[ 体育祭 ]

202 46 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti saat kakiku tak mau bekerja sama tiap berusaha lari, aku benci tubuhku tak mau menonjok orang di depanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sama seperti saat kakiku tak mau bekerja sama tiap berusaha lari, aku benci tubuhku tak mau menonjok orang di depanku. Cupu. Amarahku berapi - api, tapi tetap saja aku malah mencengkram kerah alih - alih mencekek.

Atau kah sebetulnya aku tidak berani?

Atau kah karena aku semakin menjadi Watanabe Haruto yang baik hati seperti yang kupikir belakangan?

Di depanku, para petaruh yang terdiri dari orang yang turut menuduhku saat SMP sibuk menyoraki dan memasang taruhan. Ruangan gelap dan lembab makin menyulitkan napas, tetapi tak menyurutkan amarah. 

"Kenapa kamu menjebakku hari itu?" bentakku. Peluh sampai menetes dari pelipis saking marahnya.

"Karena kamu yang paling lemah di sekolah, Tolol!" ejek pengkhianat itu dan sekejap saja dia sudah membalikan keadaan dengan membantingku. Sakitnya tidak terasa, tetapi berulang kali ditonjok itu memalukan. Sial, lagi - lagi aku tak berdaya.

Lalu pada hantaman terkuat, ruang dan waktuku bak terguncang sehingga mengedip saja aku sudah berpindah tempat dalam posisi beda, seperti bangun dari sebuah mimpi ke mimpi lain.

Apa aku memimpikan hal tadi karena sedang perang dingin dengan Kazue, ya?

Disini mentari menyengat kulit dan melelehkan keringat di sekujur tubuh. Aku tidak yakin apa tubuhku di dunia nyata berkeringat apa tidak, yang pasti aku tidak tahu mengapa aku menjadi sukarelawan di acara olahraga sekarang. Artinya, aku bakal banyak bergerak di musim panas ini.

Tahu apa yang lebih parah?

Aku menjadi sukarelawan yang memegang rintangan di lomba halang rintang. 

Memang, sih, cuma berdiri saja memegang tongkat yang digantungkan balon air, tetapi itu dia. Balon air. Setiap para peserta memecahkan balon, aku pasti terciprat, mau dia jauh atau dua jengkal dariku, aku terciprat. Mana tongkat ini berat juga lagi lama - lama.

Akhirnya dengan sengaja kutumpukan tongkat di pundakku, tidak peduli partner memegang tongkat di ujung sana kesusahan menyamakan tinggi. Apalagi pundakku cukup rendah untuk dilewati peserta, aku tidak peduli.

Kendati tidak sampai saat aku melihat siapa peserta selanjutnya. Dari sudut pojok kiri belakangku, rambutnya diikat tinggi - tinggi yang membikin tubuhnya terlihat makin ramping. Ia memasang posisi start jongkok. Aba -  aba diletuskan dan ia menjadi yang tercepat berkat kaki panjangnya.

Dan, yah, begitulah bagaimana Jang Wonyoung merebut semua kesempatan orang - orang untuk eksis di dunia ini. Sekitarnya tampak mengabur dan bergerak lambat kecuali dirinya sendiri. Rambutnya yang berkibar, matanya yang menyipit, serta senyum yang menahan tawa; dia tampak ... manis.

Huek. Maaf, aku bohong.

Dunia kembali bergerak sebagaimana semula. Wonyoung agak tersusul sebab rintangan berlari membawa bola pingpong di sendok sayur tak mau diburu - buru. Dia malah makin terbelakang lagi ketika harus berjongkok - jongkok melewati jaring lalu dia lari menuju aku, eh, maksudku rintangan yang kupegang.

"Woy, curang!"

"Lah, kok gitu?"

Aku tak tahu siapa mengatakan itu tapi Wonyoung mendadak berhenti di dekatku dan melotot.

"Hamada-senpai kok diangkat tinggi banget, sih!?" protes Wonyoung seperti bocah dungu. Aku mengerjap dan menyadari aku sudah mengangkat tongkat setinggi yang aku bisa. Dari jarak segini, Wonyoung sekali pun harus melompat untuk memecahkan balon airnya.

E-eh? Kok gini?

"Hamada - senpai, jangan curang dong." Wonyoung merengut sambil berusaha melompat - lompat. Kendati demikian dia cuma menyenggol saja tanpa mampu memecahkannya. Tentu saja karena kugoyangkan tongkatnya.

"Biar adil. Kamu kan tinggi, nanti enggak ada usahanya dong," kataku. Hee?

Tak tahu mengapa aku mengatakannya. Jangan tanya kenapa aku melakukannya. Secara sadar aku merasa harus. Seakan ada yang menggerakan.

Dan juga... tadi dia memanggilku apa?

"Ih, Hamada-senpai!" sahut Wonyoung.

Hamada-senpai?

Aku? Hamada Haruto?

Belum sempat kutanyakan, Wonyoung sudah berhasil memecahkan balon air terdekat, mencipratkan air yang memulangkanku dari dunia ini dalam sekejap. []

Hai! Biasanya kan aku update paling lama 5 hari, tapi kayaknya aku bakal agak telat soalnya aku baru sidang seminar dan ada revisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Biasanya kan aku update paling lama 5 hari, tapi kayaknya aku bakal agak telat soalnya aku baru sidang seminar dan ada revisi. Maaf, ya T___T

Btw, babnya tinggal dikit lagi yeay!

Terima kasih sudah bertahan dan terus memberi dukungan

𝐓𝐨 𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang