Setelah dendamnya terbalas, ia kembali ke asrama 300 DC dengan mempersembahkan sekantung mayat lengkap dengan dirinya yang tertidur di sana. Sesekali dengkurannya terdengar membuat mereka yang berada di sana ketakutan.
"Ibu, kenapa mayatnya mendengkur?"
"Sebentar, biar Ibu buka dulu."
"Hya! Jangan Bu, nanti kalau mayatnya melotot bagaimana?"
"Kalau begitu cari pentungan."
"Buat apa, Bu?"
"Buat jaga-jaga, mana tahu mayatnya menyerang."
Beberapa penghuni asrama pun mengambil tongkat dan bersiap memukul apabila mayat bangkit dari kantong tempatnya bersemayam. Saat hendak membuka resletingnya, Kepala Asrama datang sambil membawa beberapa bunga. Bunga tujuh warna untuk pemakaman salah satu mantan anggota asramanya yang sangat berjasa.
"Kenapa masih di sini? Ayo, bawa mayatnya ke pemandian."
Mengurungkan niat untuk membuka resletingnya, mereka mengangkat mayat tersebut ke tempat pemandian sebelum di shalatkan. Beberapa yang dekat dengan si mayat tampak menangis menyesal.
"Kenapa kamu meninggal begitu cepat, Ta, kenapa?"
Ia seperti pemeran tokoh utama dalam sinetron yang sedang membumi di muka bumi ini. Entah bagian mananya yang menarik, yang jelas tidak ada yang menarik selain uang.
"Kim, jangan menangis lagi, ikhlaskan dia ya, biarkan dia tenang di alamnya."
Perkataan Bu Kirei semakin membuat tangisnya pecah, pasalnya Kim menangis bukan karena kehilangan, tapi siapa yang akan mengembalikan uang yang dipinjam oleh si mayat. Padahal ia akan membeli oleh-oleh untuk keluarganya di kampung.
"Kim, sesungguhnya ikhlas adalah perbuatan yang paling mulia." wanita tua itu menatap gadis di hadapannya dengan senyuman andalannya. Senyum gigi dua barisnya membuat Kim ingin memaki. Ia balas menatapnya karena teringat sesuatu.
"Bu, apa hutang saya lunas?" tanya Kim mencoba mengambil kesempatan dalam keihklasan.
Sontak hal tersebut membuat wanita itu menoleh dan menatap Kim tajam. "Apa pun bisa kita ikhlaskan, tapi tidak dengan hutang. Minggu depan segera bayar."
Sejak saat itu Kim percaya jika ikhlas hanya mudah diucapkan. Ia menganguk dengan lesu. Dalam kelesuannya ia mendengar temannya berteriak dan ia segera menghampiri sumber suaranya.
"Ada apa?" tanya kepala asrama dengan panik. Ia baru saja menyantap mie doer, sedikit saja masuk ke mulutnya maka hidupnya akan segera berakhir.
"Ma ... Ma ... Mamama ...."
"Mamama apa!"
"Mayatnya sedang mandi!" teriaknya histeris sontak membuat seisi asrama gempar.
"Mandi? Maksudmu dimandikan?" tanya Kim sambil mengusap air matanya yang enggan jatuh.
"Bukan, tapi mayatnya mandi sendiri. Saat kami membuka kantong mayatnya, dia sempat mendengkur dan matanya melotot sempurna seolah baru saja melihat hantu."
"Terus?"
"Setelahnya kami teriak tapi dia berjalan tanpa busana ke kamar mandi."
"Terus?"
"Sekarang mayatnya sedang mandi."
"Terus?"
"Terus dia belum keluar!"
"Terus kenapa kamu hanya berteriak di sini? Segera hampiri mayatnya. Matahari sebentar lagi akan tenggelam, kita tidak akan sempat untuk memakamkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama 300 DC
Teen FictionSelesaikan misimu di dalam Asrama yang penuh tantangan! Write your own story in here! Dalam rangka merayakan anniversary ke dua tahun 300 Days Challenge, kami mengadakan event menulis bersama. Asrama 300 DC adalah Sebuah cerita estafet yang akan dit...