"TwentySix"

980 94 4
                                    

.
.
.
.
.

Dua hari kemudian.

Perawatan yang baik dari rumah sakit membuat demam Midoriya dengan cepat menurun. Dia segera sudah terlihat sedikit lebih segar meski tubuhnya masih kurus.

Kini dia tengah berbincang dengan Dabi yang melarikan diri dari ruang rawatnya sendiri untuk bertemu Midoriya.

Dabi mengukur pergelangan tangan Midoriya dengan melingkarkan telunjuk dan ibu jarinya. Dulu dia sudah pernah melakukan itu, jadi pria itu tahu perbedaannya dengan sekarang.

"Lihat, kau kecil sekali. Akan kuminta pihak dapur membuatkanmu makan lima kali sehari. "

"Heish, aku tidak bisa makan sebanyak itu. " protes Midoriya.

"Kau begitu kurus, ukuran tanganmu hampir separuh ukuran tanganku. "

"Ukuran perempuan dan laki-laki memang beda, Senpai. Jangan bandingkan aku dengan dirimu."

Dabi sengaja kembali membandingkan tangannya dan Midoriya dengan raut pura-pura serius. Midoriya tertawa dan memintanya berhenti bersikap konyol.

Setelah berhenti tertawa, Midoriya menyentuh sisi wajah Dabi yang masih ditempel perban. Menghela napas pelan.

"Apa kau masih marah soal itu?"

"Sejak awal aku tidak marah. "

Dabi mengangkat kedua alisnya. "Tumben, biasanya kau akan ribut soal lukaku. "

Midoriya mendengus. "Karena aku menganggap itu sebagai harga untuk menangkap Shigaraki. Tidak semua luka terjadi karena salahmu. "

Dabi tersenyum kecil. "Baguslah, aku bebas dari omelan kali ini. "

Midoriya hanya menghiraukan perkataan tadi. "Senpai, kembalilah ke ruanganmu. Kalau suster datang dan melihat kamarmu kosong nanti–"

"Dabi-san! "

Baru Midoriya akan membahasnya, ternyata sudah terjadi lebih dulu. Seorang perawat datang dengan kesal, karena bukan sekali ini saja Dabi tiba-tiba pergi dari ruang rawatnya.

"Sudah berapa kali kukatakan untuk jangan nekat pergi dari ruanganmu."

Midoriya hanya bisa tersenyum canggung, dia juga sudah berulang kali menasehati Dabi tapi tidak pernah didengarkan.

Dabi yang pada dasarnya sedang kena omel justru hanya menatap cuek suster itu. "Aku juga sudah bilang berkali-kali kalau tubuhku baik-baik saja. Bahkan bisa berjalan sendiri ke sini, apalagi namanya kalau bukan sehat? "

Suster itu menahan kesalnya yang semakin dibuat menjadi. Dia menarik napas dan menghela panjang. "Kalau memang sudah sehat dokter akan menyuruhmu pulang. Selama masih dirawat berhentilah berbuat seenaknya."

Dabi mendengus malas. "Ya sudah, aku akan kembali sendiri nanti. "

"Sekarang, kau harus menjalani cek harian. Dokter akan segera datang."

"Katakan saja kondisiku lebih baik dari kemarin. "

"Astaga, ingin aku mengajukan agar kau dipindah ke rumah sakit lain. " suster itu merasa pusing mengurusi tingkah Dabi setiap hari.

"Senpai, kembali ke ruanganmu. " ujar Midoriya.

"Jadi aku diusir? "

"Iya. " ( ̄▽ ̄)

"Nah, sudah diusir, artinya kau tidak bisa di sini lebih lama tanpa seizin Midoriya-san. " suster menarik baju Dabi, tapi pria itu sangat kuat bahkan meski belum sehat benar.

Eyes On Me- BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang