Seoul, Musim Dingin 2020
Lee Jeno"Jadi, kau semalam bersama Ah Reum?"
Aku mengangguk menanggapi perkataan Jaemin. Membenarkan letak kacamata, menatap air yang tertuang ke dalam gelas di atas meja.
"Terima kasih, kawan. Berkatmu aku bisa berduaan dengan Mirae."
Teko yang bersentuhan dengan meja terdengar pelan suaranya. Aku menaikkan pandangan ke arah Jaemin yang tengah mengoleskan selai cokelat ke atas selembar roti. "Kok begitu?"
"Iya, kan harusnya mereka bareng. Terus kau malah menculik si Ah Reum."
Aku menarik kursi untuk duduk dan mengangkat gelas yang telah diisi setengah air mineral. Meneguknya beberapa kali.
Kalau mereka berdua bertemu hari ini, pasti Mirae mengomeli Ah Reum. Itu lucu. Tapi, tentu aku merasa bersalah juga. Mana aku tau anak itu bersama Mirae sebelumnya?
Dia juga tidak mengatakan apa pun saat aku mengajaknya pergi setelah selesai meminjam ponselku.
"Mau kemana?"
Sontak aku ikut menoleh ke belakang, mengikuti arah pandang Jaemin. Dimana Renjun baru saja tiba di ruang makan dengan pakaiannya yang begitu tertutup. Terlihat hampir tenggelam di dalam padding tebal yang dikenakannya.
"Cari udara." Ia menjawab sembari memasang topi, menutupi kepala hingga matanya nyaris tak terlihat. Kakinya melangkah berlalu tanpa menoleh kepada kami berdua. Entah kemana ia pergi mencari udara.
Tumben, sih. Agak mengherankan juga. Jarang sekali Renjun keluar disaat matahari sudah bersinar seperti ini. Udara apa yang didapat? Dia mau menghirup udara dari kendaraan yang sudah memadati jalan?
Aku menghela samar. Memandangi Jaemin yang memasukkan bagian terakhir roti ke dalam mulutnya. Tumben juga dia hanya sarapan dengan roti dan segelas susu. Sepertinya, hari ini orang-orang mencoba hal baru dalam kebiasaan hidup mereka.
"Jisung belum pulang, ya?" tanyaku kemudian kembali membuka percakapan.
"Menginap di rumah Chenle semalam, mungkin langsung ke agensi."
Mengangguk pelan, kedua tanganku kini terselip ke dalam saku jaket. Pandanganku turun ke arah gelas di hadapanku yang airnya sisa seperempat. Lagi-lagi menghela samar. Aku tidak tau kenapa mood -ku turun tiba-tiba. Parahnya, di hari hendak rekaman. Tidak bisa begini. Aku tidak boleh bekerja dengan suasana hati yang jelek. Takut auranya akan sampai ketika penggemar mendengarkan lagunya. Mana boleh aku seperti itu ketika melakukan sesuatu untuk mereka.
Harus apa aku sekarang?
Apa yang harus kulakukan untuk menaikkan suasana hati?
Aku tidak sempat bersepeda pagi tadi karena terlalu lelah. Bermain game juga agaknya sedang tidak menarik perhatianku. Lagipula, terlalu sedikit waktunya. Beberapa menit lagi pasti Jiseok hyung akan datang.
Dorm rasanya begitu sepi akhir-akhir ini. Begitu pulang, mereka semua sudah langsung terlelap di kamar masing-masing karena kelelahan.
"Kenapa?"
Pandanganku langsung naik mendengar suara Jaemin yang khas tiba-tiba saja tertangkap di telinga. Dengan bingung kemudian memandang lelaki berkaus putih yang baru saja menghabiskan segelas susu di hadapanku ini.
"Lamunanmu seperti mikirin hutang dari rentenir," katanya, "banyak pikiran kayaknya, nih."
"Kau kalau badmood ngapain?" Aku bertanya terang-terangan, padahal aku tau benar apa yang akan dia lakukan kalau dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hair ✔✔
FanfictionSemasa hidup, seseorang tentu akan dihadapkan dengan sebuah pilihan minimal sekali atau dua kali dalam hidupnya. Itu bukanlah hal yang mudah menurut sebagian orang. Apalagi, dia adalah tipe orang yang tidak selalu memikirkan diri sendiri, tak akan p...