Happy Reading!
***
Isakan Ara mulai mereda,perlahan dirinya mulai tenang. Ara sedikit terkejut saat tangan Iqbaal mengelus lengannya. Ia baru sadar bahwa dirinya dan Iqbaal seperti sedang berpelukan. Ara menjauhkan kepalanya dari dada Iqbaal,lalu mendongak.
Terlihat wajah Iqbaal sedang memandang lurus ke depan dengan tangan mengelus lengannya. Ara cepat-cepat menunduk saat Iqbaal menundukan kepala menatap dirinya.
Ara mendorong pelan dada Iqbaal untuk menjauh dan melepaskan rangkulan Iqbaal. Karena ulahnya,kini seragam Iqbaal dibagian dadanya basah. Ara melebarkan matanya lalu mengambil tisu di meja untuk mengeringkan seragam Iqbaal.
Ara mengusapnya pelan,Iqbaal terdiam memerhatikan Ara. Setelah menyelesaikan aktivitasnya Ara kembali menunduk.
"Lo kenapa,Ra?"
"Maaf,Iqbaal."
Iqbaal terdiam. Entah kenapa ia merasa bersalah kepada Ara. Ingin sekali ia membawa Ara kembali ke dekapannya,tapi bel masuk sudah berbunyi.
Trriiiiiiiinggg!!!!
Ara beranjak,diikuti Iqbaal.
"Gue anter ke kelas," kata Iqbaal.
Ara menggeleng,"Iqbaal duluan aja,Ara mau ke toilet dulu."
Iqbaal mengangguk. Ara berjalan mendahului Iqbaal untuk menuju ke toilet putri.
Ara membasuh mukanya,matanya terlihat sembab. Apa yang akan ia katakan jika Ica menanyakannya? Atau bahkan kalau guru yang menanyakan? Ah,rasanya nanti saja memikirkan itu,ia harus cepat-cepat kembali ke kelas.
Ara membuka pintu toilet sambil terus menunduk,ia tak ingin ada yang melihat mata sembabnya. Tapi...
Duk!
Ara menabrak punggung seseorang. Perlahan ia mendongakan wajahnya. Orang itu pun membalikan tubuhnya.
"Iqbaal," lirihnya.
Iqbaal mengangguk. "Ayo,gue anter ke kelas."
Ara mengangguk. Iqbaal mempersilahkan Ara berjalan duluan,lalu ia menyusulnya. Ara memeperlambat langkahnya agar Iqbaal berjalan sejajar dengannya.
"Kenapa,Ra?" Tanya Iqbaal yang menyadari Ara melambatkan langkahnya.
"Beriringan,Baal." Iqbaal yang mengerti ucapan Ara langsung mengimbangi langkahnya.
Sesampainya di depan kelas Ara,pandangan Iqbaal langsung menjelajah ke dalam. Memastikan belum ada guru yang datang.
"Makasih," kata Ara.
Iqbaal mengangguk. "Nanti pulangnya tungguin gue."
Ara mengerutkan dahinya,"kenapa?"
"Nggak mau nungguin gue?"
"E–bukan gitu,tumben aja."
"Jam terakhir,pelajaran Bu Mardiah. Jadi sedikit lebih lama," jelas Iqbaal.
Tapi Ara tak kunjung mengerti. Kenapa Iqbaal memintanya untuk menunggu?
"Nanti gue anter lo pulang," ucap Iqbaal seperti membaca pikiran Ara.
"Gue balik ke kelas,lo masuk sana."
"Iya." Tapi Ara tetap diam di tempat.
"Masuk,Ara."
"Iyaa,Iqbaal."
"Yaudah masuk."
"Iqbaal aja yang pergi dulu."