Chapter 12: Penghuni VIP

65 10 14
                                    

Ada peraturan tak tertulis yang wajib dipatuhi penghuni asrama yaitu jam malam.

Alasannya sederhana, pelanggaran jam malam bisa mengantarkan mereka selangkah lebih dekat dengan kematian. Seperti yang dialami salah satu penghuni asrama laki-laki, tiga minggu lalu. Dia nekat kabur saat seluruh lampu gedung dimatikan. Bukan pulang ke rumah malah berakhir di rumah sakit. Dia jatuh dari tangga, lukanya cukup parah. Hidung dan satu tangannya patah.

Kecelakaan itu menggemparkan seisi asrama. Terdengarnya sirine ambulans malam-malam menimbulkan berbagai tanggapan masyarakat yang tinggal di sekitar asrama. Tempat itu tertutup bagi publik. Orang yang masuk ke dalamnya hanya akan keluar setelah 300 hari. Wajar jika muncul kabar miring mengenai kemisteriusan asrama. Kecelakaan tersebut juga menciptakan keributan di kantor Miss Rachmah keesokan harinya. Orang tua si pemuda meminta pertanggungjawaban sebab kecelakaan terjadi di lingkungan asrama.

Sejak itulah, pemberlakuan jam malam ditandai musik up beat milik girlband ternama.

"You better run, run, run!"

Pukul 10 malam.

Tandanya seluruh penghuni asrama harus berlari ke atas tempat tidur sebelum musik berakhir. Sebab setelah musik berhenti, gedung asrama padam total. Gerbang depan dan pintu belakang terkunci rapat. Cahaya dari mercusuar akan senantiasa berkeliaran ke setiap sisi gedung dan halaman. Asrama tak ubahnya penjara remaja.

Jangan berharap di dalam gedung bisa menemukan cahaya walau hanya nyala lilin. Penghuni yang ketahuan menyalakan senter pun akan disita oleh The Twins K. Pokoknya segala sumber cahaya harus lenyap. Tanpa negosiasi. Titik.

Pada awal pemberlakuan, sangat banyak penentang. Terutama mereka yang tak terbiasa tidur di bawah pukul 10 malam. Lambat-laun suara para penentang tak terdengar lagi. Lenyap digerus ketidakberdayaan mereka. Hanya ada satu jalan aman: mengikuti aturan.

Tidak bagi Kirana. Jiwa bebasnya tergugah ketika pengeras suara di sudut lorong menggemakan jam malam. You better run, run, run. Kirana meloncat kesana-kemari mengabaikan keributan teman sekamarnya bersiap naik ke tempat tidur.

"Serius kamu sesenang itu mendengar jam malam, Kirana?" Selena misuh-misuh membereskan alat tulis.

"Kenapa tidak boleh senang?" Kirana mengedikkan bahu cuek. Tak paham mereka tegang setiap saat. "Jam malam, kan, bukan terompet sangkakala tanda kiamat."

"Kiamat sih bukan, tapi gara-gara jam malam aku jadi tidak bisa menyelesaikan tugas. Padahal tinggal sedikit lagi."

"Masih inget tugas sekolah toh kalian?" sarkas Kirana mengundang delikan Selena yang santer dibicarakan sering halu bertemu kuda terbang. "Ya ..., aku kira tidak ada yang lebih penting dari memecahkan clue-clue itu."

Priskila tengah naik ke tempat tidur bagian atas kontan mendengkus. "Orang bodoh kamu ajak ngobrol, Sel."

"Heh!" Kirana menoleh cepat.

"Apa? Kenyataannya begitu, kan? Kamu apatis tentang pekerjaan kami mencari petunjuk, sedangkan kamu apa pernah berkontribusi? Setiap ada clue, keliling asrama tidak jelas. Nyinyir di belakang, bisanya melanggar aturan. Itu hanya kelakuan orang bodoh dan tidak punya teman. Kenapa tidak jujur saja kalau tidak bisa melakukan apa-apa?"

Kelewatan!

Kirana tak pernah menyukai Priskila dan sikap angkuhnya. Dia terlalu mengagungkan pengetahuan tanpa memikirkan perasaan orang lain. Seolah mereka lebih rendah dari dirinya.

"Pintar itu hebat, menjatuhkan orang lain dengan kepintaran sombong namanya," ujar Kirana menarik ritsleting hoodie sembari menatap lurus celah lemari. Sepasang mata di dalam sana menarik diri.

Asrama 300 DCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang