.
.
.
.
.Takeda tidak percaya dengan apa dia tengah lihat. Midoriya tergeletak di tengah kerumunan dengan seragamnya yang kotor dan lecek.
Tentu saja Takeda tidak tinggal diam melihat hal itu, terutama karena murid itu adalah anak dari kelas di mana dirinya menjadi guru walinya.
Dengan segera, Takeda bersimpuh dan mengangkat tubuh Midoriya yang terasa lebih hangat dari suhu normal ke pangkuannya.
Sudah tidak perlu ditanyakan lagi, alasan mengapa Midoriya tertimpa masalah kali ini sangat jelas. Terutama karena orang yang mengerubungi di sekitar adalah para perempuan, itu sangat berhubungan dengan akibat rumor palsu yang tersebar.
Sudah sangat keterlaluan, hal itu tidak bisa lagi didiamkan.
Dengan kesal, Takeda mengangkat kepalanya, menatap kerumunan di sekelilingnya dengan sangat emosi.
Namun, alih-alih mulai berteriak kesal pada kerumunan anak tahun kedua dan ketiga, Takeda justru terdiam.
Guru itu sadar jika kini pandangan seluruh anak yang menjadi pelaku kejadian buruk itu tidaklah tertuju padanya.
Mata mereka menatap gemetar dengan alis menukik pada satu arah yang sama.
Ada seseorang di belakangnya. Takeda segera menoleh untuk melihat siapa di sana.
"!"
Awalnya, Takeda mengira akan melihat kepala sekolah atau wakilnya, atau bisa saja beberapa satpam yang datang karena mendengar keributan.
Namun guru itu salah besar. Justru orang yang datang sangatlah berbahaya. Orang yang sangat diwaspadai meski di bukan pejabat sekolah, bahkan dia masihlah seorang murid.
Sosok Dabi terlihat berdiri dua meter darinya. Manik birunya berkilat nyalang.
Takeda, yang notabenenya selalu ikut andil dalam proses penyelesaian setiap masalah yang Dabi buat, melihat bahwa tatapan itu belum pernah dia lihat sebelumnya.
Dabi marah, sangat marah.
Dalam masalah-masalah yang terjadi karena Dabi, selalu dilakukan dengan emosi yang bercampur dengan sikap iseng. Artinya dia tengah bermain-main ketika terlibat dalam masalah.
Namun kali ini tidak. Takeda hanya bisa melihat seratus persen kemarahan terpancar dari netra Dabi.
Dabi mulai melangkahkan kakinya setelah diam beberapa saat. Maju perlahan dengan memancarkan aura kemarahannya yang sangat terasa.
'Gawat.'
Begitu pikir Takeda.
Selama ini Dabi memang tidak sembarangan melukai orang terutama perempuan meski dia seorang berandal.
Namun kali ini dia yakin Dabi tidak akan segan memukul siapa pun tanpa pandang bulu dan tiada belas kasih.
Untuk mencegah skenario terburuk terjadi, Takeda membaringkan Midoriya perlahan turun dari pangkuannya, segera berdiri dan menghadang Dabi maju lebih jauh.
Takeda langsung berhadapan dengan manik biru Dabi yang benar-benar mengerikan untuk dipandang. Namun guru itu tidak gentar dan tetap berdiri di sana.
Dia sangat paham mengapa Dabi bisa marah di situasi itu. Takeda tahu jika Dabi menaruh perhatian pada Midoriya sejak pertama bertemu lebih dari yang lain.
Takeda tidak akan mengherankan mengapa pria berandal seperti Dabi bisa bersikap perhatian pada Midoriya meski sikapnya yang buruk pada orang lain. Semuanya bisa terjadi, tidak ada dia anggap aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eyes On Me- BnHA Fanfict (Completed)
RandomDabi adalah berandalan SMA yang paling tidak bisa ditebak di antara anak berandal lain. Dia bertindak semaunya dan sering membuat masalah. Namun, Dabi tidak pernah punya kendala dengan nilainya. Alias, Dabi adalah berandal pintar yang populer di sek...