"Twenty"

498 80 4
                                    

.
.
.
.
.

Midoriya berlari sepanjang lorong menuju ke mana pun kakinya mengarahkan. Tapi dia cukup sadar untuk paham bahwa inderanya mengincar tempat sepi.

Orang-orang yang dia lewati menatap bingung, tapi gadis itu tidak punya waktu untuk peduli. Dia hanya bisa menutupi sebagian raut menangisnya selagi berlari.

Kakinya melewati anak tangga dan tangannya menyentuh sesuatu.

Cklak!

"!"

Midoriya baru benar-benar sadar saat dia membuka pintu dan hembusan angin menerpa wajahnya.

Pemandangan atap datar rumah sakit tersaji di hadapannya. Dia berlari hingga ke titik tertinggi bangunan itu, daerah yang paling sepi dibanding tempat lain.

Midoriya berhenti menutupi wajahnya dan perlahan menenangkan napasnya yang tersengal.

Malam sudah sangat gelap, atap dihiasi beberapa lampu di sudut-sudutnya sehingga dia masih bisa melihat dengan jelas. Hujan yang sudah tidak terlalu deras terus turun membasahi atap.

Udara berhembus dingin, tapi Midoriya tetap melangkah keluar dari ambang pintu. Masih ada atap yang menjuntai menaungi satu meter di depan pintu sehingga hujan tidak mengenainya.

Dia berdiri diam, menatap jutaan bulir air terus turun dari awan langit yang gelap.

"Pasien... mengalami amnesia."

Midoriya kembali terisak.

"Aku tidak kenal dia."

Pandangan dingin Dabi padanya yang kembali dia ingat membuat hatinya terasa sakit. Dia merenggut kain baju di dadanya dan kakinya menjadi lemas. Dia jatuh berlutut dengan terus menangis.

Samar dia mendengar langkah seseorang yang menaiki tangga dengan tergesa, dia tidak terlalu mendengarnya karena suara hujan. Hingga kemudian suara itu semakin jelas dan berada tepat di belakangnya.

"Midoriya... " Todoroki berdiri di belakang ambang pintu, melihat gadis bersurai hijau berlutut membelakanginya.

Dia sempat kehilangan jejak dari Midoriya yang berlari sangat cepat, sehingga dia sempat mencari ke beberapa tempat yang salah.

Todoroki melepas jaketnya dan maju untuk menyampirkannya ke punggung Midoriya. Pria itu berlutut dengan sebelah kaki di sebelahnya.

"Udaranya sangat dingin, bajumu juga belum kering. Nanti kau bisa sakit, ayo kembali ke dalam. "

Midoriya hanya terus terisak, tidak merespon perkataan Todoroki.

Todoroki tahu Midoriya sangat terpukul. Mulai dari melihat sendiri kecelakaan yang terjadi pada Dabi, menunggu dia bangun dari koma sampai satu bulan, hingga kemudian dikejutkan dengan kondisi amnesia Dabi. Semua itu terlalu berat untuk dialami terus menerus.

Dia menempatkan tangannya di punggung Midoriya yang gemetar karena isakannya. Todoroki merasakan jika tubuh gadis itu panas.

Mengingat Midoriya datang dengan wajah pucat tadi, Todoroki memeriksa suhu pada kening gadis itu dan dugaannya benar.

"Midoriya, kau sedang sakit. Kau tidak boleh berada di luar."

Todoroki mencoba membuat Midoriya berdiri, namun gadis itu menolak dengan sedikit mendorongnya.

"Kumohon, demammu bisa semakin parah. "

"...salahku... "

Karena suara hujan, suara Midoriya yang lirih tidak terdengar jelas.

Eyes On Me- BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang