Chapter 25 : Kecuali Ayam

29 6 0
                                    

Flash Back

11 tahunyang lalu...

Chandra sedang duduk di teras depan rumahnya, dapat dilihat jika anak itu sedang memegang sebuah pensil warna dan dan menarikannya diatasi sebuah kertas putih yang sebelumnya sudah digambar menggunakan pensil olehnya.

Anak itu terlihat asik sendiri dengan kegiatannya sampai tidak menyadari kehadiran sang ibu.

Juwita menatap anaknya itu dengan tersenyum sambil berdiri di muka pintu, kemudian berjalan mendekati Chandra.

"Kamu lagi apa sayang?" Tanya Juwita, mengelus surai pekat sang anak.

Chandra mendongak, menatap sang ibu kemudian tersenyum lebar, lantas ia mengambil kertas gambarnya kemudian menyerahkannya kepada sang ibu.

"Ma, nanti kalo aku udah besar, aku boleh jadi dokter?" Tanyanya sambil tersenyum manis dengan gigi putih yang berjejeran dengan rapi.

Juwita melihat gambar itu, gambar yang indah.

"Kamu mau jadi dokter apa hmm?"

"Aku mau jadi dokter hewan!"

Juwita terkekeh melihat eskpresi anaknya itu.

"Tapi nanti kamu harus rawat hewan yang sakit sampe sembuh ya."

"Siap ma!"

Lagi-lagi Juwita terkekeh, anaknya ini sangat menggemaskan.

2 hari kemudian...

"Apa tuh di bawahnya?" Tanya Chandra.

Bocah yang penasaran akan hal yang ditanyainya barusan itu, lantas mengintip ke dalam kandang ayam.

"Itu anaknya, ayam aku udah melahirkan lho!" Robi, bocah polos teman sebaya Candra itu memberitahu.

"Ayam itu bertelur, bukan melahirkan tau!" Protes Chandra.

"Melahirkan!"

"Kata mama aku, ayam itu bertelur bukan melahirkan, kamu mah ngeyel!"

"Tapi kan dia melahirkan telurnya!"

Chandra tampak berpikir. "Berarti ayam melahirkan telurnya, terus telurnya menetas jadi anak ayam," ulangnya, Robi mengangguk.

"Benar!"

Kemudian mereka berdua bertos-ria ria.

Ah, anak-anak yang menggemaskan.

Keduanya kembali melirik kedalam kandang ayam.

Chandra yang tidak mempunyai ayam dirumahnya, terlihat sangat antusias ketika di ajak temannya itu untuk melihat ayam yang ada dirumahnya.

Chandra dapat melihat empat anak ayam yang berada dibawah sang induk.

Karena merasa gemas, bocah itu dengan santai memasukkan tangannya kedalam kandang untuk kemudian mengambil anak ayam itu.

"Chandla, jangan di am-"

"Akh!"

Terlambat, Chandra sudah duluan dipatuk oleh i Duk ayam tersebut, yang membuatnya sekarang menangis.

Bukan, Chandra menangis bukan karena kesakitan akibat Patukan induk ayam itu, namu karena terkejut, dirinya terkejut karena tiba-tiba dipatuk.

"Aku hiks, mau pulang aja, ayamnya jahat hiks," Chandra berucap sambil dirinya yang menangis.

Bocah itu pulang dengan berjalan kaki, tidak menunggu Dika lagi yang biasa menjemputnya saat ia sedang berada di rumah temannya setelah pulang sekolah.

Jangan khawatir, jarak rumah mereka tidak terlalu jauh, masih satu RT.

Begitu sampai di rumah, anak itu langsung membuka sepatunya, dan masuk kedalam rumah memanggil sang ibu.

"Ma hiks, Mama hiks."

Ingatlah jika ia masih menangis.

Juwita yang sedang duduk di ruang tamu, menghampiri sang anak dengan perasaan yang heran.

"Kamu kenapa nangis sayang? Ada apa?" Tanya Juwita, menghapus ingus yang sudah meleleh di sekitar hidung anaknya.

"Ma, hiks, aku gamau jadi dokter hewan hiks," ia mengadu pada sang ibu sambil menyapu air matanya.

Juwita mengerutkan keningnya.

"Kenapa sayang?"

"Ayamnya Robi jahat hiks, tadi dia patok aku, pam! Gitu, hiks," Chandra berucap sambil menyontohkannya pada sang ibu bagaiman ayam temannya itu tadi mematoknya.

Juwita tertawa melihat bagaimana anaknya mengadu padanya.

Tapi kamu kemarin lusa semangat banget, katana pengen jadi dokter hewan, hahaha."

Bocah ini memang sangat menggemaskan.

"K-kalo gitu, aku tetep mau jadi dokter hewan hiks, tapi nggak mau ada ayamnya, hiks."

Dan lagi, Juwita kembali dibuat tertawa oleh anaknya itu. "Iya sayang iya, terserah kamu."





~TBC~

Diary of Chandra || Haechan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang