Chapter 14

11 7 0
                                    

Sejak hari itu Jina dan Jaehyun menjadi dekat. Penghuni J'house dibuat bingung oleh mereka berdua kecuali Jaemin.
Sejak saat itu pula Jaemin kembali mengurung diri dikamar,memainkan game favoritnya lagi.

Lagi,dia merasa dunia tidak adil baginya. Baru saja dia mulai merasakan keindahan dunia dari keterpurukan yang selama ini dialaminya,kini dia harus berada dititik itu lagi.

Lelah,sangat lelah. Tapi mau bagaimana lagi? Nasi telah menjadi bubur.
Jina sudah bersama Jaehyun,menurut Jaemin lebih baik dia diam-diam mundur saja dan tidak ingin melawan Jaehyun lagi.

Jaemin sempat berpikir,kemana semangat untuk mempertahankan Jina? Mengapa semangat itu menjadi hilang? Dan jawabannya

Jaemin pun tak tau

Jina berbaring dikamarnya sambil memainkan ponsel,beberapa hari ini dia mengirim pesan singkat kepada Jaemin tetapi tidak ada balasan darinya.
Jina berpikir apakah dia melakukan sebuah kesalahan? Mengapa Jaemin yang tadinya sudah hangat kepadanya kini menjadi dingin lagi.

Seperti semalam,saat Jina berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum bertemu Jaemin disana.
Jina menyapa namun Jaemin hanya diam dan berlalu pergi begitu saja.

" Pesan tak dibalas,dipanggil pun tak menjawab. Ada apa sebenarnya dengan anak itu? "

Karena merasa kesal,Jina berjalan keluar menuju kamar Jaemin.
Saat berada didepan pintu,dia bingung harus mengetuk atau tidak karena teringat akan catatan yang ada dibuku bahwa Jaemin tidak suka ada yang mengganggunya.

Masa bodo itulah yang kini ada diisi kepala Jina,dia menggedor pintu Jaemin dengan brutal hingga membuat pemiliknya terkejut bukan main.

" Kenapa kau mengetuk seperti itu? Ada apa? " Jaemin bertanya sambil melihat ke kiri dan kanan,tidak ada apa-apa disana

" Kenapa kau mengabaikanku? " tanya Jina spontan,membuat raut wajah Jaemin seketika berubah

" Tidak ada apa-apa " Jaemin menutup pintu namun ditahan oleh Jina dengan tangan kanannya

" Jelaskan dulu kenapa,beberapa hari ini kau mengabaikanku "

Jaemin melepas tangan Jina dengan kasar,kemudian ingin menutup pintu tetapi lagi-lagi jina menahan dengan memasukkan kakinya sebelah.
Jaemin terkejut melihat Jina yang begitu gesit,Jina semakin mendekat dan memasukkan tubuhnya di sela pintu.

" Jelaskan padaku dulu " ucap Jina,masih tidak menyerah

" Jika kau masuk ke kamar ini,kupastikan kau tidak akan bisa keluar lagi " ancam Jaemin

Ancaman itu tidak menggoyahkan Jina,malah sekarang Jina sudah sepenuhnya memasuki kamar Jaemin dan pintu pun langsung tertutup.

" Kau gila? Bagaimana bisa seorang wanita masuk ke dalam kamar pria,tidak sopan! "

" Kau yang tidak sopan! Tiba-tiba tidak memperdulikanku seperti ini "

" Hah! Terserah kau! " Jaemin kembali duduk didepan komputer memainkan game nya

Jina melihat sekeliling kamar Jaemin,rapih dan sangat bersih.Jina berpikir apakah kamar pria selalu bersih seperti ini? Jika dibandingkan dengan kamarnya... Sudahlah jangan dibahas.

Jina mengambil sebuah kursi,kemudian diletakkannya disebelah Jaemin untuk melihatnya bermain game.
Jaemin yang tadi sedang fokus ke layar tiba-tiba menoleh kepada Jina.

" Sedang apa kau? "

" Melihatmu bermain game "

" Jangan ganggu aku,pergi sana! "

" Katamu jika aku sudah masuk kesini tidak bisa keluar lagi "

Sungguh Jaemin ingin berteriak,kenapa Jina begitu polos mengikuti kata Jaemin.
Jelas-jelas pintu tidak dikunci dan Jina bisa keluar dari sana,Jina itu polos atau kelewat bodoh?

" Kenapa kau mengabaikanku?" lagi-lagi Jina bertanya dengan pertanyaan yang sama tetapi Jaemin tidak menjawabnya

" Jaemin-ah! " Jina menggoyangkan tubuh Jaemin hingga mengejutkannya yang sedang bermain game

" Hey! Aku jadi mati gara-gara kau "

" Akan aku hidupkan kembali "

Jina memainkan mouse dan keyboard kemudian mengklik game start lagi.
Dengan polosnya dia tersenyum dan menyuruh Jaemin untuk melanjutkan bermain game.

Jaemin geleng-geleng melihat tingkah Jina,dia berdiri dan menarik Jina dengan paksa untuk keluar dari kamarnya.

" Stop! Aku hanya ingin tau alasannya,kau tinggal menjawab Jaemin-ah "

" Berhenti memanggilku,kau mau tau jawabanku? Aku tidak suka melihatmu,pergilah! " ucap Jaemin dengan nada sedikit berteriak

" Tidak. Kau bohong! " teriak Jina,tidak percaya akan omongan Jaemin

" Terserah kau! " Jaemin membuka pintu dan mendorong Jina hingga keluar dari kamarnya,setelah itu pintunya dibanting dengan sangat keras

Jina mengetuk pintu lagi,mencoba agar Jaemin ingin membukakan pintunya namun tidak ada tanda sedikitpun pintu akan terbuka.
Jeno yang kebetulan lewat disana melihat Jina frustasi mengetuk pintu kamar Jaemin.

" Jangan diketuk,dia tidak akan membukanya. Buang tenaga saja "

" Jeno,tolong aku membujuk Jaemin. Bukankah kau sangat dekat dengannya? Aku sangat bingung kenapa dia tiba-tiba mengabaikanku seperti ini,padahal tidak ada terjadi apa-apa diantara kami "

" Apa kau sungguh yakin tidak ada apa-apa? "

" Benar,terakhir kami masih pergi ke kafe untuk makan bersama. Setelah itu Jaemin berubah "

" Pikirkanlah dengan baik,kau akan menemukan jawabannya sendiri "

Setelah mengatakan itu Jeno berlalu pergi meninggalkan Jina yang masih berdiri didepan kamar Jaemin.
Karena masih tidak ada jawaban dari Jaemin,Jina berbisik didekat pintu.

" Jaemin-ah kau mendengarkanku kan? Maafkan bila aku berbuat salah,aku akan menunggumu untuk berbicara denganku "

Jaemin yang berada didalam kamar bisa mendengar suara Jina dengan sangat jelas.
Jaemin menyentuh dadanya,terasa sesak dan menyakitkan.
Mengapa mencintai seseorang itu semenyakitkan ini? Bila tau akan sakit seperti ini,Jaemin akan memilih untuk tidak jatuh cinta saja.

J'HOUSE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang