23. Nggak Jadi

23 7 1
                                    

Sudah lima belas menit berlalu. Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Murid-murid yang baru datang pun, tak seramai tadi.

Jika bukan Iqbaal yang Ara tunggu, laku siapa?

"Dorr!" suara juga tepukan di pundaknya berhasil membuatnya terkejut.

Ara langsung membalikan badannya, "ish, Ica! Kalau Ara jantungan gimana?" kata Ara kesal.

Ica menampilkan deretan giginya, "sorry, Ra. Lagian lo ngapain berdiri disini sih dari tadi? Nggak sekalian di depan gerbang aja, biar kayak satpam."

Kalimat terakhir Ica berhasil membuat Ara memicingkan matanya. Ica meraup wajah Ara dengan satu tangannya.

"Udah ah, jangan kayak gitu mukanya. Lo nunggu siapa sih? Iqbaal? Udah di kelas noh orangnya."

"Bukan."

Mulut Ica terbuka, kaget.

"Terus lo nunggu siapa?"

"Anak baru."

Setelah mengucapkan itu, Ara pergi meninggalkan Ica yang sedang bingung, siapa anak baru yang Ara maksud.

***

Brak!!!

Iqbaal bergedik kaget saat Aldi menggebrak meja yang berada di depannya.

"Apaan sih?" tanya Iqbaal sewot.

"Itu HP lo bunyi," geram Aldi.

Iqbaal melirik benda pipih yang berada di atas meja, benar saja ada telepon yang masuk. Untung saja saat Aldi menggebrak meja tadi, HP-nya tidak jatuh.

"...."

"Waalaikumussalam, iya bang? Sorry lama."

"...."

"Ohh iya, sama Aldi juga?"

"...."

"Oke bang, oke."

"...."

"Waalaikumussalam."

"Siapa, Baal?" tanya Aldi penasaran.

"Bang Kiki," jawab Iqbaal singkat.

"Ada apa?"

"Pulang sekolah kita disuruh ke rumahnya."

"Ngapain?"

"Nyuci piring!"

Iqbaal pergi keluar kelas, meninggalkan Aldi yang masih bingung di dalam kelas.

"Gue kurang aqua kali ya."

***

Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu, tapi Ara dan Icha baru sampai di kantin saat beberapa temannya mungkin sudah menghabiskan satu porsi makanan.

"Mau makan apa, Ra?" tanya Ica.

"Ara bingung mau makan apa." balasnya dengan mata menatap meja di hadapannya.

"Lo kenapa sih, Ra?"

"Ara nggak papa kok, Ica. Ara mau makan siomay aja, tolong pesenin ya?" ucap Ara lemah.

Icha mengangguk pelan, lalu memesan makanan juga minuman untuk mereka.

Ara menyapu pandangannya ke seluruh sudut kantin. Tidak hanya sekali, ia melakukannya berulang kali. Seperti tidak puas dengan hasil yang ia dapatkan.

"Kok dia nggak ada ya?"

Ara mulai mengetikan sesuatu pada HP-nya. Ia buru-buru memasukan HP-nya ke dalam saku seragam saat Ica datang dengan dua gelas es teh manis di tangannya.

Ice Cream X IdrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang