Karna pertengkaran itu sepertinya tidak akan berakhir, akhirnya mama turun tangan. Mama mengambil sapu lidi dan memukul pantat mereka bertiga.
Buk!
Buk!
"AMPUN MA" Teriak mereka bertiga.
Memang jika sapu lidi mama Juwita tidak ada lawannya.
"Udah besar, masih juga kayak anak kecil, kebelakang kalian sekarang!"
Chandra dan Raka yang tadinya tertawa dan bertepuk tangan, seketika sepi sunyi tanpa suara.
"Lah ma, aku kan korban, masa di hukum juga sih" Keluh Yonggi yang merasa dirinya tak pantas untuk di hukum.
'Bau-bau tidak mengenakkan ini mah' - Batin Jamal.
"Ma plis jangan itu" Ucap Jamal memelas.
"Gak ada alesan, kalian bertiga hari ini bersihin kandang kelinci, JELAS!?"
"Iya ma" Jawab mereka secara bersamaan.
Tidak ada pilihan lain jika Mama udah marah seperti ini, jalan satu-satunya ya harus nurut.
"Ma, aku korban loh, aku enggak kan?" Tanya Yonggi was-was.
"Kamu nggak denger? BER TI GA" Ucap Mama sekali lagi.
"I-iya Ma" Tidak ada pilihan lain selain menuruti apa yang dikatakan oleh Mama.
Lagi pula ia juga salah, kenapa malah ikut-ikutan kedalam pertengkaran itu. Dan Yonggi bersumpah, tidak akan melerai siapapun lagi jika sedang bertengkar.
"Bagus" Ucap Mama, kemudian kembali ke meja makan untuk melanjutkan aktivitasnya memotong wortel.
Jangan tanya bagaimana keadaan Dika saat itu, baju yang tadinya rapi dan bersih, sekarang sudah kusut dan terlihat lusuh akibat pertengkaran yang baru saja terjadi antaranya dan Jamal, adik bangsatnya.
Chandra yang tadinya hanya diam, berlari kearah Dika saat melihat abangnya itu hendak pergi menuju ke kandang kelinci.
"Bang, nggak jadi pergi?" Antara polos atau disengaja, Chandra bertanya tanpa melihat keadaan Dika saat itu.
"Lo mau gua tendang? Mayan sepatu baru nih" Ucap Dika sambil tersenyum.
"Lah, salah gua apa? Gua kan cuma nanya" Jawab Chandra tidak terima.
"Pertanyaan lo bikin gua tambah emosi monyet! Lo liat, baju gua udah kusut gini, terus gua di suruh bersihin kandang kelinci sama Mama, dan lo masih nanya jadi pergi apa nggak? Minta gua tonjok lo?" Mengeluarkan segala uneg-uneg kekesalannya pada Chandra.
"Lah kok ngamok? Kan kali-kali aja lo jadi pergi gitu" Jawab Chandra dengan gampangnya, lalu menyengir tanpa dosa.
"Otak lo emang kecil, sekarang lo ikut bantuin gua, ntuh kelinci juga kelinci lo" Jawab Dika, kini pria menyuruh Chandra untuk membantunya.
"Enak aja, yang di suruh kan lo, bukan gua" Ucap Chandra menolak.
Jawabnya, anak itu merasa enggan untuk membantu abangnya.
"Kan itu kelinci lo anjer, bukan kelinci gua"
"Tapi kan yang disuruh itu lo abangku sayang"
Lihatlah bagaimana mulut manis itu berucap.
Anak itu tetap merasa enggan untuk membantu Dika.
"Tapi kan sama aja"
"Oke-oke, karna lo adalah abang kesayangan gua, gua bakal bantu, bantu nyemangatin, semangat bang Dika!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of Chandra || Haechan [REVISI]
FanfictionChandra itu siapa sih? Orangnya yang kaya gimana? Mungkin kalo pertanyaan ini di tanyain sama orang-orang di sekitar Chandra, mereka bakal jawab kalo Chandra itu definisi dari kebahagiaan, keceriaan, bahkan moodmaker. Apa terdengar berlebihan? Tapi...