"One"

2.4K 316 53
                                    

Dabi.

Itulah nama berandalan nomor satu di SMA Nanashi.

Semenjak dia masuk di tahun pertama, kegaduhan besar sudah terjadi.

Bagaimana tidak?

Seorang anak tahun pertama dengan berani menantang seorang guru olahraga yang memarahinya karena malas-malasan saat anak lain bertanding di lapangan.

Ketika dia ditegur untuk beranjak dari posisi malasnya dan ikut bertanding, Dabi justru dengan santai mengatakan,

'Kalau saya bisa mengalahkan Sensei, maka jangan pernah lagi suruh saya ikut kalau saya tidak mau. '

Awalnya guru olahraga itu, Takeda Sensei, hanya menganggapnya candaan. Dia tidak mengindahkannya dan kembali meminta Dabi masuk ke lapangan.

Dabi kemudian dengan jelas meninju langsung wajah Takeda saat bicara. Semua anak di lapangan berhenti saat mendengar guru mereka berteriak.

Tinjunya begitu keras. Takeda berlutut dengan menutupi mulutnya. Guru itu kemudian merasakan darah,  dia sadar jika telah kehilangan satu giginya. Pelajaran olahraga Takeda dihentikan saat itu juga.

Kejadian itu membuat seisi sekolah gempar saat perlahan berita menyebar. Kepala sekolah pun segera mendengar kabar tersebut dari kantornya.

Minggu pertama Dabi bersekolah di Nanashi, dia sudah dipanggil untuk disidang di ruang kepala sekolah.

Murid dari kelas mana yang bisa menyaingi rekor tercepat Dabi untuk dicap sebagai anak berandal?

Satu minggu awal biasanya anak-anak baru mulai saling kenal, Dabi justru mulai mengukir nama buruknya.

Dabi tidak menolak untuk datang. Dia langsung beranjak dari kelasnya dan mengikuti guru bimbingan konseling ke ruang kepala sekolah.

Sesampainya di sana, sidang dengan beberapa guru yang hadir, termasuk Takeda, segera dimulai.

Dabi berdiri di tengah mereka semua dengan sikap tenang, bahkan hampir tidak peduli.

"Kenapa kau memukul guru? "

"Karena saya dimarahi. "

"Kau tahu alasanmu dimarahi? "

"Karena saya tidak ikut pertandingan."

"Kau sudah tahu kesalahanmu, kenapa masih memukul? "

Dabi menyeringai geli. "Pertandingan yang diadakan benar-benar untuk pecundang. Saya sudah pasti akan menang, jadi saya biarkan mereka bermain tanpa saya ikut ke dalamnya."

Perkataan Dabi sungguh memancarkan kearoganan. Namun kepala sekolah masih tenang dan memeriksa data pendaftaran Dabi saat masuk ke sekolah itu. Sementara guru lain benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Dabi.

Nilai olahraga Dabi memanglah tercetak tinggi di tingkat sekolah sebelumnya.

"Dengar, kau memang pandai dalam olahraga. Namun kau tetap tidak boleh bersikap seperti itu. Setidaknya ikuti saja meski tidak dengan sungguh-sungguh. Kau juga bisa memberi alasan dengan baik-baik dan tidak perlu memukul. "

"Saya lihat Takeda Sensei tidak akan menerima apa pun alasan yang saya katakan. Jadi, tidak ada cara lain selain jalur fisik. "

"Bagaimana kau tahu? Bisa jadi itu hanya spekulasi asalmu. "

"Saya tahu dengan jelas. " Dabi bisa mengenali karakter seseorang dengan pengamatan singkat.

Kepala sekolah menghela napas. "Baiklah, kali ini hukumanmu hanyalah menulis surat permintaan maaf. Jangan membuat keributan lagi, ya? "

Eyes On Me- BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang