21. Perceraian?

12.1K 417 17
                                    

Masih membahasa tentang perseteruan intrik rumah tangga Jhovan dan Icha, kini lelaki itu sedang menyendiri di ruang tamu seraya menunggu kedatangan Melisha dan kakak iparnya.

Menatap tangga berharap Icha akan muncul mengusir kegundahan di dalam hatinya, sosok yang membuat Jhovan sangat takut kehilangan wanita itu.

Semua bermula atas ketidaksengajaannya mereka bertemu di pelaminan, perjodohan yang berakhir menjadi perjalanan rumit di masa SMA-nya. Lelaki itu menormalkan deru napasnya, matanya ia pejamkan seolah menenangkan diri.

Bukan hanya Icha saja yang lelah dengan pernikahan ini, tetapi Jhovan juga merasakan hal yang sama. Icha hamil, Jhovan tak bisa menyangkal fakta tersebut. Pernikahan yang seolah tidak ada istimewanya sama sekali menurut mereka berdua.

Langkah kaki seseorang seolah masuk ke dalam indra pendengaran Jhovan, buru-buru lelaki itu membuka matanya melirik ke sana ke mari mencari suara tersebut.

Icha.

Ia menangkap sosok wanita yang berstatus sebagai istrinya itu sedang berjalan ke arah dapur, baru saja Jhovan ingin menghampiri istrinya suara ketukkan pintu seolah mengalihkan itu semua.

Tok! Tok! Tok!

Buru-buru lelaki itu melangkahkan kakinya menuju pintu luar, ia sudah dapat bisa menebak bahwa yang datang itu Melisha dan kakak iparnya, yaitu Martin.

"Assalamuallaikum, Kak," ucap Melisha tersenyum tipis.

Sedangkan Martin, lelaki itu sibuk meneliti rumah sederhana berlantai dua yang tidak jauh dari kata mewah dan luas.

"Waalaikumsallam. Masuk, Mel. Di dalam ada kakak lo," jawab Jhovan.

Melisha langsung masuk ke dalam rumah tersebut.

"Bang?" tanya Jhovan yang melihat Martin seolah enggan masuk ke dalam rumahnya.

Martin menatap Jhovan tanpa ekspresi, lelaki itu meski pun keras terhadap adik-adiknya, tetap ia juga tak ingin adiknya itu jatuh ke lelaki yang salah dan harus hidup layak tanpa terbebani soal ekonomi.

"Lo kerja apa, sampai punya rumah ini?" tanya Martin seolah mengintrogasi adik iparnya itu.

Jhovan berjalan ke teras rumahnya yang berada di samping kanan lelaki itu. "Duduk, Bang."

Martin langsung duduk masih dengan raut wajah dingin, Jhovan beberapa kali menghela napas tak tenang.

"Ngurus Cafe Rinjani sama punya penghasilan dari hasil Endors," kata Jhovan.

Martin mengangguk-anggukkan kepalanya seolah paham, lelaki itu langsung beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam rumah milik Jhovan dan Icha.

Jhovan yang menatap itu langsung tercengang sendiri, padahal dirinya sudah panas dingin takut jika Martin akan mengintrogasi dirinya sampai akar-akar.

"Duh! Untung kakak ipar gue lo!" dengus Jhovan menyusul ke dalam.

Saat Martin sudah sampai ruang tamu, ia hanya melihat Melisha saja di sana, sedangkan Icha ia tak melihat batang hidung wanita itu.

"Kakak kamu ke mana?" tanya Martin duduk di samping Melisha.

Terlihat gadis itu sedang membolak-balikkan halaman buku ditambah membaca dan memahami buku-buku tebal yang bertulisakan 'Matematika'.

"Gak tau, aku dari tadi di sini sendiri."

Tak lama dari itu Jhovan menghampiri Kakak beradik itu, Jhovan tak melihat keberadaan Icha di sini. Dengan langkah kaki cepat, lelaki itu pergi ke dapur harap-harap istrinya masih ada di sana.

Black Marriage [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang