7. Penyebab Penolakannya Silam

34 13 2
                                    

Halo, Kawan! Hmm, saya punya julukan buat kalian para readers setia cerita Aiden & Primrose nih! Semoga suka ya, yakni Airosers! Yuhuu, lucu kan julukannya, keren pula! Saya suka sama teman-teman saya penyuka cerita ini pun juga suka, semoga kalian juga ya.. gimana menurut kalian nih?
Terima kasih.

HAPPY READING!

°°°°°°°≈<>≈°°°°°°°

Sekarang pukul 06.45 yang berarti 15 menit lagi lonceng masuk kelas akan dibunyikan. Setelah Gerlan sudah lumayan merasa bisa mengendalikan hatinya yang entah karena apa tiba-tiba seperti kacau sedari tadi. Namun dia percaya diri takkan lagi mau meladeni hatinya sendiri. Ia lebih memilih ingin berpatok pada pikirannya yang keras dan dingin tentang rasa tersebut.

Ia berjalan kembali ke kelasnya, cowok itu memasukkan kedua tangannya pada saku di celana abu-abunya. Banyak cewek yang tak sengaja berpapasan langsung dengannya jadi salah tingkah dan cari perhatian. Itu semua pasti karena ia dikenal sebagai Singa Jenius di Kelas XI IPA 4 yang memiliki perawakan tinggi, tampan dan sorot mata dinginnya. Namun, ia tampak cuek dan memilih tetap berjalan santai.

Hingga tepat di kala Gerlan telah tiba di depan pintu kelasnya yang terpampang jelas tulisan 'CLASS XI IPA 4' yang tergantung di atas pintu masuk kelas tersebut. Kini di dalam kelasnya terisi lebih banyak siswa dari sebelumnya, meski semua pada fokus dengan urusannya masing-masing, ada yang membaca buku paket Matematika karena sebentar lagi pada jam pertama ada ulangannya, ada yang asik bergosip riah, dan ada yang sok jadi artis jadinya ngenyanyi-nyanyi gak jelas.

Sudah biasa memang seperti itu di kelas sebelas IPA 4 ini. Tapi mata Gerlan langsung mencari-cari sosok Primrose padahal otaknya begitu melarangnya namun hati tak bisa selalu ditekankan dan dicegah begitu mudahnya. Seketika amarahnya memuncak tiba-tiba. Rasa sakit itu kembali dirasakan, ia mulai merasa remuk dan runtuh karena apa yang dilihatnya saat ini. Ia melihat Primrose dan Leon yang duduk berdampingan, meski Primrose tampak tak memedulikan Leon di sampingnya.

"Apa-apaan Leon? Dah, bosan hidup ia, berani sekali ngusik Primrose! Tunggu aja, gue bakal buat lo nyesel, Leon!" gumam Gerlan sambil mengepalkan tangannya sekuatnya hingga tampak urat-urat ototnya dan suhunya mulai naik mendadak.

Di saat ia melihat Leon yang pada awalnya menatap Primrose yang sedang membaca buku di sampingnya. Malah hendak menyentuh rambut Primrose lembut dan membuat sebagian kecil rambut Primrose berada di belakang telinganya agar tidak menghalanginya untuk menatap Primrose terus-menerus. Gerlan pun gelap mata, hatinya sudah sangat merasa kesakitan.

Bisa-bisanya sahabatnya sendiri seperti itu, meski ia telah tahu sifat Leon yang seperti apa,  yakni seorang maniak cewek atau playboy. Namun, ia tak mau jika sasaran Leon malah berimbas ke Primrose, takkan pernah mau. Ia menghampiri Leon yang tak menyadari keberadaannya saat itu. Ia sudah sangat marah dan refleks menggebrak meja Primrose dan membuat panik Leon maupun Primrose sendiri. Keduanya menatap Gerlan heran dan kebingungan bercampur rasa takut melihat sorot mata tajam Gerlan yang menakutkan.

"Lo ikut gue!" suruh Gerlan berusaha tak menatap mata Primrose, hatinya terlalu sakit.

"Gu-gue? Harus sekarang, Ger?" tanya Leon dengan rasa tak bersalah sama sekali, yang membuat Gerlan lebih tidak tahan dengan sahabat bodohnya itu.

"SEKARANG!" bentak Gerlan hilang kesabarannya membuat Leon pun merasa takut bahkan pandangan semua siswa-siswi di kelasnya tertuju pada mereka bertiga.

Primrose yang sedari tadi memilih melakukan kegiatan awalnya yakni membaca buku paket Matematika untuk ulangan nanti. Tak menghiraukan mereka berdua dan dia berusaha tak lagi menatap wajah Gerlan. Demi tekadnya untuk bisa move on yang hampir sedikit lagi tercapaikan.

Aiden & Primrose [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang