul kedua lututnya.

Rokhaya berjongkok lalu menyadarkan Rasepna bila itu hanya hal kecil.
Pikirnya, bahwa waktu telah gelap, jadi Rasepna tidak sadar jika sesuatu yang ia ambil dikiranya adalah pakaian.

Rasepna menjelaskan detailnya.
"Aku yakin itu sebelumnya pakaian Sugeng. Pasalnya dia meninggalkan kami, dan pakaiannya tertinggal. Daryan mengatakan kemungkinan Sugeng sedang buang air. Tapi sudah belasan menit dia belum kembali, hingga kami memutuskan untuk pulang, hingga aku membawa pakaian Sugeng. Dan Daryan benar, Sugeng telah berada disini (hunian). Dan aku malah membawa usus busuk."

Daryan masih menatap Sugeng, yang masih tertawa kegelian.
Ia menyesali perbuatan Sugeng yang mengacuhkan perasaan ketakutan Rasepna.

Kelimut (Revisi) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang