Chapter 22 : Kemoterapi

53 5 0
                                    

Sudah sejak satu Minggu terakhir Chandra mulai sekolah seperti biasa, namun sekarang dirinya jadi lebih sering diantar jemput ataupun sesekali pulang dengan menaiki taksi.

Anak itu tidak lagi membawa motor, Dika melarangnya, bukan manja atau apa, namun karna kondisi Chandra yang saat ini sangat mengkhawatirkan.

Hah Chandra kembali memikirkan masalah yang semenjak beberapa hari yang lalu terus memenuhi kepalanya, serasa ingin meledak.

Kirana, anak itu sudah sangat jarang berkomunikasi dengan Chandra.

Tidak, bahkan untuk menyapa saat tidak sengaja bertemu di kantin saja rasanya seperti enggak Kirana lakukan.

Chandra menghela nafas, setelah di pikir-pikir lagi, apa yang dilakukan Kirana mungkin dengan harapan agar rasanya pada Chandra segera hilang.

Dan Chandra juga, kenapa ia ikut-ikutan tidak menyapa saat tidak sengaja bertemu dengan Kirana?

Chandra hanya merasa canggung, karna bagaimanapun Chandra sadar jika dirinya telah menyakiti hati Kirana.

Baiklah, mari bersikap seperti sedia kala, bersikap normal, hanya berpura-pura tidak tau jika Kirana menyukainya.

"Beneran lo udah punya pacar Chan?"

Nana yang bertanya, lelaki itu terlihat tidak percaya.

Chanda mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Parah Lo nggak ngasih tau kita."

"Kita? Lo aja kali," Rendi bergumam di samping Chandra.

Chandra yang mengetahui hal itu melotot ke arah Rendi, untung saja Nana tidak mendengarnya.

"Males banget, nggak penting juga, ntar kalian malah ledekin juga," ucap Chandra.

"Cantik kagak?" Tanya Nana, dia terlihat sangat excited ternyata.

"Cantik banget."

'Tapi dia bukan orang yang gua cinta'- lanjutnya di dalam hati.

Oh ayolah, bisa bahaya jika ia sampai menangis.

Nana hanya tersenyum sebagai tanggapan.

"Oh ya Nabi, si Kirana kenapa udah jarang ngumpul bareng kita ya?"

Baiklah, rasa-rasanya cukup untuk hari ini, Chandra benar-benar tidak tahan.

"Oh ya gua lupa anjir, Pak Burhan tadi suruh gua ke kantor, gua luan ya," tanpa ba-bi-bu lagi, Chandra langsung beranjak dari sana, meninggalkan Rendi dan Nana di kantin begitu saja.

***

Kejadian tadi, dimana Chandra yang mengatakan kalau Pak Burhan memanggilnya, semata-mata hanya untuk menghindar dari setiap ucapan yang dikeluarkan oleh Nana.

Kenapa? Kenapa memangnya kalau dia menangis? Dia tidak cengeng ataupun apa, Tuhan menciptakan kita air mata, jadi siapapun boleh menumpahkannya saat dirasa itu harus.

Dan sekarang, Chandra sedang sedih.

Tidak apa Chandra keluarkan saja.

Jika boleh mengeluh, Chandra akan mengeluh, takdir tidak adil padanya, kenapa dirinya yang harus mengidap penyakit yang berbahaya seperti ini? Kenapa dirinya harus gagal di cerita cinta pertamanya? Kenapa semuanya harus terjadi padanya?

Tapi kembali lagi, ini semua memang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta, pasti ada hal baik dibalik semua ini.

"Chandra?"

Chandra menoleh, mendapati sesosok lelaki dari depan pintu kamarnya.

"Dipanggil sama Mama."

Itu Dikarenakan, pria itu yang memanggilnya, katanya Mama memanggil Chandra.

Ada apa ya?

Chandra mengangguk, lantas ia bangun dan berjalan kearah pintu untuk turun kebawah.

Alat dilihat olehnya, jika diruang keluarga itu sudah ada Mama dan Abang-abangnya.

Juwita yang menyadari keberadaan anak bungsunya itu, menoleh memanggil Candra

"Sini nak."

Chandra menurut, dirinya berjalan kearah Mama, kemudian duduk di sana.

"Sayang, tadi Mama udah ngomong sama dokter yang waktu itu ngerawat kamu di rumah sakit," Juwita mulai berbicara, dengan Chandra ya mendengarnya.

"Kamu harus ngejalanin kemoterapi," ucap Juwita, sebenarnya ia ingin menangis, namun ditahan, dirinya tidak boleh menangis di depan anak-anaknya.

Chandra menghela nafas, ia tau jika kemoterapi akan menjadi hal penting dihirupnya mulai sekarang.

"Ma, apa Chandra bisa sembuh?"

"Pasti nak pasti, kamu pasti sembuh, kamu harus yakin kalau kamu bisa ngelewatin ini semua."

Juwita lantas memeluk anaknya itu dengan erat, seakan enggan untuk melepaskannya.

"Chandra cuma takut Ma..."











~TBC~

Diary of Chandra || Haechan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang