Chapter 26 : Pergi

36 5 0
                                    

Masa ujian sudah lewat, tidak terasa memang, rasanya waktu berjalan begitu cepat.

Hari pengambilan raport sudah tiba, semua murid sekarang sudah ada di sekolah bersama orang tuanya masing-masing.

Ruangan kelas akan terasa sangat penuh bila murid-murid ikut masuk bersama walinya, maka dari itu, selama waktu pengambilan raport, anak-anak tidak diharuskan berada di dalam kelas.

"Lo belum jumpa sama Kirana?" Rendi bertanya pada Chandra.

Chandra menggeleng.

"Dia mau pindah, tapi gua nggak tau dia mau pindah kemana."

Chandra mengerutkan keningnya. "Dari mana lo tau?"

"SW nya lah, dibuat, 'Selamat tinggal Bandung' udah kayak Milea aja," Rendi berucap menjelaskan.

"Ya gua juga tau dari SW nya si, mau gua tanya tapi gua nggak berani."

"Bego lo, jadi cowok penakut banget."

"Mulut lo pedes banget anjrit," Chandra menggeleng Heran.

"Chan, Ren."

Keduanya menoleh saat didengar ada yang memanggilnya.

Itu Kirana, wanita yang sedang dibicarakan oleh mereka barusan.

"Boleh ikut duduk?" Kirana bertanya.

Tentu saja Chandra dan Rendi mengangguk.

"Hari ini gue mau pindah ke Jakarta," Kirana berucap, memberi tau kedua temannya.

"Kenapa lo pindah? Lo nggak kuliah di Bandung?"

Itu Rendi yang bertanya.

"Nggak Ren, bokap gue pindah ke Jakarta, ya gue harus ikut," Kirana menjelaskan.

"Hari ini banget?" kali ini Chandra yang bertanya.

Kirana mengangguk.

"Yaudah lah."

"Gue pergi ya," Kirana berdiri, kembali berucap.

"Kir," Chandra memanggil, kemudian remaja itu ikut berdiri.

Melakukan hal yang membuat Kirana tertegun saat itu juga.

"Hati-hati ya, lo baik-baik disana," Chandra berucap dengan dirinya yang memeluk Kirana.

Awalnya Kirana hanya diam, namun setelah mendengar ucapan pemuda yang memeluknya itu, Kirana membalas pelukan Chandra.

"Makasi, makasi lo udah mau jadi teman gue, walaupun gue harus pindah sekarang, tapi gue bahagia karena bisa jadi teman lo," Kirana juga berucap.

***

"Gua langsung berangkat guys," Nana berucap pada kedua temannya itu, siapa lagi kalau bukan Chandra dan Rendi.

"Buru-buru amat Lo kek orang penting," Chandra menyahut mendengar ucapan Nana barusan.

"Chan, lo seriusan kaga mau kuliah di Jakarta? Lo juga Ren? Jadinya kita tidak terpisahkan."

Mendengar kalimat Nana, Rendi membuat pose ingin muntah.

"Alay lo," ujar Chandra geli sendiri melihat cara sahabatnya itu berbicara.

"Pakek nyuruh kita kuliah di Jakarta, mau nampung lo?"

"Ya jelas...engga lah anjir, dih buang-buang beras banget gua kasih ke kalian," ucap Nana dengan nada sok.

"Laknat Lo, anak laknat emang," Rendi sewot sendiri mendengar penuturan Nana barusan.

"Kenapa nggak Lo aja yang kuliah di Bandung? Kenapa mesti kita yang kuliah di Jakarta?"

Itu Chandra yang bertanya.

"Nenek gua kan baru meninggal, jadi gua di sana tinggal di rumah kakek gua, sekalian jagain juga, karena nyokap bokap gua suka pindah-pindah, biasa lah pembisnis gitu," Nana berujar lagi, wah ternyata ke songongan Nana sudah mulai keluar.

"Sombong asu."

"Cuma bilang doang si gua Ren," Nana cengengesan.

"Yaudah, pergi sono lo," Chandra mengusir.


"Jangan pergi-pergi lagi, aku tak mau sendiri, temani aku tuk sebentar saja, agar aku tak kesepian"

Baiklah, teman Chandra tidak ada yang waras tenyata.

"Dahlah, gua kehilangan dua sahabat ter lucknut sedunia, hastag sad boy," Nana berucap, membuat ekspresi sedih.

"Laknat-laknat kita, temen lo ya cuma kita Na kalo lo lupa."

"Pftt, bhuahahhahah."








~TBC~

Diary of Chandra || Haechan [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang