16-Music

36 7 0
                                    

"Kau tidak mau mencoba menyanyikan lagu ini?"

Mark menoleh, dari balik kacamata ia menatap dari samping wajah Ah Reum yang tengah fokus mendengarkan potongan musik yang baru saja ia selesaikan.

Mereka berada di rumah Ah Reum sekarang, di dalam kamar Ah Reum lebih tepatnya. Setelah ibunya mengembalikan komputernya, ia benar-benar merubah kamarnya menjadi seperti studio musik diam-diam.

Mengumpulkan sedikit demi sedikit peralatan yang dibutuhkan agar dirinya lebih leluasa untuk menggunakan.

Netra Mark menatap lurus ke arah layar monitor berukuran sedang di hadapan mereka. "Kau sendiri yang bilang aku tidak cocok. Aku yang membuatnya, tapi lagu ini sulit untukku."

"Benar juga." Lelaki bersurai legam itu mengembalikan pandangannya ke arah layar monitor. Sebelah alisnya terangkat, tatkala pikirannya kini menjadi fokus mendengarkan kembali musik tersebut. "Aku, Jeno, atau Ten hyung cocok dengan lagu ini."

Perkataan Mark membuat Ah Reum menghentikan pergerakan mouse di genggamannya. Ia ikut berpikir sejenak, sebelum kemudian bangkit dari duduknya. Melangkah ke arah tempat tidur yang berpindah posisi menjadi di sudut ruangan.

Ia membuka laci nakas di samping tempat tidurnya, mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam sana sebelum kembali mendaratkan diri di depan komputer dan menyodorkan kertas itu pada Mark.

"Coba beberapa bait liriknya dulu, deh," katanya.

"Wow, kau menulis liriknya juga?" Sedikit terkejut, Mark mengamati lembaran kertas yang diatasnya berisikan beberapa coretan dan tulisan tangan Kim Ah Reum.

Gadis itu mengangguk pelan. "Tidak bisa sebagus lirik yang kau tulis, sih, anggap aja bentuk kasarnya ya begitu."

Mark kembali mengangguk pelan sembari memperhatikan coretan lirik di hadapannya yang memang belum disusun sempurna. Memilih bagian mana yang hendak ia coba, dicocokkann dengan bagian musik yang tengah terdengar.

"Bon jeok eomneun siganui uimi ... orenjibit apgujeongeul georeo ... neodo neukkindamyeon come and find me ... i segyeneun tto umjigigo isseo."   (Arti waktu yang tak kamu lihat ... Berjalan melewati sinar jingga Apgujeong ... Jika kau merasakannya juga, datang dan temukan aku ... Dunia ini sedang berputar.)

"Kurang masuk kurasa," sela Ah Reum, "Eh, tapi apa kau tidak dicariin sampai malam begini? Biasanya sibuk."

"Kalau sibuk, aku sudah pergi daritadi," jawab Mark, "lihat betapa baik hatinya aku datang ke sini cuman untuk mengajarimu."

Benar juga.

Gadis itu lantas menghela pelan, dan menyenderkan dirinya pada sandaran kursi ke belakang. Ia menoleh pada Mark, bersipandang dengan lelaki itu sesaat. "Apa aku pindah jurusan aja, ya?"

"Tiba-tiba?"

"Ya, gitu." Ah Reum mengidikkan bahu, mengembalikan pandangannya pada layar monitor di hadapan mereka. "Aku tidak enak sama ayahku, sih. Perihal dia mau aku masuk akademi polisi atau fakultas hukum aja sudah seperti orang musuhan."

"Maksudnya, kalian ... tidak saling menegur begitu?"

Ah Reum mengangguk.

Permasalahan pendapat antara orang tua dan anak yang tampak sepele namun sebenarnya cukup rumit. Mark sampai memegang dagu dengan tangan kanannya, ikut berpikir.

"Kukira itu tidak lagi jadi masalah ketika kau sudah diterima di SNU."

Sesaat Ah Reum menghela napas, menegakkan tubuh, menghadap ke arah Mark. "Kalau ujungnya begini, kenapa coba dia membiarkanku masuk sekolah seni dari SMP, selalu bilang 'iya' di saat aku mengatakan kalau aku mau bermusik aja?"

Blue Hair ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang