Apa yang lebih misterius dari Asrama 300 DC adalah tanah di mana gedung asrama tersebut berdiri. Tidak pernah ada orang tahu, bahkan Miss Rachmah ataupun anggota Sekte Amaranth yang lain jika jauh di bawah tanah gedung asrama terkubur sebuah bangunan kuno. Bangunan kuno berupa candi yang sudah berdiri berabad-abad lamanya.
Candi tersebut dihuni oleh makhluk-makhluk yang tak kalah mengerikannya dengan seseorang yang dipanggil Tuan oleh anggota Sekte Amaranth. Sama seperti Miss Rachmah yang selalu mengawasi asrama, para penghuni candi juga selalu mengawasi orang-orang di permukaan tanah melalui kolam sakti yang dinamakan Kolam Kaca Benggala. Sehingga kejadian apapun yang terjadi di permukaan tanah tak pernah luput dari pengetahuan mereka. Tak terkecuali yang terjadi di asrama 300DC dan gerak-gerik sekte Amaranth.
"Wah, mereka sudah mulai bergerak orang-orang Sekte Amaranth itu," ujar seorang pria dengan pakaian raja-raja zaman nusantara kuno saat melihat ke Kaca Benggala yang menampilkan percakapan antara Miss Rachmah dan salah satu orang kepercayaannya, Kim.
"Sepertinya mereka sudah menemukan anak-anak terpilih yang akan dijadikan korban persembahan pada tuan mereka malam ini," kata pria berpakaian raja lagi.
"Yah, rupanya pemilik asrama sudah bosan bermain teka-teki," sahut teman si pria berpakaian raja. Seorang pria berwajah brewok, berambut panjang hitam lebat yang mengenakan pakaian hitam-hitam khas seorang pendekar antagonis pada film laga kolosal.
"Tapi, kelihatannya rencana mereka akan kacau, lihat, ada anak yang menguping." Kaca Benggala menampilkan sosok Kirana yang berada di depan ruangan Miss Rachmah. Kemudian sosok Kirana yang berlari di lorong hingga akhirnya bertemu Arsen, Selena dan Tata.
"Yuyu Kangkang, menurutmu, apa yang akan anak-anak itu lakukan setelah mengetahui kebenaran dari asrama?" tanya pria berbaju hitam pada pria berpakaian raja yang sekarang dipanggilnya Yuyu Kangkang.
"Bukankah sudah jelas temanku, Singo Peteng, mereka akan mencoba melarikan diri dari asrama," jawab Yuyu Kangkang.
"Tapi, aku rasa rencana kabur mereka akan gagal. Lihat, Singo Peteng, ada pengkhianat di antara mereka."
Kali ini Kaca Benggala menampilkan sosok Ranita yang melaporkan teman-temannya pada Miss Rachmah. Adegan di Kaca Benggala berlanjut dengan Miss Rachmah yang menghubungi Juna. Kemudian adegan di mana Juna menyergap Arsen, Selena, Kirana dan Tata satu persatu.
"Hei, Yuyu Kangkang, kenapa Kaca Benggala kau tutup!" protes Singo Peteng saat tiba-tiba yang terlihat di Kaca Benggala hanya air keruh. Dan hal itu terjadi setelah Yuyu Kangkang menjentikkan jarinya.
"Memang apalagi yang perlu kita lihat? Kita tentu sudah tahu tanpa harus melihatnya, jika selanjutnya yang terjadi adalah ritual berdarah itu," kata Yuyu Kangkang santai.
"Lagipula aku sudah bosan setiap tahun melihat iblis bernama Noir itu bersenang-senang memangsa persembahan dari pengikutnya sedangkan kita di sini cuma bisa menonton," tambah Yuyu Kangkang sambil menekuk wajah.
"Tapi, malam ini beda. Tidak ada upacara persembahan untuk malam ini."
Dua perempuan yang entah dari mana datangnya turut bergabung dengan Yuyu Kangkang dan Singo Penteng. Satu perempuan dewasa dengan pakaian jas formal dan satu perempuan lagi masih remaja yang mengenakan dress putih. Di punggung perempuan remaja ber-dress putih ada satu perempuan lagi yang masih seumur dengannya. Namun, gadis itu berada dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Wah, lihat siapa yang datang berkunjung. Sudah lama kau tidak datang kemari Nyi Naga Gini," sapa Yuyu Kangkang ramah pada kedua tamunya, tapi sapaan itu lebih ditujukan pada si perempuan dewasa. "Atau ... mungkin sekarang kau lebih senang dipanggil Yisa?"
"Terserah kau saja." Si perempuan dewasa, Yisa, melepas ikat rambutnya. Rambutnya yang sebelumnya dicepol kini tergerai indah sehingga menampilkan sosok Yisa yang berbeda. Sosok Yisa yang sebenarnya, Nyi Naga Gini. Dengan satu jentikan jari baju Yisa atau Naga Gini yang sebelumnya berupa jas formal berubah menjadi gaun kebaya berwarna biru gelap. Satu jentikan lagi muncul mahkota dan tongkat yang pangkalnya berbentuk kepala naga.
"Citra, kau boleh turunkan dia!" kata Nyi Naga Gini pada gadis ber-dress putih yang datang bersamanya.
"Baik, Nyi," sahut gadis itu, Citra, lalu menurunkan gadis di punggungnya ke lantai.
"Apa maksudmu tidak ada upacara persembahan malam ini?" tanya Singo Peteng pada Nyi Naga Gini.
"Karena ada empat anak asrama mengacau jadi persiapan upacara tidak bisa tepat waktu," jelas Nyi Naga Gini. "Tapi, sebagai gantinya Noir minta korban yang cukup banyak pada upacara persembahan selanjutnya."
"Nyi, anak yang kau bawa itu, kalau tidak salah Tata, kan? Bukannya dia sudah disergap Juna, tapi bagaimana dia bisa ada padamu?" Kali ini ganti Yuyu Kangkang yang bertanya.
Bukannya menjawab pertanyaan Yuyu Kangkang, Nyi Naga Gini justru memperdengarkan tawa. Tawa melengking yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya bergeridik.
"Kau lupa siapa aku, Yuyu Kangkang? Aku ini Naga Gini, ratu dari para naga, ratu ilusi. Jangankan Juna yang hanya bangsa kroco, tuannya saja, Noir, tidak akan mampu menembus ilusi yang aku buat," ujar Nyi Naga Gini jumawa.
"Ya, ya, ya." Yuyu Kangkang memutar bola matanya. "Dan karena hebatnya ilusimu itulah kau dapat membodohi Noir dan pengikut-pengikutnya. Menciptakan sosok bernama Yisa salah satu anak undangan lalu menjadi bagian dari anggota sekte. Dan terakhir menjabat sebagai kepala keamanan asrama. Padahal semua itu hanya ilusi. Selama berabad-abad kita bertiga tidak pernah meninggalkan tanah yang sekarang dijadikan asrama oleh sekte karena ada tabir tak terlihat yang membelunggu kita di tanah ini."
"Dan satu lagi, Yuyu Kangkang, karena ilusi Nyi Naga Gini jugalah keberadaan kita dan istana kuno ini tidak diketahui oleh siapapun sampai sekarang." Singo Peteng menambahkan.
Mendengar begitu banyak pujian dari dua temannya membuat Nyi Naga Gini kembali memperdengarkan tawa melengkingnya. Setelah tawanya mereda baru Nyi Naga Gini berkata, "Orang-orang sekte Amaranth memanfaatkan asrama untuk mencari persembahan bagi Noir. Dan tanpa sepengetahuan mereka aku juga memanfaatkan asrama untuk mencari seseorang yang bisa membebaskan kita dari tempat ini, bukankah itu sesuatu yang cerdas?"
"Hmmm ... menurutku Nyi daripada dikatakan cerdas lebih pantas disebut licik," ralat Yuyu Kangkang. "Dan karena kelicikan itu pula Prabu Kiansantang mengurung kita."
"Kau membawa gadis ini ke mari, apa kau pikir gadis ini mampu membebaskan kita? Dia terlihat lemah, apa dia mampu mencabut tombak bambu kuning milik Prabu Kiansantang yang membelenggu kita selama ini?" Dari tempatnya Singo Peteng menatap Tata sangsi.
"Singo Peteng, jangan hanya memandang fisik seseorang. Lagipula tombak bambu kuning tidak akan bisa dicabut kalau cuma mengandalkan fisik. Tombak itu hanya bisa dicabut oleh orang yang memiliki hati seluas samudra." Nyai Naga Gini berjalan mengitari tubuh Tata yang masih tak sadarkan diri. Lalu ia berjongkok di depan Tata dan menyingkirkan helai rambut di wajah Tata.
"Selama bertahun-tahun menjadi kepala keamanan asrama aku telah banyak mengawasi gerak-gerik seluruh penghuni asrama. Dari sekian banyak anak yang keluar masuk asrama hanya anak ini yang memenuhi kriteria untuk mencabut tombak bambu kuning milik Prabu Kian Santang," jelas Nyai Naga Gini.
Kemudian Nyai Naga Gini beralih menatap Citra. "Citra, setelah tombak bambu kuning tercabut dan kami bertiga bebas, hal pertama yang akan kami lakukan adalah menghancurkan Noir dan pengikut-pengikutnya, sesuai janjiku padamu," katanya pada gadis ber-dress putih.
"Dengan begitu dendammu akan terbalas dan teman-temanmu yang telah jadi korban arwahnya akan tenang," tambah Singo Peteng.
Author: Gagaksv96
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama 300 DC
Teen FictionSelesaikan misimu di dalam Asrama yang penuh tantangan! Write your own story in here! Dalam rangka merayakan anniversary ke dua tahun 300 Days Challenge, kami mengadakan event menulis bersama. Asrama 300 DC adalah Sebuah cerita estafet yang akan dit...