3. Biarlah Aku Menemani!

57 19 0
                                    

Hai, Sobat! Gimana nih kabarnya? Moga tetap sehat dan dilancarkan segala urusan dunianya ya..amin
Yuk, mari lanjut scroll buat baca bab ini, horee!! I lope-lope-lope kalian, hehe..

HAPPY READING!

°°°°°°°≈<>≈°°°°°°°

Dua siswa cowok yang masih menduduki kelas X IPS 2 berjalan menuju kamar mandi sambil sengengesan gak jelas di sepanjang jalan.

"Car, lo sama gue tadi ijinnya mau ke kamar mandi buat buang air kecil ke Bu Beloni, ya kan? Yang aslinya sih kita hanya bohongan saja, awalnya gue bingung mau bagaimana caranya bisa keluar dari kelas membosankan tadi, awokawok. Kok bisanya Bu Beloni percaya aja sama gue, asli ngakak gue! Bwahaha," tawa Alero pecah seketika yang langsung disusul gelak tawa Cardin pula

"Hahaha. Gue setuju sama lo, Budi!" gelak Cardin tanpa merasa bersalah sekalipun sebab dia salah menyebut nama Alero jadi Budi, entah dia salah manggil atau lupa nama teman barunya itu.

"Ya-ya-ya. Eh tunggu-tunggu, lo tadi manggil gue apa? BUDI?? Nama gue itu Alero Bardero, manggilnya sih bisa Al atau Lero, terserah lo mau yang mana. Tapi, Bro! Lo sama gue udah 2 bulan kenalan sejak sekolah di sini dan lo kelupaan mulu nama gue. Kemarin lusa lo panggil gua 'Reol', kemarinnya 'Tiro' dan sekarang lo malah ngerubah nama gue jadi 'Budi'. Oh no, no! Lo udah kebangetan. Lo punya penyakit kepikunan apa gimana sih sebenernya?" geram Alero kesal sama temannya itu.

"Sorry, Bro! Gue juga gak tahu, anggap saja seperti-" Belum sempat Cardin menyelesaikan ucapannya, Alero membisik-bisikkan sesuatu sambil menutup mulutnya.

"Bro, gue punya ide seru nih! Gimana kalau kita tuker aja itu gambar tanda kamar mandi cewek ke kamar mandi cowok? Pasti banyak yang ketipu dan kita nikmatin aja pemandangannya, gak bakalan ketahuan kok," bisik Alero dengan tampang jahilnya.

Memang begitulah selalu orang bandel dan bebal, pikirannya terus saja ingin melakukan sesuatu yang menyulitkan seseorang tanpa tahu konsekuensinya. Sungguh tak patut untuk dicontoh!

"Yok, cepetan kalau gitu! Keburu dimarahi Bu Beloni kalau kita kelamaan ke kamar mandinya!" seru Cardin hampir setengah berteriak, seketika Alero mencubit pahanya agar bisa sedikit menurunkan volume suaranya, Cardin hanya bisa meringis kesakitan.
Kamar mandi perempuan dan laki-laki memang hampir berdekatan meski di tengah-tengahnya ada gudang tempat peralatan-peralatan kimia dan olahraga di dalamnya.

"Akhirnya kelar jug-" seru Alero dan Cardin bersamaan namun terpotong karena suara lonceng istirahat ternyata telah dibunyikan dan sigap mereka berlari terbirit-birit untuk kembali ke kelasnya.

<°><°><°><°><°><°>

Di lain kelas, yakni di kelas XI IPA 4 yang di dalamnya ada Primrose termangu memikirkan sesuatu. Jelita yang menatapnya, lama-kelamaan sebal akan Primrose.

"Prim, yuk temenin gue ke kantin! Gue males kalau sendirian," bujuk Jelita sambil memanyunkan bibirnya dengan mata yang berbinar-binar.

Primrose pun tersadar dari lamunannya dan hanya membalas Jelita dengan anggukan setuju. Mereka berdua pun pergi ke kantin bersama. Jelita di sepanjang jalan bercerita mengenai kalung barunya yang diberikan oleh keponakannya dan dia bangga-banggain bahwa dia yang masih sekolah gini, udah punya ponakan.

"Hebatkan gue? Hehehe," ujar Jelita yang dibalas anggukan singkat dari Primrose, dia sudah terbiasa akan Jelita yang terkenal cerewetnya yang minta ampun dan humblenya yang menghangatkan suasana dan dia juga sukanya bercerita apapun pada Primrose tanpa mengenal tempat bahkan waktu sekalipun.

Aiden & Primrose [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang