Di rumah, tiada hari tanpa suara tawa, apa lagi suara tawanya Raka, bisa bayangin lah ya.
Dika, anak itu serasa hilang wibawanya jika sudah berada di rumah, sama halnya seperti Yonggi, sang anak sulung. Lihat saja, Dika selalu menjadi sasaran empuk kejahilannya Chandra, sedangkan Yonggi menjadi korban perkataan pedas dari Jamal.
Mereka di rumah sudah ada peran masing-masing, satu yang jahilnya tidak ada obat, satu yang recehnya minta ampun, sampai-sampai suara tawanya Raka jika saat sedang receh bin receh, mungkin tetangga-tetangga akan mengira jika sedang ada orang yang kerasukan, tapi untungnya keluarga mereka sudah lama tinggal di daerah sana, jadi para tetangga sudah bisa memakhluminya.
Namun saat pertama kalinya mereka tinggal di sana, Chandra sampai rela menyumbat mulut Raka agar tidak mengganggu orang lain.
Mungkin bagi kalian hal ini terdengar lebay, namun itulah Raka, dirinya terlahir dengan segudang kerecehan.
Dan jangan lupakan Jamal, pemuda yang kelihatannya keren, namun itu semua barang hasil dirinya meminjam dari abangnya.
Jika dibandingin dengan yang lainnya mungkin anak yang satu ini sedikit aneh, padahal dirinya mempunya barang-barang yang di pinjaminya dari abangnya, seperti sepeda motor, jaket, helm, atau barang apapun yang dimiliki abangnya. Namun entah mengapa rasanya ia tetap ingin pinjam, pinjam, pinjam, dan pinjam. malahan mungkin barang miliknya lebih bagus dari barang milik abangnya, tapi satu hal yang harus kalian tau, ia melakukan itu semua hanya untuk membuat Dika mengomel. Entah kenapa dirinya suka saat mendengar orang yang sedang mengomel, tapi ia takut jika orang tersebut ngomelnya ke dia, katanya agak ngeri aja gitu.
Di rumah jika sedang tidak ada Chandra, maka lawan Dika ialah Jamal, dan yang selalu menjadi korban ialah Yonggi, jika tidak rambutnya yang tertarik, pasti pantatnya harus berhadapan dengan sapu lidi milik Mama.
Apa? Tidak akan melerai siapapun lagi saat sedang bertengkar?
Hanya sebuah ucapan yang tidak sengaja keluar dari mulutnya, entah kenapa rasanya tangannya gatal jika tidak memisahkan orang yang sedang bertengkar, bahkan ayam yang sedang bertengkar saja ia usir atau mungkin kadang disiram air, aneh bukan?
Berbanding terbalik dengan Jamal yang suka dengan keributan.
Saat ini, Dika sedang duduk di sofa ruang tamu, tempat dimana keluarga bahagia itu sering berkumpul.
Dika sedang menunggu Jamal mengambil helmnya dari rumah Juju. Sambil menunggu, ia bermain game pada ponsel miliknya, namun dengan langkah yang bahkan tidak dapat didengar oleh semut sekali pun Chandra berjalan dari belakang dengan tujuan untuk mengagetkan Dika.
"Dorr!!"
"Eh, pas banget ada lo, ambilin gua minum bentar, haus banget nih" ucap Dika yang masih fokus pada gamenya.
Apa? dirinya tidak terkejut?
"Eh, lo nggak kaget bang?" Tanya Chandra merasa heran.
"Kaget apaan? Masa mau ngagetin orang pake 'Dorr!', mana kaget kalo kayak gitu mah"
"Kok aneh ya? Kelinci gua aja pas gua bilang gitu dia kaget trus langsung lari" ucap Chandra lagi, menyamakan Dika dengan kelinci miliknya.
Dika menjeda game yang dimainkannya.
"Lo sakit Chan? Itu kan kelinci bukan gua, lo mau nyamain gua kayak hewan? Parah banget lo" ucap Dika sok dramatis.
"Eh gua nggak bilang gitu ya, lo nya aja yang ngomong gitu barusan" jawab Chandra membela dirinya.
"Yaa... itu karna cara bicara lo"
"Yah lo nya aja tuh yang suudzon sama adek sholeh kayak gua"
"udah lah serah lo, nggak guna gua debat sama lo, nggak bakalan ada ujung, mending sekarang lo buruan ambilin minum buat gua"
"nggak guna karna lo dah kalah kan? Makanya jangan pernah adu mulut dengan seorang Chandra, pasti menangan gua" ucap Chandra memukul dadanya angkuh.
Dika lagi-lagi menjeda game yang dimainkannya.
"Ngebacot trus lo, ambil aer buat gua buru!NGGAK PAKEK LAMA!!"
"dih, dah suruh sama orang, marah-marah lagi" ucap Chandra menggerutu, kemudian berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air.
Setelahnya kembali keruang tengah.
"Nah" ucapnya menyodorkan segelas air pada Dika.
"Makasih ya dek"
"Hm, sama-sama" Jawaban singkat Chandra berikan, kemudian anak itu duduk di samping Dika
"Bang, lo bisa main gitar nggak?" tanya Chandra serius, yang seolah-olah seperti ingin belajar main gitar.
"Bisa, kenapa?"
"Nggak bang, gua cuma nanya aja"
"Dih, gua kira lo mau belajar main gitar, ternyata cuma nanya doang?"
"Biar nggak sepi aja gitu, makanya gua bertanya"
Dika berdecih.
"Buang-buang waktu gua aja lo"
"Idih sok sibuk bener lo" jawab Chandra menaikkan sebelah alisnya.
Saat mereka sedang berdebat, Jamal tiba-tiba membuka pintu rumah dari luar dengan membawa barang yang sedari tadi Dika tunggu.
"Eh helm gua udah dateng" ucap Dika tersenyum.
"Noh ambil, jadi orang pelit banget"
"Pelit pala lo lonjong, pacaran nggak punya modal, masa pakek barang gua, lo kan punya helm sendiri, lagian cewe lo caper-caper pinjam helm dari lo atau emang nggak punya helm?"
"Seorang lelaki tuh harus perhatian" jawab Jamal angkuh.
"Perhatian pakek barang orang"
"Hahahahahh"
Terdengar suara yang sangat menyebalkan di telinga Jamal.
Chandra, anak itu menertawakannya.
Tanpa berkata apa-apa, Jamal langsung saja naik ke atas untuk menuju kamarnya.
"Liat tuh Chan, gegara lo tawain dia barusan, jadi pergi kan tuh anak"
"Dih bodo anjir, bhuahahhahah."
Chandra adalah definisi adik tidak punya akhlak, bagaimana? Apakan ada yang setuju?
~TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of Chandra || Haechan [REVISI]
FanficChandra itu siapa sih? Orangnya yang kaya gimana? Mungkin kalo pertanyaan ini di tanyain sama orang-orang di sekitar Chandra, mereka bakal jawab kalo Chandra itu definisi dari kebahagiaan, keceriaan, bahkan moodmaker. Apa terdengar berlebihan? Tapi...