Pada pagi nan cerah ini, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan gedung yang tampak menjulang tinggi. Meski begitu, Rensi tak mengetahui kira-kira seberapa luas asrama yang ada di hadapannya ini.Tadi, sebelum Rensi masuk ke sini, ia disambut dengan gapura bertuliskan 'SELAMAT DATANG DI ASRAMA 300 DC'. Gadis itu sudah meniatkan diri untuk menerima undangan tersebut dan datang ke tempat ini, diantar oleh mobil hitam yang menunggunya di depan gang tadi.
Orang yang menyetir mobil hitam itu sempat memberikan arahan pada Rensi ke mana ia akan berjalan masuk ke dalam asrama tersebut. Dalam hati, gadis itu mencebik kesal. Mengapa si sopir tak ikut saja dengannya untuk memberikan pengarahan secara langsung. Bagaimanapun juga, ia takut tersesat nanti.
Saat akan berjalan masuk ke asrama, netra Rensi tak sengaja melihat seorang gadis yang tampak diam saja menatap gedung asrama di hadapannya. Rensi mengira, orang itu pasti sama dengannya, menerima undangan dan diminta untuk datang ke asrama ini. Rensi pun berinisiatif untuk mendatangi gadis tersebut dan mengajaknya berkenalan. Barangkali mereka bisa masuk bersama-sama, sehingga Rensi tak perlu takut tersesat.
"Halo, kamu juga dapat undangan untuk datang ke sini, ya?" Tanpa aba-aba, Rensi langsung menepuk pundak gadis tersebut. Sayangnya, Rensi tak menyadari bahwa efek perbuatannya barusan itu, membuat tubuh gadis tersebut bergetar hebat.
"Namamu siapa? Yuk, kita kenalan. Nanti sekalian kita masuk bareng ke asrama." Tangan Rensi langsung terjulur. Namun, sayang, gadis itu hanya menatapnya sebentar, lalu pergi begitu saja. Tentu Rensi keki setengah mati mendapatkan perlakuan tersebut.
"Ih, kenapa, sih? Sombong banget, diajak kenalan nggak mau. Kayaknya pihak asrama salah, deh, udah ngundang cewek itu," cibir Rensi dengan kesal. Alhasil, ia masuk sendirian ke asrama dan tak memedulikan gadis tersebut.
Rensi tak akan pernah tau, alasan mengapa gadis itu diam saja dan tak menerima ajakannya untuk saling berkenalan.
•••
Beberapa jam yang lalu.Prang ....
Selepas bunyi nyaring dari botol yang pecah berserakan di atas lantai terdengar, tak lama kemudian, muncul suara langkah kaki. Seorang gadis yang berdiri tak jauh dari pecahan kaca botol itu ketakutan setengah mati saat mendengar derap langkah tersebut yang kian mendekat ke arahnya.
Mendadak saja bola mata gadis itu bergerak secara liar. Dapat ia rasakan, keringat dingin mulai berlomba-lomba berjatuhan melalui pelipis. Ia benar-benar takut. Sangat takut. Sebab, gadis itu tau apa yang akan terjadi setelah ia dengan cerobohnya menjatuhkan botol minuman yang berada di meja.
Sifat manusiawinya yang ingin bertahan hidup mulai meronta-ronta, tetapi kakinya serasa tercekat sesuatu. Gadis itu seolah membeku di tempat.
Sesuai yang ia duga, seorang pria dengan cambang yang nyaris memenuhi setengah wajahnya, mulai mendekati gadis itu dengan raut yang memerah dan sepertinya akan siap meledak.
"Ranita, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu menjatuhkan botol birku, hah? Kamu nggak tau kalau aku rela berhutang ke sana-sini demi membeli sebotol bir itu? Anak tak tau diuntung!" Badan Ranita bergetar hebat. Pria yang ada di hadapannya kini marah besar. Tanpa terasa, tak hanya keringat dingin yang mengucur, tetapi air mata pun ikut serta mengalir dan sukses membuat wajah gadis tersebut lembap.
"Jawab, Ranita! Kenapa kamu menjatuhkan botol birku? Apa kamu ingin aku sengsara?" Secara tiba-tiba, tangan kanan pria itu mencengkeram erat pundak Ranita yang membuat gadis berusia 17 tahun tersebut meringis pelan. Spontan kepalanya menggeleng secara liar dengan bibir yang mulai bergetar.
"T—tidak, Ayah. Aku tidak sengaja," ujar Ranita dengan sungguh-sungguh. Memang benar, ia tak sengaja melakukannya. Saat itu, Ranita sangat letih. Setelah pulang sekolah, ia melakukan kerja part time di sebuah kafe dan baru pulang saat jam menunjukkan pukul sembilan malam, wajar jika ia sangat lelah hingga tak sadar telah menyenggol botol bir ayah tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama 300 DC
Teen FictionSelesaikan misimu di dalam Asrama yang penuh tantangan! Write your own story in here! Dalam rangka merayakan anniversary ke dua tahun 300 Days Challenge, kami mengadakan event menulis bersama. Asrama 300 DC adalah Sebuah cerita estafet yang akan dit...