"Lee Jeno,"
Sedikit menyipitkan mata, lelaki dengan seragam sekolah kuning lengkap dengan name tag bertuliskan Jeno Lee itu mengulas senyumnya tatkala gadis bersurai cokelat yang baru saja menyerukan namanya kini menghentikan langkah tepat di hadapannya. "Oh, Hina -ya,"
"Kau sendiri? Tumben?" Gadis bernama Hina itu sedikit berjinjit melirik ke belakang Jeno dengan raut herannya sebelum mengembalikan pandangan ke arah lawan bicara dengan kedua alis yang naik ke atas. Menatap penasaran dengan kedua mata bulatnya. "Sekawananmu mana?"
"Ini aku mau mencari mereka, mau ikut?"
"Tidak, deh. Aku mau ketemu teman-temanku." Hina mengulas senyumnya. "Duluan, ya, semoga cepat ketemu teman-temanmu itu." Ia berucap cepat dan langsung melangkah begitu saja melewati Jeno yang hanya menatap dengan sedikit keheranan.
"Punya teman juga dia ternyata," gumamnya kemudian sembari tertawa kecil lantas melanjutkan langkahnya.
Jeno menghela pelan, dia yakin teman-temannya, Jaemin dan Haechan sengaja menghindarinya dan mengerjainya, jadi lah dia sendirian seperti ini mencari keduanya kesana kemari.
Setelah dari perpustakaan, dan Jeno menyingkir sebentar dari mereka, kedua temannya itu malah menghilang tiba-tiba. Tentu saja untuk mengerjai bukan?
Haha, mereka pikir Jeno tidak punya teman apa? Ya, punya dong.
Tapi, tetap saja Jeno maunya dengan teman-temannya yang itu.
Beberapa siswa yang berpapasan dengannya menyapa ramah, tak jarang menanyakan dua temannya yang lain. Hanya seadanya Jeno menjawab dan membalas.
Jeno menghentikan langkahnya seketika, ia sedikit menyipitkan mata tatkala netranya menemukan kedua orang temannya, Jaemin dan Haechan berjalan mengendap-ngendap di ujung koridor sana.
Walaupun tak menggunakan kacamatanya, Jeno kenal betul bahwa kedua orang disana adalah orang yang ia cari sedari tadi.
Tuh, kan. Melihat mereka mengendap-ngendap seperti penjahat berhati-hati begitu membuat Jeno makin yakin kalau mereka memang sengaja mengerjainya.
Jadi berpikir, apa perlu Jeno mengusili balik? Tidak masuk ke kelas tanpa kabar misalnya?
Ah, tidak. Lupakan. Bisa rusak imej sebagai murid teladan walaupun sering absen pelajaran.
"Mending mencari Mark hyung." Jeno bergumam sendiri, sebelum kemudian berbalik dan melangkah ke arah berlawanan. Mengabaikan teman-temannya yang sudah pergi lagi entah kemana.
Saat tidak ada mata pelajaran yang mewajibkan untuk masuk kelas begini, kalau tidak berkumpul dengan Jeno, Jaemin, dan Haechan, biasanya Mark berada di ruang musik atau di studio rekaman milik sekolah.
Jeno tadi sempat ke studio rekaman yang biasa digunakan anak-anak dari departemen musik itu, tapi tidak menemukan siapapun disana. Dan, tujuan terakhir adalah ruang musik.
Kakinya menuruni satu persatu anak tangga hingga sampai di lantai bawah. Ah, dia tidak mengerti kenapa teman-temannya malah membuat Jeno membuang-buang tenaga seperti ini. Ingin kesal, tapi, ya sudahlah. Mereka hanya ingin bermain-main.
Ia akhirnya menghentikan langkah begitu tiba tepat di depan pintu ruang musik. Telinganya langsung disambut oleh suara piano yang terdengar dari dalam sana, sebab pintunya dibiarkan sedikit terbuka hingga suara piano dari dalam terdengar sampai ke telinganya.
Langsung saja ia mendekat ke arah pintu. Sebelum masuk, hendak memastikan Mark memang ada di dalam sana atau tidak, Jeno hanya mengintip ke dalam melalui kaca persegi yang terpasang pada pintu. Matanya menyipit, menyisir seisi ruangan persegi yang dihuni oleh beberapa alat musik klasik.
Tepat pada sisi kiri ruangan, ditemukannya sumber suara berasal. Dari sebuah Upright Piano berwarna cokelat tua seperti warna kayu yang selaras dengan warna ruangan itu.
Diam dia sejenak, mendengarkan dengan seksama lagu yang dimainkan. Lagunya tidak asing. Tampak berpikir sejenak, sesaat mengangguk pelan. Baru semalam ia mendengar lagu ini, kebetulan tadi malam Mark memutarnya di ruang latihan agensi. Lagu klasik berjudul Clair De Lune milik Claude Debussy. Mark yang memberitahunya.
Sedikit bangga, Jeno memiliki ingatan yang bagus sebenarnya.
Sepertinya Mark memang ada di dalam.
Lantas tangannya bergerak membuka lebih lebar pintu ruangan tersebut. Memberi celah agar dirinya bisa melihat keseluruhan isi ruangan. Tentu, matanya langsung mengarah kepada sumber suara.
Benar saja, dirinya menemukan seorang Mark Lee tengah berdiri, bersedekap, bersandar pada tembok ruangan dengan sebuah senyum tipis yang terulas.
Jeno mengikuti kemana netra Mark lurus memandang. Ke arah seseorang dari balik piano yang masih mengeluarkan suara. Jeno perhatikan dengan seksama. Seorang gadis bersurai legam yang dikucir satu ke belakang, berseragam sama dengannya, dan mata yang mencoba membagi fokus antara partitur dan tuts yang dimainkan oleh jemarinya.
Ia masih berdiri disana tanpa ada yang menyadari kehadirannya, sampai gadis di balik piano itu menyelesaikan nada terakhir sebelum tersenyum puas dan langsung menoleh ke arah Mark. Disana, Mark bertepuk tangan singkat.
Jeno masih mengamati dengan seksama, tampak menyipitkan mata. "Itu kan yang tadi kubantu mencari buku?" gumamnya, "Kim Ah Reum, ya?"
.
.
.
Prolog
Hai, selamat datang di Blue Hair!
Nanti juga tau kenapa judulnya seperti rambut Jeno.Selamat membaca dan
Tinggalkan jejak.
Jangan lupa follow juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hair ✔✔
FanfictionSemasa hidup, seseorang tentu akan dihadapkan dengan sebuah pilihan minimal sekali atau dua kali dalam hidupnya. Itu bukanlah hal yang mudah menurut sebagian orang. Apalagi, dia adalah tipe orang yang tidak selalu memikirkan diri sendiri, tak akan p...