2.4

307 51 77
                                    


°°°

"Hah? udah dapet cewek, Na? Aing kapan ya gusti?!"

Biasa. Jenar Aldebaran kalau soal cewek pasti heboh bukan main. Apalagi kalau yang dapat teman sendiri. Soalnya Jenar ngebet setengah mati, tetapi tak ada satupun yang jadi.

Sebenarnya, sudah banyak yang naksir Jenar. Contohnya Raina yang menolong dirinya dan Nana saat dikejar soang. Tetapi Jenar terlalu tertutup untuk orang baru, banyak mau. Ya jadilah, Jenar yang masih sendiri tanpa tambatan hati.

"Pantesan tanya-tanya seblak ka urang," Decak Mahendra.

Barusan, Nana bertanya di mana warung seblak terenak di Bandung sama Mahendra. Sebab Mahendra juaranya kalau soal seblak. Hampir seluruh warung seblak sudah pernah Mahendra singgahi, saking demennya dengan kerupuk dicelup air cabai, menjadikannya rela keliling kota kembang dan mencicipi satu persatu seblak yang ada.

Nana cengengesan. Lantas anak itu beralih duduk di sebelah Jenar. Menyomot bala-bala yang ada di hadapannya. "Lo sendiri sama Saka gimana, Hen? Ada perkembangan gak? Hayu cus lah kita double date!"

Jenar makin bete. "Kitu nya, mun aya awewe temennya ditinggalkeun!" (Gitu ya, kalau ada cewek temennya ditinggalin)

Mahendra terkekeh pasal kepasrahan Jenar. Lantas anak itu menggeleng dengan lesu. "Gak ada, Na. Udah gak pernah ketemu juga."

Jawaban Mahendra barusan membuat Jenar seketika teringat. Bahwa Sakania telah menitipkan salam pada Mahendra lewat dirinya, juga memintanya untuk bilang ke anak itu pasal Saka yang ingin bertemu.

Sebenarnya Jenar ogah, tetapi bagaimana pun yang namanya janji tetap janji bukan?

"Oh iya, Hen, gue kemarin ketemu Saka, katanya salam buat lo. Suruh ketemu kalau bisa, kangen ceunah," ujar Jenar sembari menepuk bahu Mahendra.

Di depan sih sok tegar, tetapi dibalik wajah dengan senyum jumawa itu terdapat hati yang ambyar.

Mahendra berdecak tak percaya. "Alah siah, ngada-ngada! Sama aing ge teu pernah ketemu, masa ketemu sama maneh. Tambah gak mungkin!"

Jenar kontan memperlihatkan dua jemarinya, guna membentuk huruf v serta tanda bersumpah. "Sumpah ih, dia bilang gitu. Gue ketemu kemarin!" Kekeuhnya.

"Oh, jadi lo kemarin izin gak ikutan kumpul karena janjian sama Saka? Terus ketemuan di belakang gue, iya Jen????" Mahendra malah menuduhnya.

Jenar melotot. Kedua tangannya berkibas. "Allahuakbar, enggak!!"

Sedangkan Nana yang tak tahu apa-apa malah makin mengomporinya. "Astaghfirullah Jenar, tobat heh cewek masih banyak, kenapa embat punya temen sendiri?? Allah uninga, Jen. Yok ikutin gue, astagfirullahaladzim."

"Astaghfirullahaladzim." Jenar mengikuti.

Hal itu membuat Mahendra naik pitam. "Tuhkan beneran lo nikung gue, Jen!! Gak nyangka, kita kenal dari masih pake kancut Spiderman padahal!"

Jenar menepuk jidatnya. Muak sekali akan tingkah kedua sobatnya. Mau menjelaskan pun dirinya tak diberi waktu dan kesempatan. Rasa-rasanya kalau anak itu bisa, ia akan menempeleng kepala dua bocah di hadapannya satu-persatu. Sayangnya, Jenar tak bisa berlaku kasar.

"Udah lah kita gak usah temenan lagi, Jen!"

Ucapan Mahendra barusan membuat Jenar tak bisa tahan diri. "Oalah jancok!"

Mahendra dan Nana melongo. Kedua anak itu membulatkan matanya lebar-lebar. Terkejut setengah mati bahwa barusan Jenar tengah mengumpat.

Nana memandanginya lamat-lamat. "Jen, lo kan orang sunda?"

Elegi Esok Pagi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang