Apa kabar?
Komen di setiap paragraf, ya.
***
Pagi hari yang cerah, terik matahari sudah nampak ada, kini Tari sudah siap dengan baju seragamnya. Icha, wanita itu masih setia tidur di brangkar rumah sakit. Kondisi tubuhnya yang akhir-akhir ini sering melemah, serta penyakit Maag-nya membuat Icha mau tak mau harus menginap di rumah sakit ini.
"Cha, bangun! Gue mau berangkat sekolah, nih," ujar Tari seraya membangunkan sahabatnya itu.
Sebenarnya Icha sudah bangun dari tadi, wanita itu hanya pura-pura tidur saja.
"Iya, sana. Gue gak butuh lo di sini."
"Dasar, manusia gak tahu diri!" Tari mendengus kesal.
Icha terkekeh geli, Tari sahabat satu-satunya Icha yang memang sangat menyebalkan.
"Pergi sana! Giliran telat, tahu rasa lo." Icha menasehati Tari yang nampak kesal di pagi hari.
Tari langsung meninggalkan Icha sendirian di ruang rawatnya, gadis itu pergi tanpa mengucapkan satu kata sekalipun.
"Gini caranya, gue nyesel nginep di sini." Monolog Tari.
"Tolong awasi suami gue, ya!" teriak Icha, Tari yang mendengar itu langsung menghentakkan kakinya kesal.
Sekolah.
Hari ini, hari di mana pemilihan ketua osis baru resmi dibuka. Semua siswa/i dan jajaran guru sudah berkumpul di tengah-tengah lapangan, acaranya sebentar lagi akan segera dimulai.
Ada tiga kandidat yang mencalonkan sebagai ketua osis baru, yaitu pertama Melisha dan Nayla, kedua Ardi dan Cintia terakhir Alex dan Setyo.
"Assalamuallaikum warahmatullahi wabarakatuh!" ujar Kepala Sekolah.
"Waalaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh!" jawab siswa/i itu serentak.
"Kita mulai saja acaranya, karena sudah mulai panas juga. Silakan kepada calon ketua osis baru untuk membacakan visi misinya sesuai urutan pencalonan, ya," kata Kepala Sekolah itu seraya menyerahkan Microfon tersebut.
Lima belas menit kemudian, ketiga kandidat tersebut sudah membacakan visi misinya secara bergantian.
"Kepada Kakak anggota osis, silakan bagikan kartu pemilihannya kepada mereka semua," perintah Kepala Sekolah, anggota osis pun langsung bekerja sesuai arahan.
Jhovan dan Fajar sedari tadi berdiri mendampingi Kepala Sekolah, selang beberapa menit kini siswa/i tersebut sudah menyerahkan kembali surat itu kepada anggota osis yang bertugas tadi.
Anggota osis sedang sibuk menghitung skor penentuan dari kelas X, XI dan XII, sedangkan yang lainnya sudah sangat penasaran siapa yang akan terpilih kali ini. Sedangkan, visi misi mereka rata-rata semuanya bagus.
"Za? Kata lo, yang bakalan kepilih siapa?" tanya Tari seraya menyenggol bahu gadis bernama Moza.
Gadis yang dipanggil Moza itu langsung menengok ke arah Tari,
"Si Melisha, soalnya ... dia, 'kan berprestasi di sekolahan kita." Moza berkata seraya memainkan rambut panjangnya.
Tari menganggukkan kepalanya, gadis itu terus saja menatap Melisha dari atas sampai bawah.
"Dia cantik, berprestasi, shalehah, anak emas para guru, dikagumi banyak orang. Hampir gak ada cacat sama sekali, salah gak kalau gue benci sama dia?" tanya Tari menoleh ke arah Moza, gadis itu langsung menatap Tari bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Marriage [SELESAI] ✓
Teen Fiction"Hamil?" tanya Jhovan langsung diangguki Icha. "Lo itu gak mungkin hamil!" bentak Jhovan melempar test pack itu ke sembarang arah. Bunyi test pack yang jatuh membuat Icha mengalihkan pandangannya, ia menatap alat itu dengan tatapan miris. "Gue hami...