Tadi sebenarnya tujuanku menempuh perjalanan dari Seoul ke Incheon adalah untuk berkunjung ke rumah nenek. Aku harus ke sana setidaknya sebelum liburku berakhir. Dan, alasan lain, sebenarnya aku juga jadi malas untuk berada di rumah.
Biarkan saja sih aku tidak bekerja. Kalau bertemu nenek dan paman di sana dan mengatakan kalau aku ingin ponsel baru, pasti langsung dikasih. Haha.
Tidak, aku tidak serius akan seperti itu. Tidak enak juga asal minta begitu. Yang benar saja, aku bukan anak kecil lagi.
Tapi, baru saja turun dari taksi begitu tiba di depan sebuah halte, Mirae menghubungiku melalui ponsel kakakku yang kubawa.
Dan, di sinilah aku kemudian. Duduk berdua bersama Mirae di sebuah meja panjang yang terletak di sisi kanan pintu minimarket dekat halte.
Ia terlihat panik begitu datang tadi, Mirae memang mudah panik. Lantas, ia pun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kuberikan begitu kurasa dia sudah sedikit lebih tenang.
Dia melihat orang tuanya di bandara dan itu yang membuatnya panik. Ia kabur dari rumah, menghindar dari segala hal di sana. Tentu saja dia panik.
Aku juga bingung harus seperti apa. Aku tidak mengerti bagaimana caranya harus memberi saran padanya dia harus apa.
Masalahnya, Mirae tidak memikirkan segala hal dengan baik-baik.
Sewaktu kakaknya ternyata berada di Korea dan dia bingung harus apa untuk menghindar, aku berbicara asal tentang operasi plastik.
Dan kalian tahu.
Dia benar melakukannya.
Tanpa pikir panjang.
Aku kaget dan merasa bersalah sebenarnya tentu saja kendati aku juga yang menemaninya ke klinik kecantikan.
Makanya aku harus berpikir panjang terlebih dahulu kalau ingin mengatakan saran seperti apa yang kuberikan padanya.
Tidak bisa melakukan apapun sekarang selain menghindar, itu yang dia lakukan sekarang.
Apa aku terlalu membeberkan masalah Mirae?
Sesaat perhatian Mirae teralihkan kepada ponselnya yang berdering. Terlihat terganggu begitu ia menjawab telfon dan menempelkan benda itu di telinga kanannya.
Belum satu kata ia bicara, sepertinya penelfon di sana sudah memotongnya dengan bersuara duluan.
Kuperhatikan Mirae dari samping, menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap heran ke arah benda itu sejenak sebelum kemudian kembali menempelkannya ke telinga dan membuka mulut bersuara. "Kau membuat telingaku sakit, Lee Jeno."
Ouh.
Mendengar nama itu disebut, tanpa sadar aku meneguk saliva dan buru-buru mengubah posisi duduk menghadap ke depan. Memandang ke arah jalan raya yang dilalui banyak kendaraan.
Tidak bisa menampik kalau iya aku memang jadi salah tingkah, bahkan hanya ketika mendengar namanya.
Sumpah, aku dulu tidak seperti ini. Tidak tau kenapa makin menjadi begini.
Ah, benar-benar sangat mengganggu.
Sampai berapa lama sih rasa suka bisa bertahan?
Aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya di sekolah. Menunggu rasa sukaku mereda dan menghilang, tapi tidak hilang-hilang.
Malah semakin menjadi saat kami berpisah.
Heol, yang benar saja.
Aku memang anak yang jujur, memberitahukan secara jelas tentang perasaanku seperti ini pada kalian. Karena aku tahu itu pasti sudah terbaca. Asal Jeno jangan sampai tahu saja sih. Memalukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/257630177-288-k823985.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Hair ✔✔
Fiksi PenggemarSemasa hidup, seseorang tentu akan dihadapkan dengan sebuah pilihan minimal sekali atau dua kali dalam hidupnya. Itu bukanlah hal yang mudah menurut sebagian orang. Apalagi, dia adalah tipe orang yang tidak selalu memikirkan diri sendiri, tak akan p...