Di sebuah ruangan persegi yang berisikan kasur, lemari serta meja dengan beberapa buku yang tertata rapih, seorang perempuan terus saja duduk menatap jendela kamarnya.
"Mereka terlihat sangat akrab, tapi mungkinkah mereka akan menerimaku?" gumam perempuan yang saat ini sedang melihat sebuah foto di wallpaper handphonenya.
"Oppa, sepertinya cuma kalian yang bisa menatapku dengan senyuman seperti ini."
Dirinya terus saja terdiam melihat ke arah jendela, di sana ia bisa langsung melihat sebuah taman yang luas dengan air mancur di tengahnya. Sebuah taman yang selalu memanjakan mata setiap sore tiba.
Tak lama dirinya menerima sebuah pesan.
Pulanglah, kamu di mana? Mau sampai kapan kamu begini terus?
Mirima tidak memedulikan pesan yang baru saja masuk ke handphonenya. "Sejak kapan dia peduli sama aku?" gumamnya.
Saat ia sedang fokus pada lukisan Tuhan yang indahnya tiada banding itu, tiba-tiba saja ada seseorang masuk ke kamarnya. Bisa dibilang Mirima adalah salah satu penghuni VIP, dirinya jarang sekali keluar dari kamar, ia hanya akan keluar jika ada perlunya atau saat semua siswa sedang belajar.
"Mirima, kenapa kamu tidak mencobanya saja?" Dia adalah Miss Rachmah. "Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi seperti ini?"
Jika boleh jujur, hati Mirima sebenarnya terus saja berteriak meminta tubuhnya keluar dari ruang persegi yang membosankan ini. Tapi, ada beberapa bagian tubuh yang menolak Mirima untuk pergi keluar dan bergabung dengan yang lainnya.
"Apa perlu saya bawakan satu orang untuk membujukmu pergi keluar?" tanya Miss Rachmah.
Mirima menghela napas, dirinya berusaha menetralkan pikirannya dari semua opsi yang berputar-putar di kepala.
"Aku akan coba besok, Miss. Tolong beri aku waktu, karena tidak mudah bagiku untuk bisa menghadapi semua ini," jawab Mirima.
"Itulah yang dirasakan semua siswa di sini, mereka berusaha bergaul dengan semua masalah yang mereka miliki. Tidak ada masalah yang bisa dianggap mudah diatasi, masalah tetaplah masalah," jelas Miss Rachmah. "Kamu hanya perlu menanggapi semuanya dengan bijak," lanjutnya.
Mirima terus saja berusaha menetralkan pikirannya, meskipun air matanya kini telah keluar tanpa seizinnya.
"Mirima, di dunia ini tidak ada yang adil, tidak ada orang yang dispesialkan, semua orang sama di mata Tuhan!" tegasnya lagi untuk membuat Mirima yakin dengan keputusan yang harus ia ambil.
"Baik Miss," jawab Mirima.
-o0o-
Di kantin, seperti biasa Tata dan Rensi sedang asik bercengkrama sampai seorang laki-laki bernama Arsen pun datang dan membawa beberapa clue yang ia dapatkan.
"Jadi, gimana menurut kalian?" tanya Arsen seperti membuat rencana dengan kedua perempuan yang kini menatap bingung dengan apa yang Arsen bawa.
"Ini, kan, foto salah satu member EXO. Kamu dapat dari mana?" tanya Tata.
"Ck ... ck ... Hafal banget, ya, sama yang beginian," ucap Arsen sambil geleng-geleng kepala.
"Oh iya dong, Tata gitu loh. Apa, sih, yang dia tidak tahu jika berkaitan dengan dunia Kpop?" timpal Rensi yang membanggakan sahabatnya itu.
Tak lama kemudian datanglah Rin yang terpaksa karena ditarik oleh Selena untuk bergabung bersama ketiga curut yang selalu buat masalah dengannya.
"Pagi, Ratu!" sapa Rensi sambil memasang senyum paksa pada Rin, karena dirinya yang hanya diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrama 300 DC
Teen FictionSelesaikan misimu di dalam Asrama yang penuh tantangan! Write your own story in here! Dalam rangka merayakan anniversary ke dua tahun 300 Days Challenge, kami mengadakan event menulis bersama. Asrama 300 DC adalah Sebuah cerita estafet yang akan dit...