Halo, Airosers! Bagaimana kabarnya nih? Saya datang lagi membawa lanjutan kisah ini, yuhuu! Ada yang kangen gak? Gak ada ya, wkwk. It's okay, yuk mari scroll perlahan ke bawah buat bacanya! Let's enjoy, Guys! 😂✌🏻🌸
HAPPY READING!
°°°°°°°≈<>≈°°°°°°°
'Drt, drt, drt..
Getaran demi getaran berasal dari ponsel milik seorang cowok yang sedang tertidur pulas itu berhasil membangunkannya. Dengan tatapan malas dan mata pandanya yang terlihat jelas, ia mulai beranjak untuk duduk dan kemudian menarik gorden yang ada di jendela-jendela di dalam kamarnya itu.
"Sial, kenapa malam ini terasa begitu cepat? Gua bisa tidur beberapa jam saja, gua tiba-tiba kayak terjangkit penyakit insomnia aja, tapi darimana ya? Perasaan semua teman gua, gak ada yang punya penyakit macam itu. Tapi kok gua susah tidur tadi malam dan kepikiran terus terhadap sesuatu konyol. Argh! Eh tunggu! Bego darimana gue, lha mana bisa penyakit insomnia menular..dasar!! OH TIDAK!!" ujar Aiden masih dalam kondisi setengah nyawanya, ia berjalan perlahan dan mulai meraih ponsel berlogo apel yang sudah termakan sedikit di belakang ponsel miliknya Itu, hendak melihat waktu terkini.
"Apaan ini? Udah jam 6 aja, oh tidak! AKU BELUM NYIAPIN SEMUANYA!! GILA LO AIDEN! ARGH!" seru Aiden yang langsung diikuti dengan dirinya yang mulai beranjak dari ranjangnya, terhuyung-huyung berupaya secepatnya masuk ke kamar mandi.
"KAKAK!" teriak gadis kecil berumur 7 tahun dari pintu kamar Aiden, dia menampakkan wajah kesal dan marah dan pastinya jika ada yang berada di dekat gadis itu maka akan kena semprotan kemurkaannya.
"KAKAK BODOH! LAMA BANGET! HUFT, GAK TEMANAN LAGI SAMA KAKAK! AWAS AJA SAMPAI AKU TELAT SEKOLAH, KAKAK BAKALAN AKU CUBIT PIPI KAKAK SAMPAI SAKIT BENERAN! BIAR KAPOK!" ancam gadis kecil adik kandung sekaligus kesayangan si jenius Matematika SMA Cagemtang dengan tampang imutnya saat geram dan merasa marah.
"Iya-iya, Dik! Elice, tunggu kakak ganti baju sebentar gih! Nanti sepulang sekolah kakak beliin apapun yang kamu mau deh!" balas Aiden pada akhirnya sambil terburu-buru mengancingkan satu-persatu kancing baju yang ada di seragamnya.
Setelah selesai semuanya, Aiden mengambil tas sekolahnya yang tergantung di tembok dan kemudian segera membuka pintu kamarnya itu.
Aiden dengan kedua tangannya menutupi wajah untuk segera mengejutkan adiknya yang sedang bersandar di tembok sambil melamun itu pun berkata, "Ciluk ... BAA!! Hayo, sorry ya Kakak lama, nanti janji deh mau beliin apa yang Elice mau. Elice, mau apa? Katakan saja, pasti Kakak kabulin."
"Ish, Kakak lama sih. Aku ngambek lho, hmm keinginan aku itu bukan barang Kak, Kakak yakin bisa kabulin?" tanya Elice menatap lantai dengan tampang sendu.
"Ngambek kok ngomong-ngomong sih..ugh, lucu sekali adikku cayang!" ujar Aiden sambil mencubit hidung adiknya tersebut, sedangkan Elice hanya bisa meringis dan memanyunkan bibirnya, biasa tambah ngambek, hehe.
"Emang yang Elice mau itu apa? Kakak jadi tambah bingung nih sekarang, ayo cepat katakan! Ini udah jam setengah tujuh, Kakak harus segera nganterin kamu, kamu udah makan sarapan yang dibuatin Pak Dendo kan?" imbuh Aiden bertanya pada Elice.
"Aku mau ketemu sama ayah, bolehkan Kak? Aku udah makan tadi, Kakak harus juga makan dulu, baru berangkat deh. LET' GO, KAKAK JELEKKU! Hehe.." ucap Elice dengan polosnya sambil menarik-narik tangan Aiden untuk turun dari tangga dan segera ke bawah.
Seketika saat Elice mengucap ingin menemui ayahnya lagi, Aiden membisu dan terdiam sejenak.
Apa harus aku terus membiarkan Elice bertemu orang gila itu? pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiden & Primrose [On Hold]
Roman pour Adolescents"I Will Always Be There For Your Smile" •°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°• Bagaimana rasanya disakiti, dikekang keras demi kemauan seseorang yang bahkan itu orang tua kita sendiri karena kita beda jauh dengan kembaran kita? Bagaimana rasanya ke...