17-Ramyeon

30 7 0
                                    


Seoul, Musim Dingin 2020
Kim Ah Reum

"Loh? Ada Mark Lee."

Perhatianku dan Mark yang hendak menikmati ramyeon yang baru saja kusiapkan, mendadak teralihkan.

Netra kami serentak mengarah pada ibuku yang baru melangkah masuk ke dapur. Surai legamnya dikucir satu ke belakang dibalut kemeja putih dan celana kain berwarna hitam. Suara haknya terdengar, beradu dengan lantai marmer.

"Selamat malam," Mark membuka mulut menyapa dengan seutas senyum. Mark memang tipikal cowok sopan dan beretika jika dengan orang tua.

Tengah aku kembali melanjutkan menikmati ramyeon hasil masakanku.

"Kupikir kau begitu sibuk sampai bisa main kemari?" Kudengar ibuku bersuara ketika kulihat dari ekor mata ia membuka kulkas, pasti untuk mengambil sekaleng soda.

Mark yang baru saja menyuapkan ramyeon ke dalam mulutnya itu mengangkat kepala, mengunyah cepat dan menelan makanannya sebelum kembali membuka mulut untuk menjawab. "Kebetulan lagi libur," katanya, "karena tidak ada kegiatan, jadi aku membantu Ah Reum buat aransemen musiknya."

Suara pintu kulkas yang tertutup terdengar setelah mengambil sekaleng soda, ibuku mengangguk paham dengan senyum yang tak luput dari wajah. "Lanjutkan makan kalian," katanya lagi lalu berlalu melangkah melewati keduanya keluar dari dapur.

Aku hendak menawarinya makan bersama, namun urung. Teringat pesannya tadi kalau dia makan malam dengan kolega kerjanya.

Begitu suara hak yang beradu dengan marmer tak lagi terdengar memenuhi dapur, aku mengangkat kepala dengan kedua alis yang terangkat ke atas, menatap penasara. "Kukira kau tidak ada hari libur?"

"Bukan hari libur sebenarnya." Mark menyumpit ramen di mangkuknya yang hampir dingin. "Emang jadwal lagi kosong aja. Jadi, daripada gabut. Ya, gitu."

Baru saja hendak membuka mulut untuk kembali bersuara, suara nada dering ponsel terdengar, mengalihkan perhatian kami berdua.

Mark melepaskan sumpit di tangan kanannya, lantas brralih merogoh saku untuk mengeluarkan ponselnya dari sana. Menggerakkan jari di layar untuk menjawab panggilan yang masuk, dan meletakkan benda itu ke atas meja di hadapannya sebelum kembali memegang sumpitnya. Ia memasang mode speaker.

"Halo, Mark hyung?"

Mendengar suara yang terdengar dari ponsel Mark, mendadak tanganku yang hendak kembali menyumpit ramen kaku seketika. Diam-diam mataku mencuri pandang ke arah ponsel Mark di atas meja di hadapannya.

"Hm Jeno -ya, ada apa?"

Aku mengerjap sembari menggeleng samar. Membiarkan waktu kembali bergerak, dan aku melanjutkan makan yang tak kunjung usai. Sembari mendengar percakapan keduanya.

"Hyung lagi dimana?"

"Bersama Areum, di rumahnya."

"Areum? Kim Ah Reum?"

"Iya, ada apa?"

"Oh, itu ... kami mau mengajak hyung makan bareng tadi."

"Yah, aku lagi makan dengan Areum. Kalian pergi saja tanpaku."

Beberapa saat tak terdengar suara dari ponsel Mark, sampai aku mengira sambungannya terputus, sampai aku pun meletakkan sumpit di atas mangkuk yang sudah tinggal kuah dan menunggu seseorang dari seberang sana kembali terdengar suaranya.

"O -oh, oke, baiklah. Selamat makan, hyung."

Detik itu juga waktu sepertinya kembali berputar tatkala aku mendengar suaranya untuk terakhir kali sampai Mark menutup panggilan itu setelah mengucap salam penutup.

Blue Hair ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang