.
.
.
.
.Pagi hari di SMA Nanashi.
Bel masuk berbunyi. Masing-masing guru mapel segera memasuki kelas yang akan mereka ajar.
Absensi dimulai. Hingga guru memanggil satu nama.
"To– ehem. Dabi. "
Saat itu, pintu kelas bergeser dan sosok yang baru saja dipanggil melangkah masuk dengan santai.
"Ha'i, " jawabnya selagi melangkah ke kursinya yang berada di pojok kiri kelas.
Suasana menjadi sangat hening. Hanya ada suara kursi yang bergeser ketika Dabi duduk.
"Dabi. " Guru yang ada di depan nampak menahan emosinya. "Sudah sejak awal pertemuan kau selalu datang terlambat. "
Dia adalah guru yang baru saja mulai bekerja tahun ini, wajar dia belum mengenal betul sifat berandalan Dabi.
Anak-anak yang sudah tahu sifatnya sejak dua tahun lalu, hanya diam ketika guru memarahinya.
"Kau juga bolos pelajaranku kemarin."
Dabi bersandar pada kursinya dengan santai. "Sensei mengajar agar kami bisa dapat nilai bagus, kan? "
"Ya. "
"Kalau begitu, apa sejak awal tahun ketiga ada masalah dengan nilaiku? "
Guru itu terdiam. Dia dengan hening mengingat soal nilai-nilai Dabi. "Tidak, semuanya bagus. "
"Nah, lalu apa yang perlu dipermasalahkan? "
Guru itu merasa dipermainkan. "Dabi, bukan hanya soal nilai. Sikapmu juga harus tertata."
Dabi tidak akan pernah mempan meski dibimbing oleh guru konseling terbaik sekalipun agar bisa bersikap sedikit lebih baik.
"Sensei. " Dabi menatap malas. "Meski mengajarkan mengenai sikap terbaik pun, apa Anda yakin jika murid yang di kelas bersikap sangat baik akan sama ketika sudah berada di luar pengawasan?"
Guru itu terdiam.
Dabi menyeringai. "Saya tahu, hampir semua anak teladan dari masing-masing guru memiliki banyak wajah di belakang. Tidak perlu jauh-jauh. Di kelas ini pun ada. "
Beberapa murid melirik tipis padanya.
Guru yang berada di kursi mejanya itu, menghela napas. Melanjutkan absensi. Beberapa mengira guru tengah mengalah, tapi ada yang juga yang menganggapnya kalah.
Tak berapa lama, pelajaran pun dimulai.
Meski menjadi murid dengan rangking tinggi, yang Dabi lakukan di kelas hanyalah merasa bosan, mengantuk atau malah membolos.
Dabi hanya mencatat seperlunya dan kemudian dia sering menatap keluar jendela yang ada di sebelahnya. Kelasnya ada di lantai dua.
Dia akan menonton pertandingan olahraga yang ada di lapangan. Atau melihat angin meniup pepohonan dengan pelan, memperhatikan orang berjalan, dan lain-lain. Apa pun yang bisa dia lihat di luar.
Memasuki jam keempat. Guru mapel sudah berganti ke selanjutnya sejak jam ketiga.
Dabi menatap malas ke lapangan. Menonton pertandingan bola yang baginya sangat payah. Banyak kaki yang tersandung saat mendribble, tembakan bola yang meleset, pergerakan tak karuan, dan sebagainya.
Karena tak ada tontonan lain, Dabi akhirnya melihat hingga jam keempat selesai.
Guru baru mulai menyatakan pertemuan berakhir saat Dabi kemudian beranjak dan keluar dari kelas. Beliau menahan untuk tidak berteriak emosi dan melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes On Me- BnHA Fanfict (Completed)
RandomDabi adalah berandalan SMA yang paling tidak bisa ditebak di antara anak berandal lain. Dia bertindak semaunya dan sering membuat masalah. Namun, Dabi tidak pernah punya kendala dengan nilainya. Alias, Dabi adalah berandal pintar yang populer di sek...