Ketika beberapa saat kemudian. Dimana Tuta masih memejamkan kedua matanya.
Ia merasa tubuhnya terlilit oleh sesuatu dibalik pohon besar. Bau aroma kemenyan yang terbakar tercium begitu menyengat menusuk lubang hidungnya. Apalagi kepalanya sangat pusing akibat benturan keras tadi.
Sayup-sayup Tuta membuka mata. Tepat di depan dirinya ada seorang ketua dukun yang tengah menatapnya sadar.
Pelita obor-obor menerangi area sekitar, yang dimana sepertinya tempat tersebut merupakan lokasi ritual berikutnya.
Tuta ketakutan. Ketua dukun itu ditemani oleh dua orang dukun lain. Tidak tahu kemana yang lainnya, kemungkinan karena peristiwa kemarin membuat dukun yang lain harus dirawat dan mungkin juga sudah mati.
"Sudah bangun kau? Anak kutuk." Ujar ketua dukun tersebut mengutuk pada Tuta yang ketakutan setengah mati. Pasalnya mereka akhirnya berhadapan kembali dengan orang yang akan siap menghabisi nyawa dirinya dan sahabatnya yang lain.
"Kau masih ingat kah padaku? Setelah ku benturkan kayu tepat di keningmu saat kau lengah!" Serunya kembali.
"Sahabat wanitamu. Apa kau tahu dia?"
Tuta tak mengerti, apa yang dimaksud pembicaraan dukun itu. Apakah ia membicarakan tentang Widarih yang telah lama wafat? Atau Rumangsih yang mereka tahu telah ditikam roh halus.
"Dan laki-laki itu meninggalkan kalian berdua. Sungguh tega bukan?"
"Daryan?"
"Ya, siapa selanjutnya gadis manis yang tergeletak disana?" Dukun itu menunjukkan pandangan arahnya kepada tubuh Rokhaya yang terbaring di bawah pohon dengan tubuh yang terikat oleh tambang dalam kondisi pingsan dalam jarak 5 meter dari mereka berdiri.
"Rokhaya."
"Rokhaya? Kemana yang lainnya?" Tanya ketua dukun itu kembali.
"Cukup. Apa kalian tidak puas untuk membunuh remaja-remaja yang tak bersalah?" Tanya Tuta dengan penuh amarah namun dalam isak tangis.
"Seperti dirimu bukan? Bocah yang dikutuk."
Tuta hanya terdiam.
"Kami tidak akan pernah mengampuni kalian semua. Setelah apa yang kalian lakukan terhadap kami." Ujarnya lirih ditelinga Tuta.
"Itu karena ulahmu sendiri. Kau yang menciptakan ini semua." Teriak Tuta dihadapannya.
Sehingga tamparan keras menimpa pipi sebelah kanan Tuta dengan sigap yang dilakukan oleh ketua dukun dihadapannya itu.
"Kita lanjutkan ritualnya." Ujar ketua dukun kepada dua dukun yang lain.
"Apa hanya ritual yang dapat menyelesaikan segalanya? Apa hanya ritual membuat orang-orang desa takut dan percaya padamu? Apa kau hanya mementingkan dirimu saja? Kurasa itu benar. Tidak ada keselamatan yang terlihat. Hanya orang bodoh yang mengikuti apa saranmu, bedebah." Kutuk Tuta tajam, dengan bibir gemetar.
Sehingga membuat ketua dukun merasa sangat murka terhadapnya.
"Berani kau berbicara seperti itu? Apa kau tidak sadar berhadapan kepada siapa?"
"Siapa?... Orang biadab yang kau maksud? Itu kau, bukan?" Ucap Tuta menantang.
Sehingga kali ini dukun tersebut mengeluarkan sebuah goloknya dari sisi sabuknya. Dan ia mengarahkan ujung golok itu tepat di hadapan Tuta."Bicara sekali lagi, ku tusuk mulutmu hingga ke ujung tenggorokan menggunakan golok ini!"
Tuta terdiam ketakutan.
Ia takut mati mengenaskan. Apalagi ia tidak rela jiwanya akan jatuh ditangan dukun ataupun roh halus.
"BAWA KELUARGANYA KEMARI." Teriak dukun itu, agar seseorang dapat mendengarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/232869031-288-k298261.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelimut (Revisi) END ✓
Horror(Horror Mitologi) "Dia kembali." "Dia siapa?" "Roh hutan. Dia yang akan membunuhnya" Saat itu juga, muncul sebuah kaki besar yang berwarna seperti kayu tua. Namun amat kering juga keriput. Setelah itu diikuti kepala yang amat besar berwajah tirus...