┆Dunia Watanabe Haruto mulai berubah saat siswi dari Korea Selatan itu membalas perasaannya di festival musim panas. Gadis itu adalah aktris utama mimpinya, tetapi bukan siapa - siapa di dunia nyata. Karenanya, hidup Haruto pun seakan terbelah; tak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kelas bisu kecuali sayup - sayup keseruan klub sepak bola dari lapangan. Haruto sendirian dan sibuk merutuki soal terakhir yang susahnya bikin kepingin mati.
Benar kata Kazue, karma itu ada. Gilirannya datang di saat ia lapar dan salah ambil buku, berujung pada dia harus mengerjakan soal pengganti yang harus dikumpulkan hari ini juga. Namun mau membolak - balik semua lembar buku, dia tak tahu cara menyelesaikannya.
"Kenapa rumusnya harus diubah-ubah sih."
Haruto menyugar rambutnya frustasi. Mustahil ia bisa menyelesaikannya tepat waktu, dia harus mengotak-atik dua rumus untuk dimasukan ke rumus lain, butuh konsentrasi tinggi agar tidak berujung mengulang. Masalahnya, tak kunjung berhenti juga notifikasi obrolan grup itu, saling berebut perhatian dengan rumus - rumus di buku, tak mau mengalah. Sebagai remaja kecanduan hp, Haruto cuma bisa bertahan ... umm ... setengah menit saja.
Baiklah, satu menit saja ...
Takeru [Seru. Haruna-chan nembak Shota.]
... atau tidak.
Hanya satu gelembung obrolan, Haruto langsung tersengat keterkejutan.
Kazue [Dunia ini udah gila dah. Besok aku pasti jadian sama Nana Komatsu]
Takeru [Sampai mati pun tidak akan, Kazue. Haruto yang bakal nembak kamu]
Kazue [Apa sih]
Takeru [Sudahlah, cepat sini] [Ke taman belakang sekolah. Aku di dekat tangga] [Muka Shota seperti pantat monyet]
Haruto kontan menutup buku dan keluar kelas. Kepalanya penuh oleh pertanyaan dan ketidakpercayaan. Ia seolah - olah pergi menuju dunia fantasi dimana apa pun bisa terjadi. Shota ditembak Haruna. Takahashi Haruna yang dewi dari segala dewi menyatakan perasaan pada Akamoto Shota. Seorang gadis menyukai Shota duluan. Apa yang bisa lebih ajaib dari ini?
Tidak ajaib sebetulnya.
Kenyataan bahwa gadis paling cantik di sekolah lebih dulu menyukai Shota lah menyentil harga diri Haruto. Ia kira ia cukup oke, kalau boleh tidak tahu malu, sih, Haruto percaya dia ganteng. Banget, malah. Namun sepertinya itu masalahnya, dia terlalu kepedean.
Habisnya, mau bagaimana lagi, Haruto selalu mendapat coklat misterius di hari valentine. Pada hari biasa sesekali ia mendapatkan surat berwarna merah muda yang isinya berbunga - bunga sekaligus tanpa nama.
Namun yang luput para gadis itu pertimbangkan bukan seberapa manis coklat dan tulisan itu, tetapi berani kah pujaannya merespon balik. Kecanggungan Haruto menjelma menjadi teka - teki, garis wajah yang mudah datar memerangkap atensi para gadis untuk menyibak sisi misteriusnya. Segalanya tentang Watanabe Haruto memikat, menjadikan masa sekolah bak film romansa remaja. Tidak tahu saja mereka jika Haruto sering ketawa - ketiwi sendiri di kamar.
Di bawah tangga, punggung Kazue dan Takeru melengkung - lengkung aneh, menyesuaikan diri agar terhalang tangga. Haruto mendenguskan tawa kecil lalu mendekat tanpa suara. Persis di belakang mereka baru lah Haruto berteriak.
"Hoy, Shota--"
"Astaga! Pst!" Kazue terperanjat sekilas sebelum menarik Haruto berjongkok. Alisnya menukik. "Diam! Nanti ketahuan."
"Shotanya saja tidak kelihatan."
Takeru menunjuk dua orang jauh di pojok taman, agak tertutup pohon. "Sepertinya Shota bertanya kenapa Haruna-chan menyukainya."
"Aku juga menanyakan hal yang sama," dengus Haruto.
Kazue menyodok perut Haruto dengan sikunya. "Dia ramah ke semua orang. Cewek mana yang enggak terkesan dengan laki - laki ramah yang lucu dan baik seperti Shota," tegur Kazue. "Enggak kayak seseorang."
"Apa, apa? Nyindir?"
"Enggak. Aku enggak nyebut namanya."
"Takut?"
"Aku takut? Ha, mimpi!" Kazue melipat tangan di dada tanda Haruto bukan yang ia takuti. Sementara itu Haruto memutar mata malas.
"Dasar sensitif," kata Haruto, sengit. Balasan Kazue cepat dipotong oleh Takeru yang sudah terganggu oleh perdebatan tidak penting mereka.
"Diam lah kalian berdua, Shota sedang--ASTAGA! Ups, kukira mereka berciuman."
Baik Shota dan Takeru menoleh cepat lalu membelalak ngeri tatkala Shota memeluk Haruna sambil senyam - senyum. Terlebih Shota langsung menyembunyikan wajah sumringahnya setelah melepas peluk. Benar - benar tsundere. Kemana perginya Shota yang tidak tahu malu?
"Siapa yang memelas!" cerca Kazue dan Takeru bersamaan. Jantung Haruto melompat satu degup. Tidak pernah dia dihardik bersamaan begitu.
"Biasa saja dong," sungut Haruto tidak terima. "Ayo pergi, mengintipi Shota bikin kalian makin mengenaskan."
Diseretnya kedua temannya itu menjauh. Ada yang lebih penting daripada meratapi nasib: membantunya mengerjakan tugas tadi.
"Aku enggak mengenaskan!" Kazue buru - buru berdiri tegak sebelum menyamakan langkah.
"Ngaca sana."
"Tidak, Haruto benar. Kita bertiga mengenaskan--iya, kamu juga, Haruto, jangan protes. Kalian ini, tidak ngaku saja kalau iri karena Haruna yang itu sukanya dengan teman sendiri," tukas Takeru, menampar telak ke inti perasaan. Bukan kah ini memang yang mereka cemasi sedari tadi?
Kendati demikian Haruto tak mau acuh. Mau bagaimana pun dia tak bisa pulang jika tidak menyelesaikan tugas. Tak peduli dia malah lebih tertarik pada obrolan Kazue - Takeru daripada tugasnya. []
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terima kasih sudah bertahan dan memberikan vote!♡ It means a lot to me ㅠ_ㅠ