Disebuah Kopi

44 4 0
                                    

Di depan teras sepi
Dia hampiri tiang-tiang nelangsa
Saling memeluk mengobati
Bertukar cerita dan doa

Hari mulai dini kembali
Kursi-kursi mendidihkan kopi
"Tidak ada pagi, puisi sudah mati"
Yang ada hanya berang
Pengisi suara yang garang

Ibu pulang dari menyendiri
Kakak pulang dan mengurung diri
Dia tidak pergi tapi ingin kembali
Rona sudah terpancar dari elegi
Rumah sudah tak layak mencaci sepi

Kekasih ku,
Bawa aku merangkai waktu
Aku ingin seduh tepian kenang yang tersuruk-suruk dalam liang penuh sendu itu

Pandu aku sayang,
Genggam jiwa ku menuju terang
Cabut muram yang bernaung di relung surga ku yang malang

Lalu ibu menyalami ruang makan
Ia tinggalkan pesan di sebuah cawan
"Coba lagi, ananda belum beruntung"
Sebelum cawan itu dia cuci,
Ibu sudah bangun dan membaca pesannya sendiri,

"Haduh Gusti, kenapa hidupku tak seberuntung nabi?"
Segera cawan itu melompat dan berlari
Menuju terbit mentari
Menuju perapian hari
Menuju hangatnya kopi

"Nikmat itu kopi!"
"Bukan, pesan-nya itu yang manis sekali"

Sajak Serak [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang