Chapter 11 : Kebahagiaan

33 9 0
                                    

Yonggi yang melihat kejadian yang menimpa kedua orang tuanya itu hanya bisa menangis dalam diam. Ia tidak menyangka jika sang ayah akan melakukan hal itu pada ibunya. Apakah ayahnya berhak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya lagi? Apakah dia pantas dipanggil dengan sebutan ayah? Bahkan ia tega menghancurkan keluarganya hanya karna seorang wanita yang baru ia kenal.

Juwita terduduk di selah antara meja dan sofa. Iya, dia duduk dilantai dengan kedua tangan yang ia gunakan untuk menutup kedua wajahnya. Dapat didengar isakkan yang keluar dari mulut wanita beranak lima itu.

Yonggi yang melihat sang ibu menangis dengan sesenggukan, akhirnya pergi menghampiri sang ibu.

"Maa..." Ucap Yonggi lirih.

Juwita cepat-cepat menghapus sisa air matanya yang tertinggal di kedua pipinya dan langsung menghadap ke arah anak sulungnya.

"Eh, kamu kok belum tidur Yonggi?" Tanya Juwita.

Tidak menjawab pertanyaan sang ibu, lantas Yonggi memeluk tubuh sang ibu dengan erat.

Dapat didengar oleh Juwita, jika kala itu Yonggi sedang menangis.

"Yonggi kenapa nangis nak?"

"Papa jahat ma.." Jawab Yonggi.

Lantas, Juwita membalas pelukan sang anak yang kini memeluknya erat.

🐻🐻🐻

Chandra menuju kebawah menuruni barisan anak tangga yang berjejeran di bawahnya. Chandra kecil mendengar keributan yang sepertinya berasal dari depan rumahnya, lantas bocah kecil itu berlari untuk melihat apa yang terjadi.

Benar seperti apa yang di dengarnya, memang ada keributan di sana. Namun... Suara itu suara yang ia kenali, suara ibu dan ayahnya! Anak itu semakin mencepatkan langkah kakinya untuk menuju ke area depan rumahnya.

Dan itu memang suara sang ibu yang sedang dibentak oleh suaminya. Chandra berdiri didepan ambang pintu menangis mendengar bentakan demi bentakan yang keluar dari mulut sang ayah yang tertuju pada wanita didepannya yang berstatus sebagai istrinya itu.

"Mungkin surat dari pengadilan akan sampai dalam minggu ini, kamu tinggal menandatanganinya, dan semuanya selesai"

Ya, itu suara sang suami, Aryo. Surat yang dimaksud oleh Aryo adalah surat perceraian yang akan sampai dirumahnya dalam beberapa hari ke depan.

Juwita, ia hanya bisa menangis terduduk dilantai beralasan keramik di teras rumah yang sangat besar itu. Dapat Aryo lihat Chandra yang sedang berdiri tepat di ambang pintu rumah mewah itu, lantas ia langsung menghampiri sang anak dan menarik lengan anaknya itu.

"Chandra ikut sama ayah, mulai sekarang Chandra tinggal sama ayah" Ucap Aryo. Chandra yang ditarik secara paksa itu mencoba melepaskan genggaman kuat yang diberikan sang ayah pada lengannya.

"Enggak, aku gak mau ikut ayah, ayah jahat, udah bikin mama nangis" Chandra terus saja memberontak mencoba melepaskan genggaman erat itu yang semakin lama semakin kuat.

"Chandra ikut sama ayah pokonya, jangan ngebantah kamu!" Ucap Aryo mutlak.

Dika yang mendengar ada keributan langsung keluar dan melihat Chandra yang sedang ditarik secara paksa oleh sang ayah. Dika yang peka terhadap Chandra yang terus saja memberontak, menghampiri sang ayah dan mencoba melepaskan genggaman sang ayah juga.

Diary of Chandra || Haechan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang