Iqbaal membuka pintu lokernya,terlihat ada tumpukan amplop warna-warni disana. Tentu saja itu amplop surat-surat dari Ara.
Iqbaal melirik amplop ditangannya,membuka lipatan kertas tersebut.
PENGUMUMAN
Iqbaal Ara suka sama Iqbaal. Kapan Iqbaal suka Ara?
Iqbaal menyunggingkan senyumnya. Ia melipat kertas itu lalu dimasukan ke dalam amplop. Kemudian amplop tersebut ia satukan dengan amplop-amplop lainnya didalam loker.
Setelah menutup dan mengunci kembali pintu lokernya Iqbaal berjalan menuju kelas. Namun atensinya teralihkan pada seseorang yang sepertinya sedang bicara dengan layar HP.
Ternyata itu Ara yang sepertinya sedang melakukan video call.
Iqbaal menaikan bahu nya tidak peduli. Dengan santai ia berjalan melewati Ara. Ara yang menyadari hal itu langsung memanggil Iqbaal.
"IQBAAL."
Iqbaal menghentikan langkahnya,menengok ke arah belakang. Melihat Ara sedang melambai padanya.
Tak peduli,Iqbaal melanjutkan langkahnya. Namun Iqbaal mendengar seperti ada suara langkah kaki dibelakang yang mengikutinya.
"IQBAAL TUNGGUU." Mendengar suaranya saja Iqbaal sudah malas sekali.
Iqbaal terus berjalan. Namun Ara pantang menyerah,ia kini berjalan tepat dibelakang Iqbaal.
Iqbaal merasa kesal. Mengapa gadis ini selalu mengganggunya? Tanpa aba-aba Iqbaal menghentikan langkah nya.
Duk!
"Awss." Terdengar rintihan dari mulut Ara. "Iqbaal kalau mau berenti tuh bisa bilang dulu nggak sih? Udah dua kali nih jidat Ara jadi korban," gerutu Ara.
"Ngapain?" tanya Iqbaal dingin.
"Oiyaa." Ara menekan tombol pada HP nya. Lalu mengarahkan layar HP nya pada wajah Iqbaal.
Iqbaal terlihat bingung. Apa maksudnya?
"Ini Mah yang namanya Iqbaal."
"Ohh ini yang namanya Iqbaal,ganteng ya? Bisa aja kamu," ucap seseorang dari seberang sana.
"Hehe iyaa dong Mah." Iqbaal melirik Ara,meminta penjelasan atas ini semua.
"Oiyaa nak Iqbaal,Tante titip Ara ya? Soalnya Tante sama Papa nya Ara lagi nggak di rumah untuk beberapa waktu. Sama tolong antar Ara pulang ya? Soalnya kemarin Ara pulang dari sekolah sikut kirinya luka."
Iqbaal tersenyum kikuk,melihat siku Ara yang benar terluka. Dengan ragu Iqbaal menjawabnya,"i-iya tante."
"Makasih ya nak Iqbaal. Maaf tante merepotkan. Habisnya tante bingung mau nitipin Ara ke siapa. Nggak ada keluarga dekat disini."
"Iyaa sama-sama,Tante." Ucap Iqbaal sok ramah. Pencitraan doang pasti.
"Yaudah kalau gitu. Sekolah yang bener ya,Ra,Baal. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tut
Video call dengan Mama nya Ara pun terputus. Ara memasukan HP nya ke dalam saku seragamnya.
"Iqbaal maafin Mama Ara ya?"
"Sikut lo kenapa?" Bukannya menjawab Iqbaal malah balik tanya.
"Gapapa kok,cuma nyenggol besi aja waktu desek-desekan mau masuk ke angkutan umum."
Iqbaal mengangguk paham.
"Iqbaal kalau nggak mau anterin Ara pulang gapapa kok,Ara bisa pulang sendiri."
"Iya. Gue emang nggak mau."
Ara menarik paksa senyumnya. Berusaha berpikir positif.
"Pasti nggak mau nolak kan? Hayoo Iqbaal ngakuu," ledek Ara.
Iqbaal menatap Ara tajam,"terserah lo."
Terserah mengucapkan itu Iqbaal pergi meninggalkan Ara.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu.
"Ra,gue dijemput. Lo gapapa pulang sendiri?"
"Iya Ca,gapapa kok."
"Yaudah gue duluan yaa,hati-hati Ara!" Ica pun pergi mendahului Ara. Ara pun berjalan santai menuju halte sekolah.
"Hallo cantik," ucap Dani sambil melambatkan laju motornya,menyeimbangi langkah Ara.
"Iya Ara tau,Ara cantik." Balas Ara malas.
Dani menepikan motornya,membuat langkah Ara terhenti karna jalannya dihalangi oleh motor Dani.
"Btw tadi bekal lo gue yang makan lagi,enak banget. Jadi enak gue." Dani tertawa tapi tidak dengan Ara.
Jadi selama ini Iqbaal benar-benar tidak pernah memakan bekal dari nya?
"Kotak bekalnya mana?" pinta Ara.
Dani mengecek tas nya,tapi ia tidak menemukan apa-apa.
"Oiya tadi kotaknya sama Iqbaal."
Ara hanya mengangguk.
"Lo pulang sama siapa Ra?"
"Sendiri."
"Pulang bareng gua aja," tawar Dani.
"Nggak ngerepotin?"
"Engga."
Kalau dipikir-pikir lumayan juga,hemat uang jajan selama Mama dan Papa nya tidak dirumah.
"Hm bo—" Ucapan Ara terhenti saat seseorang memotong kalimatnya bersamaan dengan suara mesin motor.
"Naik," perintah orang itu.
"Iqbaal? Tadi katanya nggak mau antar Ara," ucap Ara bingung.
"Kalau lo ngga mau,biar Ara pulang sama gua aja Baal." Dani mulai menyalakan mesin motornya.
"Iyaa Iqbaal,Ara takut ngerepotin Iqbaal."
Iqbaal melirik Ara tajam,"jadi sekarang lo lebih pilih Dani daripada gue?"
***
Motor Iqbaal memasuki pekarangan rumah Ara. Setelah motor berhenti sempurna,Ara turun dari motor Iqbaal.
"Makasih yaa Iqbaal," ucap Ara senang.
Iqbaal mengangguk tanpa menatap Ara.
Ara menggigit bibir dalamnya,"hm Iqbaal terpaksa banget ya anterin Ara?" Iqbaal menoleh menatap Ara.
Raut wajah Ara memperlihatkan bahwa ia tidak enak dengan Iqbaal. Ara berpikir bahwa Iqbaal sangat terpaksa mengantarnya.
"Harusnya tadi tuh Iqbaal biarin aja Ara pulang dianter Da—"
"Gue pulang," Iqbaal langsung melajukan motornya meninggalkan Ara tanpa mau mendengar ucapan Ara selanjutnya.
Ara menghela nafasnya lega. Disatu sisi ia merasa senang,disisi lain ia merasa tidak enak pada Iqbaal.
Ara nggak suka maksa. Tapi kalau maksa Iqbaal buat suka sama Ara itu,harus.
***
A/n:
Huaa tadi part ini ke hapus:(
Jadinya aku tulis ulang. Ya jadinya nggak sama persis kayak yang sebelumnya.
Tadinya cuma mau di unpublish karna kata temenku partnya kepotong. Eh malah ke hapus:)
Maaf yaa kalau ceritanya gajelas:>
Jangan lupa vote+komen
Terimakasih udah baca❤️
-Mrs. Dhiafakhri