Are u ready, guys?
.
-Happy Reading-
***
Dengan bersemangat Ara menerima telepon yang masuk.
"Halo, Iqbaal!"
"Hapus komen lo di akun Aldi." Suara dingin itu terdengar dari seberang sana.
"Lho, emang kenapa, Iqbaal?"
"Nggak usah banyak tanya."
"Kalau Ara nggak mau hapus?" Ucap Ara terdengar menjengkelkan.
Tak ada balasan dari Iqbaal.
"Iqbaal?"
"Gue suruh Aldi yang hapus."
Tut
"Ih, kok dimatiin sih!" Kata Ara kesal.
Tadi ia sengaja ingin membuat Iqbaal kesal, namun kenyataannya malah berbalik. Ialah yang merasa kesal dengan sikap Iqbaal.
Kini Ara yang menelepon Iqbaal. Sudah menunggu cukup lama, hingga terdengar suara mbak-mbak operator dari seberang sana.
Nomor yang anda hubungi sedang sibuk dengan yang lain, cobalah untuk sadar diri.
Tut
"Kurang asem."
***
"Di, apus."
"Nggak mau, wle."
"Nggak usah resek deh."
"Kenapa sih Baal? Cuma love gitu doang, wajar kali."
"Nggak wajar lah."
"Nggak wajar gimana? Ara kan suka sama lo, ngejar-ngejar lo, tergila-gila sama lo. Ya wajarlah dia komen emot love gitu. Lagian juga biasanya lo fine-fine aja."
Aldi memang seperti itu, teguh pada keputusannya. Entahlah, sebelas dua belas dengan keras kepala.
Memang sebelum-sebelumnya Iqbaal tidak peduli dengan apa yang Ara lakukan. Mengganggunya, memberinya perhatian, bahkan sampai posesif padanya pun Iqbaal tidak peduli.
Namun, setelah hari dimana Iqbaal mendengar Kiki memanggil Ara dengan kata 'sayang', rasanya ia tak pantas mendapatkan semua itu dari Ara.
Iqbaal berpikir, bahwa Ara memiliki hubungan special dengan Kiki.
"WOY! Lo dengerin gue nggak sih?"
Suara bariton Aldi membuat Iqbaal menggelengkan kepalanya.
"Terserah lo aja deh! Males gue debat sama lo!"
Tut
Iqbaal memutus saluran teleponnya dengan Aldi. Tenggorokannya terasa kering, berdebat dengan Aldi membuatnya dehidrasi. Iqbaal meninggalkan HP-nya di atas meja. Ia berjalan menuju dapur untuk melepas dahaganya.
Drrrt drtt
Drrrt drtt
Drrrt drtt
Seorang pria paruh baya mengangkat HP yang sedari tadi bergetar, ada telepon masuk. Ia mengusap layarnya untuk menerima panggilan.