Jeno tak henti-hentinya tersenyum begitu Kim Ah Reum, di balik piano, memainkan River Flows in You milik Yiruma atas permintaannya.
Gadis itu mencoba untuk fokus pada ke sepuluh jarinya yang menari di atas tuts, berusaha agar senyuman Jeno tak membuyarkan fokusnya yang tengah bermain.
Dia suka senyuman itu, namun disaat yang bersamaan juga bisa membuatnya tak karuan. Ah Reum jujur, tidak melebih-lebihkan. Itu betulan. Entah bagaimana caranya bisa seperti itu.
Ah Reum menghela lega begitu jemarinya berhasil menekan tuts pada nada terakhir. "Aku tidak tau banyak tentang lagu klasik," ujarnya kemudian, "jadi, itu saja," lanjutnya. Ia tak mengerti mengapa Jeno tiba-tiba mengatakan padanya kalau ia ingin mendengar Ah Reum memainkan alat musik. Gadis itu hanya menurut saja, dan ia memilih memainkan sebuah upright piano dari beberapa alat musik di dalam ruangan itu.
"Wah," Jeno bertepuk tangan singkat. "Selain piano, kau bisa alat musik apa lagi?"
"Gitar." Ah Reum melirik sekilas ke arah tiga buah gitar akustik yang menggantung pada dinding di hadapan mereka.
Jeno mengangguk menanggapi, sebelum kemudian kembali merogoh saku blazer kuningnya dan mengeluarkan satu kemasan yoghurt yang tadi dari sana. Ia letakkan itu di atas piano di hadapan Kim Ah Reum. "Ini bayaran untuk permainan pianomu," katanya.
Ini lucu, Ah Reum pikir. Ia tertawa dalam hati. Entah interaksi macam apa yang ia dan Jeno lakukan sekarang. Pada akhirnya pun, dia hanya mengulas sebuah senyum tipis. "Makasih."
Tangan Ah Reum terangkat, mengambil kemasan yoghurt di atas piano di hadapannya itu. Diamatinya kemasan yoghurt rasa stroberi pemberian Jeno tersebut tengah Jeno hanya diam menatap dengan netra di balik kacamatanya.
Kalau tentang Kim Ah Reum yang menyukai Lee Jeno, sepertinya itu sudah menjadi rahasia umum entah lelaki yang bersamanya sekarang itu menyadari hal itu ataupun tidak. Dan dengan itu, sebenarnya Ah Reum tak pernah berpikir untuk menjadi dekat dan mengobrol bersama dengan Jeno, aneh rasanya.
Ia lantas berpikir, apa dirinya ini termasuk beruntung?
Mungkin. Sedikit.
"Gimana —"
"Areum -ah,"
Keduanya saling menatap terkejut kemudian, seketika menghentikan kalimat. Ah Reum menggigit bagian dalam bibir bawahnya sementara Jeno tertawa pelan.
"Kau duluan, deh," kata lelaki itu masih dengan senyumnya.
Ah Reum memasukkan kemasan yoghurt di tangannya ke dalam blazer kuning yang ia kenakan. Ia tak ingin menjawab, lagipula dia mulai membuka mulut tadi karena berpikir tak mungkin mereka hanya diam seperti orang bodoh tanpa ada yang membuka pembicaraan tengah mereka berdua bersama di dalam satu ruangan.
Tidak mungkin juga Ah Reum berniat pergi duluan sementara Jeno yang mengajaknya ke ruangan itu terlihat masih betah di sana.
Namun, di sana, dengan ragu gadis itu tetap mencoba menatap Jeno di hadapannya. "Gimana keadaan Na Jaemin?"
"Sudah jauh lebih baik." Jeno menjawab sembari mengangguk pelan. Ia tak menduga Ah Reum akan melontarkan pertanyaan seperti itu. Maksudnya, Kim Ah Reum, di matanya atau mungkin juga di mata orang lain, bukan terlihat seperti seseorang yang akan bertanya hal seperti itu. Lelaki itu kemudian melanjutkan. "Dia bahkan sudah mulai beraktifitas dari dua bulan lalu, itu juga ada turun sekolah. Kau tidak melihatnya?"
Sepertinya tidak. Ah Reum tampak berpikir sejenak mendengar pertanyaan Jeno yang terakhir itu. Tapi, sepertinya memang tidak ada ia melihat sosok Na Jaemin dari tadi pagi. Lantas menggeleng pelan. Ya, mana mungkin juga ia bertanya seperti itu jika sudah melihat sendiri dengan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hair ✔✔
ФанфикSemasa hidup, seseorang tentu akan dihadapkan dengan sebuah pilihan minimal sekali atau dua kali dalam hidupnya. Itu bukanlah hal yang mudah menurut sebagian orang. Apalagi, dia adalah tipe orang yang tidak selalu memikirkan diri sendiri, tak akan p...