[ 図書館 ]

196 45 1
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kupikir aku bisa mengendalikan mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kupikir aku bisa mengendalikan mimpi. Aku tahu ini tidak nyata, tapi aku juga sadar apa yang harus aku lakukan.

Jadi, cepat lah Jang Wonyoung, dimana kamu berada!

Kakiku seakan tidak bisa berhenti. Lapangan, lorong, lalu kantin. Deret kelas, kantor, lalu laboratorium. Sekelilingku cuma murid - murid cupu yang berlalu lalang, sebagian tampak mengabur tak jelas seperti figuran dalam anime, tapi di antara mereka tidak ada Jang Wonyoung. Menyebalkan.

Mau bagaimana pun, aku tidak mau menyerah.

Entahlah. Ada perasaan yang kuat selain rasa penasaran. Seakan Jang Wonyoung punya rahasia yang sedang kukejar. Seakan pertanyaanku bukan hanya mengapa ia memanggilku Hamada Asahi. Aku tidak tahu mengapa, tapi perasaan ini ada seolah bukan aku yang mengendalikan.

Maka, aku tidak mau menyia-nyakan waktu. Dari depan laboratorium tempatku berdiri, aku berlari ke tempat getabako. Nihil. Lari ke taman tempat aku menguping pembicaran Wonyoung dan teman - temannya pun nihil juga. Aku mendengus marah dan menyugar rambut frustasi. Sial! Kemana, sih, orang itu?

Tidak harus ada keributan idiot seperti serangan zombie atau dinosaurus kan?

Aku meringis frustasi. Bukankah ini hari ke sekian aku tidak bertemu dengannyaㅡEh?

Kenapa aku tahu ini sudah hari ke berapa?

Sama seperti perasaan tadi, ini sesuatu yang bukan aku kendalikan. Aneh.

Oleh karenanya, meski masih dengan kepala penuh pertanyaan, aku memaksa kakiku melangkah cepat ke kelasnya. Jelas saja, aku harus gerak cepat sekarang. Aku tidak tahu apakah di mimpi kali ini aku bisa bertemu Wonyoung atau tidak.

Di samping pintu belakang kelas, kuintip kelas dan mendapati isinya nyaris penuh tapi yang kucari tetap tidak ada. Mengedarkan pandang sekali lagi, hasilnya tetap sama. Jang Wonyoung tidak ada di kelasnya. Mataku memutar malas. Sambil menyender ke dinding, aku menyugar rambut dan meringis frustasi.

"Apa lihat - lihat, hah?" hardikku pada orang - orang yang melirikku aneh sebelum masuk ke kelas Wonyoung. Aku mendecih kesal.

Ini salah satu keuntungan hidup di dunia mimpi.

Jika ini dunia nyata, aku sudah pasti tidak akan berani melakukan itu. Aku akan selalu dihantui perasaan seseorang tengah menghinaku setiap saat. Lautan manusia selalu menakutkan. Rasanya seperti saat SMP, saat orang - orang langsung mencapku sebagai pencuri setiap aku lewat.

Namun kali ini beda. Ini dunia mimpi. Aku juga telah SMA. Lagipula ada rasa penasaran yang lebih besar dari sekadar takut dihina.

Haa. Kuhembuskan napas lelah. Langit di luar jendela sekolah cerah. Musim panas yang normal dengan tanaman - tanaman agak mengering. Mimpi ini selalu membuatku berkeringat saking panasnya musim panas. Benar - benar merepotkan. Mana sulit sekali lagi menemukan orang itu. Apa polanya memang harus ada serangan makhluk aneh dulu baru dipertemukan dengan Wonyoung?

"Jang Wonyoung ada di perpustakaan. Di pojok kanan."

Itu Nanoka Suzuka. Muncul dari pintu belakang kelas sambil bersedekap. Ia hanya memberiku senyum yang tampak tak tulus sebelum kembali ke kelas.

"Bukannya Wonyoung trauma bertemu dia?" kata seseorang di kelas. Nanoka-san menyuruh orang itu diam dalam nada bercanda sebelum tertawa seperti yang mereka lakukan di deretan getabako lusa kemarin.

Sialan.

Tanganku mengepal menahan amarah, tapi aku memilih tidak membuang - buang waktu. Ada yang lebih penting. Wonyoung bisa saja pergi dari perpustakaan dan aku kehilangan kesempatan.

Benar saja. Secepat aku berlari, secepat itu juga aku menemukan Jang Wonyoung tengah mengerjakan tugas di pojok perpustakaan.

"W-wonyoung!" panggilku.

Jang Wonyoung terkesiap. Ia membuat suara keras saat tiba - tiba berdiri dan kursinya bergeser kelewat kencang. Ia gelagapan mengumpulkan semua barang di meja. Ekspresinya seperti baru saja melihat hantu.

"H-hamada senpai, tolong pura-pura tidak kenal aku di sekolah," cicitnya, seperti meracau.

Apa?

"Tunggu!" kataku. Wonyoung malah terbirit - birit pergi sampai aku nyaris tak bisa mengejar.

Namun, nyaris mencapai pintu, ia dan berbalik dengan kepala merunduk, menatap sepatunya sendiri.

"T-tapi"ㅡWonyoung menarik napas dalamㅡ"Maafkan ketidaksopananku dua minggu lalu. A-aku cuma malu, tidak bermaksud meninggalkan m-menampar senpai. A-aku malu, aku benar-benar tidak maksud mempermalukanmu. Aku cuma dipaksa temanku datang. M-mooshiwake arimasen."

"Apa?"

"Sumimasen."

Lalu, begitulah semua perjuanganku melebur sia - sia setelah Wonyoung hilang dari balik pintu. Pertanyaanku tidak satu pun terjawab. Tambah banyak malah. Sial. Sial. Sial. Setelah aku bangun, aku pasti menggila. Sekali lagi, sialan! []

Hai!Selalu berterima kasih ke kalian yang tetep bertahan baca ini ♡Thank you!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!
Selalu berterima kasih ke kalian yang tetep bertahan baca ini
Thank you!

𝐓𝐨 𝐓𝐡𝐞 𝐅𝐮𝐭𝐮𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang