Hai!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Masih hari minggu kan ya?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nungguin ya?
.
.
.
.
Oh enggak, yaudah
.
.
.
.
.
.
Happy Reading❤️***
Ara menghirup nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia memustuskan untuk...
"Aaaaaaaaa,tolong!!!"
Ya,untuk berteriak.
Sontak beberapa orang disekeliling melihat ke arah mereka.
"Sstt," tangan orang itu menyingkir dari mata Ara.
Ara mengerjapkan matanya, nafasnya masih terengah-engah karena harus berteriak. Matanya membulat sempurna sambil mengikuti arah laki-laki itu berjalan.
"Bang Kiki," gumamnya.
"Hai, ko panik gitu sih?" Ledeknya.
Ara menekuk wajahnya, "rese banget sih lo, Bang!" Ia mendengus kesal, "Ara udah takut tau! Ara kira penjahat."
Kiki terkekeh, "kalau penjahat yang ditutup itu mulutnya, bukan matanya," jelas Kiki membuat Ara berpikir. "Nih kayak gini nih," Kiki memperagakan degan membekap mulutnya sendiri.
Bener juga sih.
Tapi tetap saja, itu menyebalkan.
Kiki duduk di samping Ara, bertepatan dengan Iqbaal yang datang kembali. Baru saja Kiki ingin melontarkan pertanyaan, tapi Ara tiba-tiba berdiri karema melihat tatapan Iqbaal yang tajam. Kiki yang melihat Ara pun sontak ikut berdiri.
"Eh, Baal. Disini juga? Sama siapa?" Kiki melihat dua cone es krim vanilla ditangan Iqbaal. "Berdua ya? Sama siapa? Aldi? Atau cewek lo?"
Iqbaal menggeleng, "sendiri kok."
Ara kaget mendengar jawaban Iqbaal. Heyy, dirinya dianggap apa?
"Loh, kok es krimnya dua?"
"Lagi pengen aja."
Kiki mengangguk paham, "suka banget sama es krim vanilla?"
Iqbaal mengangguk. Kiki bertanya lagi, "sesuka itu, sampe beli dua?"
"Tadinya sih mau gue kasih ke orang yang juga suka rasa vanilla, tapi—"
"Ih Ara suka kok Iqbaal," tanpa izin Ara mengambil satu cone es krim vanilla dari tangan Iqbaal.
"Makasih ya, Iqbaal." Iqbaal hanya memberikan Ara tatapan sinis. Ara melihat, tapi ia berusaha untuk tak mempedulikannya.
"Bang Kiki kok bisa disini?" Tanya Iqbaal.
"Iya, tadinya gue udah janjian sama Aldi mau ketemuan di kafe depan. Tapi gue liat Ara duduk disini sendirian sambil komat-kamit gajelas." Jelas Kiki.
Awalnya ia kesal dengan kalimat terakhir yang keluar dari mulut Kiki. Tapi saat ia melirik Iqbaal, ternyata Iqbaal sedang menatapnya tajam. Tanpa ingin melewatkan kesempatan Ara pun langsung memulai aksinya.
"Ih, tadi tuh ya! Sebenarnya Ara berdua bang, nggak sendirian. Ya kali Ara ke taman sendirian terus komat-kamit gajelas." Ara menjeda, "waktu pulang sekolah ada yang ajak Ara jalan, terus udah izin juga ke Mama. Dia yang izin sendiri lagi!" Tepat pada kalimat terakhir, Ara melirik Iqbaal, menyindir.
"Ohh sama siapa? Ica?"
Baru saja Ara membuka mulutnya, ingin menjawab pertanyaan Kiki. Namun Iqbaal sudah terlebih dahulu menyelanya.