27-Reason

29 8 0
                                    

Lee Jeno

Usai mengantarnya pulang malamkk8 itu, aku tidak lagi melihatnya hingga sekarang. Hendak mulai masa promosi. Kim Ah Reum maksudku.

Aku benar-benar tidak ada melihatnya lagi di kantor agensi. Hanya Jaewon yang mondar-mandir di sini, ikut menyelesaikan lagu untuk unit dream versi Mark hyung kembali. Versi tujuh orang maksudku.

Dengar-dengar, seharusnya Ah Reum juga ikut, tapi kata Jaewon anak itu sibuk melakukan sesuatu yang lebih penting dan memilih mundur.

Dia juga tidak ada menghubungiku sekali pun. Ya, memangnya aku ini siapa?

Aku pun tak sama sekali menghubunginya, padahal ingin. Aku tak punya waktu untuk sekedar memikirkan percakapan melalui pesan. Baru saja kami menjadi dekat, dalam semalam tidak pernah lagi saling melihat.

Ini mengganggu pikiranku, aku harus menghubunginya sebelum naik ke atas panggung.

Segera aku meminta ponsel yang kutitipkan pada manager. Ia memberikannya beberapa menit sebelum waktunya kami naik ke atas panggung.

Sebelum itu aku mengirim pesan pada ibuku dan membalas pesan dari kakak perempuanku, lalu mencari kontak Kim Ah Reum dalam ponsel ini lantas mengetikkan pesan untuknya.

Kalau 90's Love berhasil,
Sebagai perayaannya kau harus mengubah rambutmu menjadi sepertiku
Biru

Selesai menekan tombol kirim, kupandangi layar chat kami. Berharap segera muncul balasan. Biasanya gadis itu cukup cepat dalam merespon pesan.

Membayangkan Kim Ah Reum dengan rambut biru ... Tidak, aku bercanda saja. Rambutnya terlalu bagus, kalau diwarnai terang bisa merusak. Lagipula, lagu yang akan bersebelahan kami juga tidak main-main.

Bukannya aku pesimis, hanya saja, ya begitulah. Sijeuni, aku percayakan pada kalian! Aku juga akan memberikan yang terbaik untuk kalian.

Balasan yang kutunggu tak kunjung muncul. Kumatikan layar ponsel sembari menghela pelan dan menyenderkan diri di sandaran sofa dan menutup mata, di saat kurasakan seseorang mendekat dan membenarkan riasan wajahku.

"Kau ada mendengar kabar tentangnya?"

Tepat saat mendengar suara Mark, seseorang yang membenarkan riasan wajahku tadi beranjak pergi. Mataku melirik ke arahnya. Sesaat baru paham apa maksudnya. "Baru saja aku menghubunginya."

"Direspon?"

Aku menggeleng lalu kembali memejamkan mata.

"Sama, aku juga tidak."

Ternyata tidak hanya denganku. Walau baru tadi menghubunginya, aku merasa dia membuat jarak tidak hanya denganku tapi dengan kami. Kami di sini. Tak ada interaksi apapun yang kami lakukan baik secara langsung maupun via ponsel. Meskipun tidak denganku, pasti dia ada saja berkomunikasi dengan Mark.

Namun, Mark saja menanyakannya padaku. Bagaimana aku tahu?
Jadi penasaran, hal penting macam apa yang dia urus seperti yang diberitahu Jaewon?

Apa harus kutanyakan pada Mirae?

"Dua menit lagi, ya!"

Sedikit terkejut, perhatian kami sontak mengarah ke pintu ruang tunggu yang tiba-tiba saja terbuka dan tiba-tiba saja tertutup kembali. Bikin kaget saja.

Ku cek sekali lagi ponselku. Masih tidak ada respon apa-apa dari kontak yang kutunggu. Pasrah, akhirnya kuberikan lagi ponsel ini pada manager hyung.

Tiba-tiba terdengar suara kekehan Mark yang masih duduk di sampingku. Ia bersipandang denganku. "Sesuka itu, ya?"

"Memang hyung sesuka apa?" balasku, "dengan Ah Reum."

Pertanyaanku membuatnya diam, namun tak mengubah raut wajahnya. Seulas senyum kecil terpatri di sana. "Sekedar memastikan dia tidak sendirian dan baik-baik saja. Memiliki teman untuk bercerita dan berkeluh-kesah." Ia mengidikkan bahunya. "Kalau begitu menurutmu sebesar apa?"

Aku hanya tertawa tanpa menjawab pertanyaannya. Kurang lebih sama sepertiku. Memastikan dia tidak sendirian dan baik-baik saja. Menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah dan meminjamkan bahuku untuknya. Kalau diizinkan, aku juga mau yang sama.

Seseorang yang bisa jadi tempatku pulang saat hidup dan pekerjaanku rasanya terlalu menjenuhkan.

Terlalu berlebihan, bukan? Untuk se-usia ku.

Padahal awalnya, aku tertarik karena sikap pendiamnya yang lucu dan wajahnya yang terkadang merona di dekatku. Lucu sekali.

Apa sudah dua menit?

Oh, sebentar lagi. Aku ingin bercerita sedikit lagi.

"Hey, ayo bersiap."

Tidak jadi. Sudah dipanggil.

Aku dan Mark berdiri bersamaan. Masing-masing kami mengambil microfon yang sudah disediakan di sisi kanan ruangan di mana sudah tertulis nama kami di sana. Aku memasangnya dibantu stylist noona.

"Gugup, ya?" tanyaku pada Sungchan yang berdiri tepat di hadapanku. Dia tinggi.

"Sedikit." Sungchan terkekeh kemudian. "Takut juga."

"Santai saja, aku juga gugup kok." Aku membalas sembari melempar senyum padanya. Pada seseorang yang sempat membuat Kim Ah Reum menatapnya dengan mata yang berbinar.

"Kalau aku bikin kesalahan bagaimana?"

Netraku beralih kembali pada Sungchan. Kami bersipandang, lantas aku tertawa pelan. "Ya, jangan sampai lah!" kataku, "kau harus melakukannya dengan benar. Jauhkan dulu pikiran tentang kesalahan itu."

Balasanku membuatnya mengangguk sembari mengukir senyum lebar di wajahnya. Ia lantas berbalik untuk mengambil air.

Kalimat seperti 'tidak apa-apa jika ada kesalahan', 'semua orang pun melakukan kesalahan', 'yang penting kau bekerja keras'. Jujur saja aku tidak bisa mengucapkan kalimat-kalimat klise seperti itu di saat begini.

Kesalahan apa? Mulai saja belum dan sudah memikirkan kesalahan? Sama saja mengundang kesalahan bukan?

Sebelum mulai, seharusnya memikirkan yang baik-baik saja.

Kalimat-kalimat seperti itu nanti saja kalau memang terbukti ada kesalahan.

Oh. Aku hanya mengutarakan isi pemikiranku.

Sudah hampir dua menit. Aku harus naik ke atas panggung sekarang. Dengan Ten hyung yang tiba-tiba saja merangkulku dan tersenyum padaku. "Melamun terus dari tadi. Mikirin pacarmu, ya?" ujarnya sembari membawaku keluar dari ruang tunggu bersama yang lain.

"Pacar apa." Aku tertawa menanggapi. "Tidak ada waktu."

Seolah tak percaya, tawanya saat dia mengalihkan pandangan terdengar begitu sinis. "Yang benar saja. Alasan macam apa?"

.
.
.
tbc

Udah akhir Oktober aja.



Blue Hair ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang